Home home

47 1 1
                                    

"Aku pergi dulu Kai, I'll be back soon", katanya.

Tumben banget Dylan tingkahnya aneh. Dan Adam, adiknya Dylan masa gaada yang antar? Bukannya biasanya ada supir?

*****

Siang hari terasa panas membuatku bermalas-malasan di depan tv. Rumah sepi dan hanya ada aku, Jai dan bi Ratna. Mendingan usilin Jai kayaknya lebih asik nih. Aku sengaja mengintip di lubang kecil yang ada di pintu kamar Jai dan dia sedang bermain ps. Apa serunya main ps sendirian? Ah di kerjain aja seru nih.

Aku langsung berjalan ke samping rumah untuk mematikanstop kontak rumahku.

cklek

"YAELAH MATI LAMPU SEGALA!", teriakan Jai menggema ke seluruh rumah. Aku tertawa devil dalam hati dan langsung segera berlari ke ruang keluarga untuk berpura-pura menonton televisi. Aku merasakan derap kaki dari lantai 2 dan lantai 1 juga.

"YaAllah mbak, bibi lagi nyetrika eh listriknya off", kata Bi Ratna ketika keluar dari ruang cuci jemur dan setrika kemudian mengambil kesibukan mulai menyiapkan makanan. Hehe maafin Kaila ya bibiku sayang.

"Hm pemadaman bergilir kali bi, kan lagi marak tuh di tv", jawabku asal.

"Hhh PLN nya ga di gaji kali ya mbak", keluh bi Ratna lagi, aku hanya bisa tertawa dalam hati.

"Yaelah ini listrik rumah lo ngapain pake mati segala sih kai! Lagi asik juga gue!", keluh Jai yang baru datang dari lantai 2 dan menghempaskan tubuhnya di sampingku yang ceritanya sedang bermain di ponselku.

"Nah itu tandanya lo ga boleh main ps terus-terusan. Hemat dong jadi orang", kataku sok bijak wkwk biarin aja sekali-kali ngerjain si Jai ngeselin.

"Kok lo tau sih gue main ps?", tanyanya penuh selidik membuatku sedikit kaget tapi langsung bersikap biasa saja.

"Taulah tadi kan gue sempet ke kamar lo pas mau turun kesini", kataku enteng kemudian membuka aplikasi game 2048 dan memainkannya. Haha emang enak lo Jai gabisa main ps wkwk. aku tersenyum devil.

"Masa? Jangan-jangan lo lagi yang matiin lampunya ya", kata Jai lagi dan membuatku mnoleh kepadanya dan langsung menemukan wajahnya yang ngeselin dan jahil itu. Sok ganteng dasar ini manusia.

"Eng engga lah ngapain juga gue matiin lampu, kan gue lagi nonton tv tadi",kataku mencoba tenang, keep cool Kaila.

"Oh gitu ya, okedeh gue percaya", Kata Jai akhirnya. Aku menghela nafas lega. Syukur deh Jai percaya kalo bukan gue yang matiin listriknya. Aku tetap memainkan permainan 2048 ini menghilangkan kebosanan.  Yah aku yang mematikan listrik malah aku yang mati kutu gini.

Kurasakan pundak kananku berat, Aku melirik ke sebelahku dan menemukan Jai sudah tertidur di pundakku. Yaelah ini anak pelor banget sih, baru juga duduk. Karena merasa risih aku mencoba memindahkan kepalanya ke bantal sofa tapi dia malah makin merapat. Ini anak tidur apa gabisa ya gausah berulah. Hih. Aku langsung saja beranjak dari sofa tapi begitu Jai tiduran di sofa dia malah menarik tanganku dan sukses membuatku terjatuh di atasnya. Ini posisi yang ga enak banget dengan wajah kami yang bisa dibilang cukup dekat. Sialan nih Jai ngapain. Aku mencoba untuk bangun tapi tangannya malah mendarat santai di punggungku.

"Jai tidur-tidur aja deh, gausah ribet make megang-megang segala", keluhku sambil mencoba melepaskan diri dari Jai tapi tidak berhasil. siang-siang malah ngayal ini anak pasti. Aku diam saja akhirnya, pasrah.

"Gue sayang lo kai", ucapnya lemas yang sukses membuatku membeku sesaat tapi berusaha tenang. Raut wajahnya terlihat serius.

"Iya tau gue bawel, udah ah jangan ngigo. Gue mau ke kamar", keluhku sambil mencoba melepaskan diri dari Jai lagi tapi pelukannya justru semaki  erat. Rese amat si Jai mau lagi tidur sama ngga tidur.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 18, 2014 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Unpredict FeelingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang