8-I think, I'm in love

910 96 11
                                    

Author POV

Seulgi memutuskan untuk menenangkan dirinya di atap rumah sakit. Hanya sekedar untuk mencari udara malam yang menusuk tulang-tulangnya. Terlebih lagi, sejarang jam sudah menunjukkan pukul 03.00 dini hari. Musin semi seharusnya membuat nyaman dan bersiap menyambut musim dingin bagi orang-orang Seoul, tetapi tidak untuk Seulgi. Tak ada kenyamanan dan niat untuk menyambut musim dingin.
Seulgi seperti diabaikan. Ayahnya yang selalu memaksa Seulgi untuk menjadi dokter ahli bedah syaraf sampai mereka harus pisah rumah dan sekarang dia harus menerima perjodohan konyol ayahnya. Terlebih kejadian yang baru saja Seulgi alami, membuat wanita itu trauma jika mengingat Jongin. Mengingat itu semua membuat Seulgi menumpahkan kekesalannya dengan menangis. Menangis bersama hembusan angin malam, karena memang tidak ada siapa-siapa lagi selain Seulgi di atap ini.

Tap tap tap..

Suara langkah kaki mendekati Seulgi, Seulgi yang menyadari itu pun langsung menyeka air matanya, "maaf ahjussi. Aku hanya ingin mencari udara segar. Baiklah, aku akan kembali ke kamarku sekarang."

Tak ada jawaban dari lawan bicaranya itu.

Seulgi heran karena orang yang diajaknya bicara tak merespon dirinya, dia pun membalikkan tubuhnya. Betapa terkejutnya Seulgi saat melihat orang yang ada di hadapannya bukanlah ahjussi keamanan rumah sakit melainkan, Oh Sehun. Seulgi menundukkan kepalanya dan berbalik lagi memunggungi Sehun.

"Aigoo, kau ini patung atau apa? Kenapa bisa tahan berlama-lama di sini? Ayo turun! Di sini sangat dingin" Sehun mulai memecah keheningan.
Seulgi tak menjawab dan masih menundukkan kepalanya.
"Kang Seulgi, kau mendengarkanku, bukan?" Tanya Sehun.

Seulgi butuh menjawab lama dengan anggukan. Sehun melihat bahwa bahu Seulgi kembali bergetar. Sekarang tanpa isakkan, Seulgi mencoba menahan tangisnya. Sehun pun mau tidak mau menghampirinya, melihat dari dekat wajah Seulgi. "Kau baik-baik saja 'kan?" Tanya Sehun lagi. Seulgi mengangguk sebari terisak, "bodoh! Kau seharusnya tidak mengangguk" ucap Sehun dan membawa Seulgi dalam pelukannya.

***

Setelah dirawat hampir 4 hari, Seulgi pulang ke apartemennya diantar oleh Sehun, selama 4 hari inilah Sehun selalu menemani Seulgi. Perhatian demi perhatian diberikan Sehun. Hal itu membuat Seulgi terbawa perasaan dibuatnya. Catat hanya sedikit tidak lebih.
Seulgi dan Sehun pun sampai di apartemen Seulgi, Seulgi berniat untuk menyuguhkan Sehun dengan secangkir kopi tetapi Sehun langsung menolak, "kau baru sembuh, bodoh! Biar aku saja yang buat." Sekali lagi, ini adalah perhatian yang diberikan Sehun padanya. Meskipun Sehun memanggilnya bodoh, idiot atau apapun, Seulgi sudah tidak peduli lagi.

"Akan aku buatkan susu untukmu. Lambungmu masih sangat sensitif untuk meminum kopi." Ucap Sehun yang sekarang bagaikan dokter pribadi Seulgi yang cerewet, "ne, euisa-nim.." ucap Seulgi malas tetapi masih memperhatikan Sehun membuatkan segelas susu untuknya.

Setelah menunggu lama, akhirnya segelas susu sudah tepat berada di hadapan Seulgi, "cha, minum.."

"Emm. Gomawo" ucap Seulgi sebari mengangguk-anggukan kepalanya. "Kemana pacarmu? Selama 4 hari kau terus-terusan menemuiku di rumah sakit. Dia bisa cemburu." Ucap Seulgi setelah menyeruput susu putih di hadapannya.

Benar saja, Sehun bahkan lupa jika ada Krystal yang selalu menemaninya di atas ranjang. Sehun lupa memberi kabar pada Krystal.

"Pacar? Maksudmu cinta semalamku?" Sehun berusaha bersikap acuh tak acuh. Seulgi sedikit membulatkan matanya, "hya! Bukan itu. Pacarmu, pacar 'asli' --mu" jelas Seulgi dan membuat tanda kutip dengan jarinya saat menyebutkan kata asli.
"Emm.. bagaimana ya. Semua perempuan di seluruh Korea Selatan ini adalah pacarku. Jadi aku tak tahu harus menjawab apa" Sehun menaikkan kedua bahunya.
"Catat, aku tidak termasuk." Tegas Seulgi. Sehun menyenderkan punggungnya pada sofa empuk milik Seulgi, "kau bahkan akan menjadi calon 'istri" --ku" ucap Sehun dan mengikuti gerakan jari Seulgi saat mengucapkan kata istri. "Bisa dilihatkan betapa beruntungnya dirimu." Sehun terkekeh.
"Ahh, ne.. bermimpilah sepuasmu" Seulgi mengibas-ngibaskan tangannya.
"Jadi kapan kita akan menikah?" Tanya Sehun tiba-tiba, Seulgi yang sedang meminum susu buatan Sehun pun terkejut dan memuntahkan air susu yang diminumnya itu, "uhukk..uhhukk.. mworago?" Tanya Seulgi sambil menepuk-nepuk pelan dadanya.
"Eih, dasar bodoh! Minum saja sampai tumpah kemana-mana," Sehun membantu Seulgi dengan menepuk-nepuk pelan punggung Seulgi. "Aku bilang kapan kita akan menikah?" Pertanyaan yang sama lolos dengan mulusnya dari alat bicara Sehun.
Seulgi memelototi Sehun, "apa kau ingin menikahiku?"
Sehun mendengus kesal "bukankah kita sudah sepakat untuk menikah? Kita tinggal atur waktunya"
"Shireo! Aku tidak ingin menikahi seseorang yang tidak aku cintai, Seulgi membuangkan pandangannya. "Lagi pula kita sama-sama tidak saling mencintai 'kan?"
"Kau yakin tidak mencintaiku?" Sehun memicingkan matanya, "bagaimana kalau akan membuatmu jatuh cinta padaku?" Sehun mulai mendekatkan wajahnya tepat di depan wajah Seulgi.
Seulgi berusaha menjauhkan jarak diantara keduanya, tetapi Sehun dengan cepat menahan kepala Seulgi dengan jari-jari besarnya untuk tidak menjauh dan menghilang dari pandangannya saat ini.

"Hya! Apa yang mau kau lakukan?" Tanya Seulgi sambil mengerjap-ngerjapkan matanya.
"Membuatmu menyukaiku." Ucap Sehun menaikkan sebelah alisnya dan langsung mencium bibir tipis Seulgi. Seulgi berusaha meronta sekuat tenaga tetapi kalah dengan tenaga Sehun yang menyuruhnya untuk menikmati perbuatan yang dilakukan Sehun sekarang. Perlahan Seulgi meronta tetapi masih belum membuka mulutnya yang sudah di bungkam oleh Sehun. Sehun berusaha sedikit menggigit bibir tipis Seulgi, dan tak sia-sia Seulgi akhirnya membuka mulutnya dan Sehun bisa meloloskan lidahnya bermain di alat ucap Seulgi. Lumatan mereka terkesan lembut tetapi menuntut. Lebih tepatnya Sehun yang lebih menuntut. Lama-kelamaan Seulgi mulai menikmati permainan Sehun tanpa sadar. Dia pun menyeimbangkan tempo permainan Sehun. Seperti mendapat lampu hijau, Sehun pun melumat bibir Seulgi dengan ganas berpindah pada telinga Seulgi dan membisikkan, "apa kau suka?" Seulgi menjawab dengan desahan yang masih di tahannya. Sehun tahu jika Seulgi menikmati permainannya, bibir Sehun pun berpindah pada leher jenjang Seulgi. "H-hentikan, Sehun, eungh-" ucap Seulgi di sela-sela desahannya. Tak peduli, Sehun tetap melakukan aktivitasnya. Merasa tak nyaman, Sehun pun menggendong Seulgi menuju kamar.

Seulgi ingin meronta tetapi hatinya berkata lain. Dia ingin tetap menikmati permainan yang dilakukan Sehun padanya. Sehun segera menjatuhkan tubuh Seulgi di kasur empuk milik Seulgi dan langsung menyerang Seulgi dengan kecupan-kecupan di bibir, telinga dan leher. Seulgi bergidik. Selama hidupnya dia tak pernah merasakan hal seperti ini. Seulgi berusaha untuk tidak mendesah. Dia mencoba melihat Sehun yang masih menciptakan tanda kemerahan di leher Seulgi "eugh~" Seulgi tak bisa menahan untuk tidak mendesah. Sehun tersenyum mendengar Seulgi mendesah, "bagaimana, kau jatuh cinta pada permainanku?" Tanya Sehun sebari menaikkan ujung bibirnya. Seulgi memelototi Sehun "sialan!" Batin Seulgi.

Tingtong..

Sehun dan Seulgi sama-sama menjauh mendengar seseorang menekan bel apartemen Seulgi, mereka berdua segera merapikan pakaian mereka yang lusuh karena permainan tadi. "Ah, ppalli! Keluar dari kamarku" ucap Seulgi sedikit berlari membukakan pintu untuk sang tamu, "bersikap sewajarnya!" Seulgi menoleh pada Sehun untuk memperingatinya.

***

"Eoh, Eomma.. Appa" ya, Ayah dan Ibu Seulgi-lah yang menekan bel apartemennya.
"Uri adeul, kau baru pulang dari rumah sakit, ya? Kenapa tidak memberi tahu Eomma, eoh?" Ibu Seulgi mengelus-elus lembut rambut anaknya. Seulgi mematung dan hanya mengerjap-ngerjapkan matanya, "Seulgi-ah gwaenchana?" tanya ibu pada Seulgi.

Seulgi tersadar "eoh, gwaenchana Eomma.." ibu Seulgi tersenyum. Dia memandangi Seulgi dari bawah sampai- "omo! Seulgi-ah, ada apa dengan lehermu?" Tanya ibu Seulgi dan mulai meraba leher Seulgi. Seulgi reflek menutupi bagian lehernya dengan kerah kemeja yang sedang dipakainya. "Ah, wae? Apa kau terkena virus?" Tanya ibu Seulgi khawatir. Ayah yang sempat melihat tanda kemerahan di keher Seulgi oun mencurigai sesuatu.

Tbc~
Halo, masih ada yg nungguin ff ini ga? Maaf yaa update lama. Soalnya Mewhee banyak banget tugas yang harus di kerjain. Btw Mewhee ga UTS loh. Wk 😂
Iyaa beneran. Dan UTS digantikan dengan festival yang menurut Mewhee lebih berat dari UTS.
Mewhee curhat dikit ya nih. Kalian pernah ga sih ngerasain susah banget ngatur temen-temen kalian buat kerja sama buat kompak dan saling ngertiin aatu sama lain? Pasti pernah 'kan? Nih yaa selama satu minggu ini Mewhee capek banget buat ngompakin temen-temen Mewhee. Jadi kalau ada festival atau ada sesuatu yang harus dikerjain bareng2 tuh rasanya temen-temen Mewhee ga ada semangat juang mau menang atau sampai pada tujuannya gitu. Malah mengabaikan segalanya dan nyibukin diri masing-masing. Egois? Emang! Jadi disini Mewhee cuma mau blg aja, kalian harus ada rasa peka sama temen-temen kalian. Kasihan kan kalau cuma satu orang yang harus usaha dan itu tuh tugas kelompok. Mewhee sebenernya pengen nangis cuma yaa buat apa nangis juga malah ga selesai itu masalah. Yaudah deh wkwk itu aja, Mewhee tahu kok kalian ga mau lama-lama baca curhatan Mewhee hehe😁 oh iya Mewhee cuma mau bilang kalau Mewhee punya IG: mewhee__ nih. Bukan akun pribadi Mewhee yaa, akun IG Mewhee jadi author mksdnya. wkwk. yuk follow yukk, ntr Mewhee follback, okey!
Sekiann. Sampai bertemu di chapter selanjutnya.
Papayyy~~
❤❤❤

DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang