Matahari dan Bulan#2

46 1 0
                                    

Gadis itu keluar dari goa dan menemui cintanya; matahari itu.

Kini, keadaan berubah. Tidak ada lagi waktu. Tidak ada lagi malam. Semua hari berlalu sama, tanpa batas, gadis itu juga memiliki waktu yang tak terbatas. Tetapi tanpa dia ketahui. Semua orang, yang ada dibumi ini memiliki waktu tak terbatas. Dan kehidupan mereka berubah. Mereka tidak mengenal jam, detik, hari, saat, bulan, dan tahun. Bahkan tanpa mereka sadari mereka benar-benar tidak pernah melihat malam lagi. Mereka tidak lagi mengenal yang namanya waktu.

Awalnya, gadis itu melalui waktu yang tak terbatas bersama matahari. Siang demi siang dia lalui hanya untuk memandang matahari. Memandangnya bersinar terang dengan kokoh diangkasa luas itu. Benar, ini baru awalnya, gadis itu sungguh belum sadar.

Gadis itu tak lagi tahu berapa lama waktu ini telah berhenti karena setiap saat seakan sama. Bahkan hari seakan menghilang. Waktu seakan lenyap.

Dan suatu hari, dia bertemu matahari namun kali ini dengan perasaan yang berbeda. Usianya tak bertambah setahunpun, tetapi dia mulai mempertanyakan perasaan matahari padanya. Dia memberanikan diri untuk bertanya pada matahari, tetapi matahari hanya diam. Gadis itu terus menanti, hingga disuatu siang yang seakan sama gadis itu mulai mengerti.

Matahari tidak mencintainya.

Dia bersinar untuk bumi, bukan untuk dirinya. Dan gadis itu mulai mengerti, walau ia menghentikan waktu, matahari akan selalu jauh darinya.
Matahari akan selalu bersama langit.

Dan gadis itu seakan hancur, sungguh dia menyesal, dia mengutukki langit, Para Dewa, langit, matahari itu, dan akhirnya ia mengutukki dirinya sendiri.

Gadis itu menjadi mati, raganya tidak bisa mati tetapi nuraninya mati; kosong. Gadis itu tak bisa merasakan apapun, nuraninya beku. Dia tak lagi memandang matahari, dia ingin melupakannya, tetapi itu mustahil.

Waktu seakan sama.

Semakin lama, gadis itu dibakar api penyesalan, kekesalan, dan dendam.
Dia terbakar matahari.

Maka, gadis itu mulai sadar, dia menyesal karena menghentikan perputaran waktu. Maka dia kembali mencari Para Dewa, gadis itu bersujud memohon Para Dewa untuk kembali memberikan waktu padanya.
Sungguh, gadis itu menyesal, dia menanti, dengan tiap hari harus terbakar matahari.

Dia sadar semua ini bukan anugerah.

Dia mulai menanti kapan waktu akan kembali berputar.

Dan disaat penantiannya itu, dia belajar akan waktu. Dia belajar untuk memaafkan, dia belajar untuk slalu rendah hati, dia belajar tentang kehidupan.

Dia belajar untuk menghargai kehidupan. Menghargai hari-hari. Menghargai tiap detik.

Dan seketika itu, seorang yang mengaku sebagai wakil-Nya datang menghampirinya.

"Nak, penantianmu berakhir." katanya, lalu ia membalikkan jam pasir miliknya dan waktu benar-benar kembali. Saat itu senja masih menunggu.

Gadis, itu menemukan cintanya yang sejati yaitu bulan. Dan tentang matahari, itu mengingatkan dia akan waktu. Dan gadis itu akan selalu menghargai apa yang disebut waktu itu.
_____________________________________

Kawan, aku hanya ingin memberi tahumu.

Kawan sungguh, waktu dan hari memberimu kesempatan untuk memahami, kesempatan untuk berubah.

Kawan ini intinya, dengarlah...

Ada alasannya Tuhan membatasi hari-hari kita

- Agar tiap hari itu menjadi berharga -
______________________________________

Terima kasih sudah membaca*-*

Love,

Finvioletta


[Un]SpokenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang