Aster merasakan sebuah tepukan dipipinya. Perlahan matanya membuka dan terlihat Nadia dan juga Rangga yang sudah menunggu di tangga. Aster tersadar dirinya ternyata tertidur, dan yang membuat pipi Aster memanas sekarang adalah dia tertidur dipundak Arthur. Pasti Nadia sudah melihatnya sedari tadi, terlihat karena dia menatap Aster dengan tatapan menggodanya. Aster hanya memalingkan wajah salah tingkah.
"Ayok keluar, lo udah diplototin Mba yang jaga pintu tuh," ujar Arthur menunjuk perempuan yang berdiri didepan pintu bertuliskan Exit itu.
Nadia dan Rangga hanya terkikik geli melihat wajah Aster yang sudah semerah tomat. Mereka berempat berjalan keluar dari teater itu. Sebelum pulang mereka memutuskan untuk makan terlebih dahulu. Sebenarnya Aster sudah menolak, tapi lagi-lagi tanpa persetujuannya Nadia langsung menarik Aster masuk kedalam restaurant yang menjual western food, alias makanan barat.
"Gue bosen sama makanan Chinese di tempat kita biasa makan, sekali-kali kesini kan," ujar Nadia sambil menarik tangan Aster yang terpaksa ikut bersama mereka.
Setelah mendapatkan meja yang kosong mereka langsung memanggil pelayan dan memesan beberapa makanan. Selagi menunggu pesanan mereka, sesekali mereka mengobrol. Hanya Aster yang terlihat lebih banyak diam dari pada menanggapi obrolan yang lainnya. Pikirannya tertuju pada kejadian di bioskop tadi, Aster merutuki dirinya. Kenapa dia harus tertidur tadi.
"Lo kenapa?" tanya Nadia yang memperhatikan Aster yang sedari tadi kebanyakan diam.
"Mikirin yang di bioskop tadi?" tembak Rangga yang langsung membuat Aster bingung ingin menyangkal, sebenarnya siapa Rangga ini? Mind reader. Itu kelebihan yang amat sangat tidak sopan. "santai aja kali As. Gue dukung kok," ujar Rangga sambil tertawa pelan.
"Apaan sih lo," ujar Arthur dengan tampang datarnya. Diam-diam Aster melirik Arthur yang sekarang memfokuskan matanya ke layar ponsel ditangannya. Pria yang aneh, padahal tadi dia membalas pelukan Aster tapi sekarang kembali menjadi pria yang super dingin. Tunggu, kenapa Aster merasa sikap Arthur berubah-ubah, saat di koridor kemarin ketika Aster menjalankan hukuman saat dia telat Arthur terlihat sangat jahil, dan tadi...
"Gue mikir apaan sih." Batin Aster sambil memejamkan matanya agak lama, mencoba menghilangkan bayangan kejadian dibioskop tadi.
"Lo sakit?" tanya Nadia yang membuat Rangga dan Arthur ikut-ikut menatap Aster.
"Eh. Enggak," elak Aster dengan cepat saat dilihatnya pandangan ketiga orang itu tertuju kepadanya. Tak lama pesanan mereka datang dan Aster langsung cepat-cepat melahapnya, tak mempedulikan tatapan Nadia yang seperti sedang menahan tawanya. Aster melampiaskan rasa kesal dan perasaan aneh yang dia rasakan saat ini kepada makanan dihadapannya.
Ukhuk..ukkhuukk...
Aster tersedak makanannya sendiri, wajah Aster sudah terlihat memerah tangannya meraba-raba ke meja mencari air minum.
"As, astaga makanya pelan-pelan makannya." Nadia mencoba membantu Aster namun karena tempat duduk mereka yang bersebrangan Nadia sedikit kesulitan.
"Nih minum," ujar Arthur memberikan air minum yang sedari tadi Aster butuhkan, tetapi tetap dengan tampang datarnya.
Setelah sedikit reda Aster kemudian mengambil tisu dan mengelap matanya yang berair karena tersedak tadi. Sungguh itu hal yang memalukan, belum lagi beberapa pengunjung memperhatikannya tadi.
"Gue ke toilet dulu," ujar Aster yang beranjak dari kursinya tanpa menunggu jawaban dari teman-temannya. Nadia hanya tersenyum geli menatap punggung Aster yang berjalan menjauh.
"Itu anak kenapa deh tumben banget," ujar Nadia sambil tertawa kecil.
"Emang dia kenapa?" tanya Rangga sambil menatap Nadia yang sudah menghabiskan suapan terakhirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Double A (COMPLETE)
Teen FictionGue selalu mencintai lo dengan sabar. Sebagian cerita di private, jangan lupa follow sebelum membaca 😉 #910 in teenfiction (03/04/2018) #710 in teenfiction (11/04/2018) #405 in teenfiction (24/04/2018) #401 in teenfiction (09/08/2018) #104 in teenf...