Ps: No SIDERS ⚠. Budayakan vote/comment setelah membaca.
Matahari sudah gagah bersinar diatas sana, namun Aster masih bermalas-malasan dikamarnya. Suara ketukan dari luar kamarnya pun sedari tadi tidak dia hiraukan. Tatapan matanya tertuju pada dream cathcer yang tergantung didekat jendela kamarnya. Masih terekam jelas kejadian kemarin saat di karnaval, wajah Arthur semakin menghantuinya sekarang. Aster jadi tersenyum sendiri mengingat bagaimana Arthur memandangnya, bagaimana pria itu meruntuhkan tembok pembatas yang Aster bangun selama ini.
Aster rasa sudah saatnya dia membuka hatinya untuk orang lain, sudah saatnya dia melupakan perasaannya kepada Samudera. Dia harus mulai menulis cerita barunya sekarang.
"Lo tuh ya, kapan sih bisa bangun pagi dihari libur," gerutuan seseorang membuat Aster terlonjak dari kasurnya. Ditatapnya Nadia yang berjalan mendekat dengan wajah sebalnya.
"Lagian lo mau dateng gak bilang-bilang," ujar Aster sambil kembali mengambil tempat ternyaman dikasurnya.
"Kemarin gue kesini tapi lo lagi pergi kata Bi Rasih," ujar Nadia sambil duduk disamping Aster. "Pergi sama siapa lo?"
Aster terlihat salah tingkah mendengar pertanyaan Nadia. "Sama... sama temen gue," ujar Aster.
"Apaan deh lo jadi aneh gitu, pergi sama siapa?" tanya Nadia memaksa Aster untuk menjawab.
"Sama Billy Davidson," ujar Aster sambil tertawa.
"Aelah stress ni orang." Nadia melempar Aster dengan bantal disampingnya.
"Mandi gih," ujar Nadia kepada Aster yang sibuk memainkan ponselnya.
"Mau kemana?" tanya Aster tanpa menoleh kearah Nadia.
"Anterin nyari kado Valentine buat Rangga," ujar Nadia. Harusnya Aster tahu itu, dua hari lagi adalah hati Valentine. Sebenarnya Aster tak begitu tertarik dengan hari Valentine karena menurut Aster hari kasih sayang tidak harus diperingati hanya sehari saja, karena baginya setiap hari adalah hari kasih sayang.
"Emang lo mau beli apa?" tanya Aster yang tak kunjung bangkit dari duduknya.
"Banyak tanya deh, mending lo cepet mandi apa perlu gue yang mandiin?" ujar Nadia sambil mendekati Aster dengan senyuman jailnya.
"Gila!" ujar Aster sambil tertawa masuk kedalam kamar mandinya.
***Taxi yang Aster dan Nadia tumpangi berhenti disebuah Mall, setelah membayar ongkos taxinya mereka langsung bergegas masuk karena Nadia yang sudah tidak sabar ingin memilih kado untuk Rangga. Cukup lama mereka berkeliling Mall untuk mencari hadiah yang cocok untuk Rangga.
Aster yang tak mengerti apa-apa tentang kesukaan Rangga hanya diam mengikuti Nadia yang sedari tadi mendumal karena tidak menemukan barang yang dia inginkan.
"Sumpah gue capek ngikutin lo," ujar Aster mengeluh kepada Nadia. Sudah hampir tiga jam mereka berkeliling Mall tapi Nadia belum juga menemukan barang yang dia cari.
"Hiss yaudah cari makan dulu yok," ajak Nadia sambil menarik tangan Aster yang sudah menunjukkan tampang masamnya.
Sampai didalam sebuah restoran mereka langsung mencari spot tempat duduk yang nyaman. Aster dan Nadia memesan beberapa makanan ringan disana.
"Gue baru tau lo suka caramell mochiatto," ujar Nadia saat sang pelayan menaruh pesanan mereka diatas meja.
"Kenapa? Enak kok coba deh," ujar Aster mendekatkan minumannya ke Nadia.
"Enak sih, tau dari mana lo ini enak?" tanya Nadia setelah mencoba minuman Aster.
"Dari Arthur." Aster langsung menutup mulutnya sadar dia sudah membongkar rahasianya selama ini. Dia merutuki kebodohannya sendiri dan menatap Nadia yang terlihat terkejut.
"Tuh kan bener. Sejak kapan lo deket sama Arthur?" ujar Nadia meminta penjelasan kepada Aster. Nadia sudah punya firasat jika Arthur dan Aster sedang dekat sejak dia menemani Aster mengobati luka Arthur di UKS saat itu. Namun setiap ditanya tentang hubungannya dengan Arthur dia selalu mengelak.
"Gak deket kok," ujar Aster sambil tersenyum malu-malu.
"Gak deket cuma rapet," ujar Nadia yang tertawa diikuti Aster yang ikut tertawa mendengar perkataan Nadia.
"Tapi gakpapa deh lo deket sama Arthur dari pada sama Samudera yang jelas-jelas gak ngelirik lo," ujar Nadia santai sambil menikmati makanannya.
Aster tertegun mendengar nama Samudera disebut. Dia menghembuskan napasnya pelan, Nadia tidak sadar dengan dampak dari perkataannya kepada Aster. Bagaimana jika Arthur melakukan hal yang sama, meninggalkan Aster ketika dia sudah menemukan seseorang yang lebih dari Aster. Tapi Arthur bilang dia bukan tipikal laki-laki yang selalu mempermainkan hati perempuan, apakah perkataannya bisa dipercaya.
"Lanjut yuk," ujar Nadia sambil memasukkan ponselnya kedalam sling bag. Aster hanya mengangguk menyetujui ajakan Nadia.
Aster hanya diam mengikuti Nadia disampingnya. Saat memasuki sebuah toko Aster tertegun saat dilihatnya Samudera sedang berada disalah satu etalase yang berisikan action figures. Nadia yang tak menyadari keberadaan Samudera hanya diam menatap temannya dengan bingung.
"Lo kenapa deh berhenti tiba-tiba," ujar Nadia sambil menarik tangan Aster.
Aster langsung mengikuti Nadia bersembunyi dibalik tubuh Nadia agar Samudera tidak melihatnya. Namun sepertinya dewi fortuna sedang tidak bersamanya karena Nadia menariknya kebagian etalase yang menjual action figures.
Aster memegang erat tangan Nadia didepannya, seolah mengerti temannya itu sedang tegang Nadia menoleh menatap Aster.
"Kenapa?" tanya Nadia bingung. Aster menunjuk kearah Samudera dengab ekor matanya.
Nadia membulatkan matanya terkejut. "Kenapa gak bilang," bisik Nadia sambil berjalan hati-hati menjauhi Samudera.
"Kalian disini juga." Belum sempat mereka pergi menjauh Samudera telah menyadari keberadaan mereka terlebih dahulu.
Nadia langsung berbalik dan merubah ekspresinya jadi dingin. "Iya kenapa?" tanya Nadia dengan judes.
"Emm... gakpapa sih, ngomong-ngomong lo mau beli apa kesini As. Tumben banget setau gue-"
"Dia nemenin gue," ujar Nadia memotong perkataan Samudera. Nadia muak dengan tingkah laku Samudera yang seolah paling mengerti Aster.
"Butuh bantuan?" Samudera menawarkan bantuan kepada mereka.
"Gak usah," tolak Nadia yang langsung menarik tangan Aster agar menjauh dari sana.
Aster sempat melirik Samudera sebentar yang sedang tersenyum kearahnya. Nadia membawa Aster ke etalase yang jauh dari sana. Setelah memastikan Samudera sudah pergi dari sana, barulah Nadia kembali melihat-lihat action figures. Setelah menentukan action figures yang ingin dia beli Nadia langsung membawanya ke kasir. Sempat ada perdebatan antara dirinya dan juga Aster soal action figures mana yang bagus. Aster berpendapat bahawa action figures superman lah yang bagus, namun bagi Nadia ironman lah yang bagus dengan alasan superman itu tidak sopan karena memakai dalaman diluar pakaiannya. Tapi ujung-ujungnya dari dua action figures yang mereka perdebatkan tak ada yang dipilih, pilihannya jatuh pada action figures Gandalf the Grey salah satu penyihir di film The Lord of The Rings karena Rangga sangat suka menonton film itu. Jauh dari apa yang mereka perdebatkan bukan?
Setelah selesai membayar dikasir Nadia dan Aster memutuskan untuk pulang. Mereka berpisah di depan Mall dan menaiki taxi menuju rumah masing-masing.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Double A (COMPLETE)
Teen FictionGue selalu mencintai lo dengan sabar. Sebagian cerita di private, jangan lupa follow sebelum membaca 😉 #910 in teenfiction (03/04/2018) #710 in teenfiction (11/04/2018) #405 in teenfiction (24/04/2018) #401 in teenfiction (09/08/2018) #104 in teenf...