46

43.4K 1.9K 66
                                    

Aster terlihat gugup ditambah Arthur yang sedari tadi diam menambah kesan canggung antara mereka. Tadi Arthur mengajak Aster untuk berbicara di atap sekolah. Namun sejak sepuluh menit berlalu Arthur sama sekali tidak membuka pembicaraan.

Arthur menundukkan pandangannya menatap kearah sepatu sneakers yang dia kenakan. Dia bingung harus memulai bertanya dari mana, ada banyak pertanyaan yang berlarian di otaknya meminta jawaban.

"Lo mau ngomong apa?" tanya Aster memecah keheningan diantara mereka.

Arthur mendongak menatap kearah Aster. Dia menghela napasnya pelan sebelum menjawab pertanyaan Aster.

"Kenapa lo bohong?" tanya Arthur.

Aster bungkam di tempatnya, ini pertanyaan yang ingin Aster hindari. Sedangkan Arthur menatapnya seakan memaksanya memberikan jawaban.

"Kenapa lo harus berpura-pura di hadapan gue?" tanya Arthur lagi.

"Gue gak bohong," ujar Aster sedikit pelan namun masih mampu Arthur dengar.

"Lo bohong!" ujar Arthur saat dia mendengar Aster yang berkata bohong. "Gue tau semuanya As. Gue udah tau," ujar Arthur menatap Aster.

"A-apa yang l-lo tau?" tanya Aster gugup.

"Soal hubungan lo sama Samudera, soal Laura yang suka sama gue. Gue tau semuanya," ujar Arthur.

"Kenapa lo harus berpura-pura kalau lo masih suka sama Samudera? Kenapa lo harus ngejauh kalau Laura suka gue? Kenapa As?" tanya Arthur menuntut meminta jawaban.

Aster merasakan pandangan matanya buram tertutup genangan air mata. Aster tahu hari ini akan terjadi, hari dimana Arthur mengetahui semua siasat yang dia lakukan untuk menjauhi pria itu.

"Karena sahabat gue lebih penting dari perasaan gue sendiri Tur dan satu-satunya cara agar lo bisa ngejauhin gue adalah dengan gue deket dengan Samudera," ujar Aster jujur, dia meneteskan air matanya. "Lo gak akan ngerti seberapa penting sebuah persahabatan bagi gue, jadi gue mohon Tur tolong ngerti. Gue gak bisa biarin lo terus berharap dengan gue, jadi gue mohon jauhin gue Tur." Aster terisak ditempatnya.

"Gimana As? Gimana cara lo bisa nerima semua kenyataan, disaat hati lo menolak?" tanya Arthur menatap Aster sendu.

Aster terdiam tak bisa menjawab pertanyaan yang diberikan Arthur.

"Lo buat hidup lo sendiri rumit As. Lo lebih memilih untuk melukai diri sendiri disaat banyak orang mencoba mencintai diri sendiri buat nikmatin hidup," ujar Arthur melangkah mundur menjauhi Aster.

"Lo melindungi satu hati tapi dengan mematahkan hati yang lainnya. Lo hebat As," ujar Arthur dengan nada memuji tapi mampu menusuk hati.

"Seharusnya dari awal gue sebatas mengangumi lo tanpa harus menjatuhkan hati gue ke lo," ujar Arthur dengan suara yang semakin terdengar pelan. "Tapi apa yang udah patah gak akan bisa balik seperti semula kan? Gue ngertiin lo As, walaupun lo gak ngelakuin hal yang sama ke gue. Mungkin kalau gue pergi nanti lo bakal ngerasain sesuatu dalam diri gue yang gak akan lo temuin pada orang lain," ujar Arthur melirik Aster dari ekor matanya.

"Gue selalu mencintai lo dengan sabar As." Arthur kemudian melangkah pergi meninggalkan Aster yang masih menangis tanpa menyadari Arthur yang telah melangkah meninggalkannya.

Double A (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang