Keesokan harinya setelah mendengar pesan yang dikirimkan oleh Arthur lewat Nadia, Aster langsung buru-buru meninggalkan sekolah. Namun sepertinya dewi fortuna tidak berpihak padanya, diperjalanan nya menuju gerbang tangan Aster ditarik kembali oleh Samudera masuk kedalam sekolah.
"Lo selalu ngehindar tiap gue mau ngomong, sekarang please dengerin gue," ujar Samudera menatap Aster.
"G-gue mau-"
"As please sebentar aja," ujar Samudera dengan tatapan memohonnya yang membuat Aster berhenti memberontak untuk pergi.
"Gue mau minta maaf," ujar Samudera menatap Aster dengan sendu. "Gue tau selama ini gue bertindak egois, gue maksa lo buat balik ke gue." Samudera memegang tangan Aster menggenggamnya erat.
"Gue tau maaf gue gak ada gunanya As, gue udah terlalu nyakitin perasaan lo. Tapi gue cuma mau sahabat gue balik lagi As, gue sadar gue gak akan bisa dapet kesempatan buat dapetin hati lo lagi. Tapi gue harap masih ada kesempatan buat gue jadi sahabat lo lagi As," ujar Samudera yang membuat Aster meneteskan air matanya.
"Gue tau lo bakal berubah kayak dulu lagi Sam," ujar Aster sambil meninju bahu Samudera kuat yang membuat Samudera meringis.
Disaat bersamaan Aster melihat Arthur yang berlari dari koridor sebrang yang masih bisa Aster lihat. Itu berarti Arthur akan melewati koridor ini nanti.
"Lo sahabat gue kan?" tanya Aster kepada Samudera yang dijawab anggukan olehnya.
"Bantu gue," ujar Aster yang langsung memeluk Samudera.
Disisi lain Arthur dengan napas yang terengah engah melihat didepan matanya sebuah pemandangan yang membuat dirinya membeku ditempat. Napasnya terasa sesak, ada sesuatu tak kasat mata yang berhasil menembus hatinya.
Ditatapnya Aster yang sedang memeluk Samudera. Gadis itu memeluk pria yang selama ini menjadi rival terbesarnya. Apa ini artinya dia sudah kalah? Lalu apa maksud Aster selama ini bersikap seperti itu kepadanya. Bertingkah seolah dia mencintai Arthur kemudian meninggalkannya dengan sebuah harapan palsu. Arthur merasa hatinya remuk, dia merasa dipermainkan oleh Aster.
Dengan langkah berat Arthur berjalan menjauhi Aster. Sedangkan Aster sedang terisak didalam pelukan Samudera. Dua orang itu sama-sama tersakiti.
Samudera yang menyadari keberadaan Arthur langsung bisa membaca situasi yang sedang terjadi disekitarnya. Tak lama dari kepergian Arthur gadis itu melepaskan pelukannya.
"Kenapa harus berpura-pura?" tanya Samudera penasaran.
"Karena ada sebuah hati yang harus gue jaga," jawab Aster sambil menatap kepergian Arthur. Hatinya hancur, hanya ada ruang hampa dalam dirinya saat ini. Sebuah pengorbanan yang harus dia jalani demi menebus rasa bersalahnya kepada Laura.
Ya mungkin ini memang tak bisa mengubah keadaan, tapi Aster berharap Laura akan sadar betapa berartinya persahabatan mereka dibanding perasaan Aster sendiri.
"As, gak ada salahnya perjuangin perasaan lo sendiri. Jangan sampe lo sadar bahwa dia berarti ketika dia udah pergi. Gue udah pernah ngalamin itu dan gue harap lo gak ngalamin hal yang sama," ujar Samudera memegang bahu Aster.
"Persahabatan gue lebih berarti dari perasaan gue Sam," ujar Aster. Samudera tidak bisa berkata apa-apa lagi, gadis itu memang seperti itu. Selalu mengorbankan perasaannya demi hubungan sahabat, terbukti dari hubungan Aster dulu bersamanya, dan sekarang hubungan gadis itu dengan Arthur yang pernah menjadi rival terbesarnya. Namun sekarang Samudera sudah sadar, sekeras apapun Samudera memperjuangkan gadis itu dia tidak akan pernah bisa mendapatkannya lagi, karena Samudera tahu ada seseorang yang sudah berhasil menggantikan posisinya saat itu. Ya Samudera tahu Arthur sudah memenangkan pertandingan yang tidak terlihat secara langsung itu dari bagaimana tatapan Aster pada pria itu yang berbeda jauh dari tatapan Aster saat bersamanya.
Dulu Samudera telah salah memilih seseorang yang pantas untuknya, dan ketika dia sudah pergi barulah Samudera sadar bahwa dia sangat berarti. Samudera sudah mendapatkan pelajaran dari kesalahannya, dan dia harap Aster tidak mengalami hal yang sama dengannya.
"Gue anter pulang," ujar Samudera yang dijawab anggukan oleh Aster.
Ditempat lain Arthur sedang memacu kecepatan motornya dengan kencang, tak peduli teriakan dari pengguna jalan yang lainnya. Dipikirannya hanya ada bayangan Aster saat memeluk Samudera dikoridor tadi. Arthur menggenggam erat stang motornya, lalu mengerem motornya dengan tiba-tiba. Suara decitan terdengar memekikkan telinga, namun karena suasana ditempat ini yang sepi tak ada satupun orang yang memarahi Arthur karena suara decitan itu.
"Brengsek!!" Arthur menendang sebuah batu kerikil yang dia lewati. Dia berada disebuah bukit. Pikirannya benar-benar kacau, dia tak menayangka niatan baiknya untuk membantu Aster menyelesaikan masalahnya malah jadi sebuah tikaman bagi dirinya sendiri.
Arthur mengeratkan rahangnya mencoba meredamkan amarahnya. Di dalam kepalanya terlintas bayangan saat dirinya bersama Aster kemarin di karnaval. Bagaimana wanita itu tersenyum padanya dan bagaimana wanita itu memperhatikannya. Jantung Arthur berdenyut nyeri, dirinya tak henti-henti merutuki hatinya yang begitu saja tertipu dengan semua perlakuan Aster padanya. Dirinya tidak sadar bahwa Aster sudah membawanya terbang terlalu tinggi dan sekarang menghempaskannya kembali pada kenyataan.
Arthur butuh pelampiasan kemarahannya, dia kembali menaiki motornya lalu melajukannya ketempat yang selama ini dia hindari.
Sesampainya Arthur ditempat itu Arthur langsung memarkirkan motornya dan masuk kedalam. Baru saja selangkah masuk suara dentuman dari beberapa sound yang terpasang didalam langsung terdengar memekakan telinga. Arthur berjalan melewati beberapa wanita penghibur yang sedang berdiri menggoyangkan tubuhnya di dance floor. Sesekali para wanita itu berusaha menggoda Arthur untuk bergabung bersama mereka. Arthur berjalan ke arah meja bar dan memesan minuman kepada bartender yang berjaga disana.
Satu gelas belum terasa efeknya, dua gelas, tiga gelas, Arthur mulai merasa kepalanya pusing perlahan dia merasa beban dipundaknya terangkat semua. Arthur sudah dalam pengaruh alkohol sekarang, dia sudah tak peduli sudah berapa lama dia disini. Beberapa wanita yang menggodanya pun sudah berulang kali menatapnya sebagai incaran.
Ditempat lain Kaila sedang khawatir mencari keberadaan sepupunya itu. Tadinya Arthur hanya izin sebentar untuk menemui Aster namun sampai jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam Arthur belum juga pulang. Mas Tiyo sebagai pelatih Arthur sempat marah kepada Kaila yang mengizinkan Arthur pergi keluar sasana.
Berulang kali Kaila menghubungi Arthur namun tak ada jawaban dari pria itu. Akhirnya Kaila meminta bantuan dari tema-temannya Arthur untuk mencarinya.
Bio, Rangga, dan Dimas sudah mencari Arthur sejak tadi namun belum menemukannya. Mereka sempat berpencar mencari ketempat yang sering dikunjungi Arthur namun tidak menemukannya di sana.
"Lo udah cari ke apartemen dia belum?" tanaya Rangga yang dijawab anggukan oleh Bio.
Ditempat lain dengan keadaan setengah sadar dia mengemudikan motornya. Itu sangat berbahaya, namun Arthur tak lagi memikirkan itu. Ditengah perjalanan Arthur menghentikan motornya ada beberapa orang yang menghadangnya.
"Minggir gak!" Bentak Arthur kepada segerombolan pria yang menghalanginya.
"Gue kira lo udah berhenti pergi ke club. Ternyata masih sama aja kayak dulu, cuma sekarang lo sok suci aja didepan orang-orang," ujar salah satu dari mereka yang menghadang Arthur.
"Mau lo apa? Berantem? Ayok!" ujar Arthur setengah sadar.
Tanpa membalas perkataan Arthur beberapa orang yang ada disana mulai melayangkan serangannya kepada Arthur, walaupun dalam keadaan setengah sadar Arthur masih bisa mengelak serangan lawannya
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Double A (COMPLETE)
Teen FictionGue selalu mencintai lo dengan sabar. Sebagian cerita di private, jangan lupa follow sebelum membaca 😉 #910 in teenfiction (03/04/2018) #710 in teenfiction (11/04/2018) #405 in teenfiction (24/04/2018) #401 in teenfiction (09/08/2018) #104 in teenf...