Arthur kembali menatap pantulan wajahnya dicermin. Luka lebamnya sudah terlihat samar, dia kembali bersiap-siap untuk berangkat sekolah. Setelah izin tiga hari untuk memulihkan lukanya Arthur harus kembali bersekolah hari ini, dia tidak mungkin mengambil izin terlalu lama. Lagian sebenarnya sehari setelah pertandingan Arthur sudah ingin pergi kesekolah. Namun Kaila melarangnya dengan alasan luka lebam diwajahnya yang masih amat kentara.
Arthur mengambil kunci motornya yang ada di nakas dan menyambar jaketnya yang tergantung didekat pintu. Baru saja Arthur keluar dari apartemennya beberapa tetangganya menyapa Arthur, pria itu membalasnya dengan ramah dan berjalan sedikit terburu-buru menuju parkiran apartemen.
Sesampainya disekolah Arthur langsung berjalan menuju kelasnya. Di sepanjang koridor Arthur merasa banyak tatapan aneh yang memperhatikannya, bahkan ada seorang siswi yang mengedipkan matanya dengan genit kearahnya. Arthur makin berjalan dengan terburu-buru. Sesampainya dikelas Arthur sudah melihat Gilang yang duduk dibangkunya.
"Woy bro," sapa Arthur menepuk pundak Gilang yang sedang sibuk dengan ponsel ditangannya.
"Woy Tur, akhirnya masuk juga lo," ujar Gilang balik menepuk pundak Arthur. "Selamat ya buat kemenangan lo."
Arthur berdecak mendengar ucapan Gilang, "thanks Lang, biasa aja kali." Arthur mendorong kepala Gilang saat dia mendapati Gilang sedang tersenyum aneh kearahnya.
"Bio sama Rangga belum dateng?" tanya Arthur duduk dikursinya. Gilang menjawab dengan gelengan kepalanya.
"Kantin yok, laper gue," ajak Arthur menarik tangan Gilang.
Gilang hanya menurut dan keluar menuju kantin bersama Arthur.
Seperti saat Arthur baru datang tadi, beberapa pasang mata kembali melirik kearahnya. Memang belum banyak murid yang datang, tapi ditatap seperti itu dengan kebanyakan murid perempuan membuat bulu kuduk Arthur berdiri. Mereka lebih seperti singa betina yang kelaparan saat sedang menatap Arthur, seakan Arthur adalah umpan empuk untuk menjadi mangsanya.
"Mereka apaan deh," ujar Arthur berbisik kepada Gilang disampingnya.
Gilang terkekeh dan tertawa kecil. "Lo kan udah biasa diliatin kayak gitu."
"Ya gak gitu juga kali Lang, ngeri gue."
"Gini ya Tur, lo sadar gak sih efek lo menang pertandingan kemarin. Cewek satu sekolah ini tuh sekarang jadiin lo target utama inceran mereka. Jadi DPO lo sekarang," ujar Gilang sambil tertawa melihat wajah Arthur yang terlihat terkejut.
"Sabar-sabar deh lo nanggepin fans lo," ujar Gilang menepuk pundak Arthur.
Sesampainya dikantin Arthur kembali dikagetkan dengan teriakan heboh beberapa murid perempuan. Mata Arthur sukses membulat ketika kumpulan perempuan itu berlari menghampirinya. Gilang dengan spontan bergeser menjauhi Arthur takut menjadi sasaran empuk para fans nya Arthur.
Tidak butuh waktu lama, sekarang Arthur sudah dikepung dengan puluhan murid perempuan disekolahnya. Ada yang meminta foto, tanda tangan, bahkan mencubit pipi Arthur. Arthur sedikit meringis ketika luka lebamnya yang belum sepenuhnya pulih terkena cubit.
"Mampus! Mati anak orang," ujar Gilang menepuk jidatnya melihat keadaan Arthur yang tidak bisa bergerak sama sekali.
Gilang langsung mencari bantuan agar para murid perempuan itu bisa dibubarkan. Matanya menangkap sosok Isabel yang hendak berjalan ke kantin.
"Bel. Bel," panggil Gilang. Isabel berhenti menatap kearah Gilang yang sedang menghampirinya. Dia mengangkat alisnya sebelah seolah mengatakan "kenapa?"
"Gue minta tolong dong, Arthur lagi dikepung sama anak cewek," ujar Gilang.
"Terus?" tanya Isabel singkat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Double A (COMPLETE)
Teen FictionGue selalu mencintai lo dengan sabar. Sebagian cerita di private, jangan lupa follow sebelum membaca 😉 #910 in teenfiction (03/04/2018) #710 in teenfiction (11/04/2018) #405 in teenfiction (24/04/2018) #401 in teenfiction (09/08/2018) #104 in teenf...