Janeta membuka mata. Matanya masih menatap ke atas langit-langit kamarnya. Dia mencoba memiringkan badannya menatap seisi kamar, ada yang aneh saat ia menatap seluruh isi kamarnya. Entah apa yang membuatnya aneh dengan apa yang dia lihat.
Janeta mencoba bangkit dari kasurnya dan mengecek semua barang-barangnya, dia mengingat-ngingat apa yang terjadi dengannya semalam. Badan Janeta seketika berubah dingin saat mengingat kejadian kemarin malam, badannya lemas saat mengingat semuanya, yang dia lakukan hanya memeluk lututnya denga wajah yang ketakutan. Beberapa menit kemudian hpnya berbunyi kencang membuat Janeta bangkit dan mengangkat teleponnya “pagiii...” ucap seseorang dari sebrang teleponnya.
Janeta hanya terdiam dan mencoba melihat layar hpnya dengan gugup “lu siapa kenapa di privat number? Jangan macem-macem sama gue atau gue___” ucapan Janeta terhenti saat seseorang disebrang telepon sana tertawa terbahak-bahak mendengar ancaman Janeta “gak LUCU, LU SIAPA” teriak Janeta dengan geram, Janeta merasa terancam dikota ini.
“Biasa aja kali de, ini aku Alex. Kamu dimana sekarang?”
Janeta sedikit bernafas lega kalau yang menelponnya itu hanya seorang Alex “ngapain kamu nelpon? Bukannya kamu udah gak peduli sama aku? Sampe ninggalin aku dipinggir jalan yang gak aku kenal sama sekali”
“Maaf deh de, aku gak bermaksud ninggalin kamu sendiri kemarin. Aku gak suka aja kita debat kaya gitu, kamu dimana? Aku mau jemput sekarang ya, kalau kamu gak ngasih tau kamu ada dimana aku gak akan bantu apa pun kalau kamu kenapa-kenapa” nada yang diucapkan Alex sedikit mengancam agar Janeta mau memberi tahu keberadaannya.
Alex tidak bisa meninggalkan Janeta sendiri tanpa sepengawasannya karena Alex adalah satu-satunya manusia yang mengetahui keadaan Janeta.
Janeta berfikir sejenak apa dia harus memberi tahu Alex kalau dirinya sedang kost ditempat ini, apa seharusnya Janeta tidak perlu memberitahu apa-apa tentang keberadaannya sekarang, tetapi Janeta akan selalu membutuhkan Alex suatu saat nanti, apa lagi Janeta akan membutuhkan perlindungan dari Alex seperti saat semalem ada orang asing yang dateng ke kostannya dengan perlakukan yang membuatnya ketakutan. Sekarang Janeta berfikir apa dia harus menceritakan kejadian tadi melam kepada Alex atau Janeta harus tutup mulut atas kejadian tadi malem. Janeta tau kalau dirinya menceritakan hal mengerikan yang terjadia padanya tadi malam Alex pasti akan langsung menjemput paksa Janeta saat ini juga tanpa menanyakan Janeta mau atau tidak ikut dengannya.
Janeta lebih memilih diam dan dia mengingat seseuatu. Janeta mengingat kalau semalem ada Estu yang menemaninya dan melindunginya, tapi Janeta juga belum bisa sepenuhnya percaya kepada Estu yang baru saja dikenalan “aku sekarang kost ditempat temen, nanti aku kabarin lagi ya, aku mau telepon temen dulu.” Janeta mematikan teleponnya. Dia mencoba mencari nomer Estu di phone booknya dan menekan tombol hijau. Janeta mendekatkan hpnya ke teling, belum ada jawaban sama sekali dari Estu. Janeta mencoba sekali lagi untuk menghubungi Estu tetapi tetap gagal.
Dia mencoba membuat pesan, jari-jarinya mulai mengetik dengan lincah “kamu diamana sekarang? Kenapa telepon aku gak kamu angkat? Aku baru banget bangun dan inget kalau semalem kamu ada dikostan nemenin aku, makasih buat semalem ya dan makasih udah bantu ngeberesin kamar aku yang berantakan” Janeta mengklik send.
Janeta membaringkan badannya dikasur, sambil memperhatikan seisi kamarnya yang sudah tertata rapih. Entah apa yang harus dia lakukan didalam ruangan ini, sedari tadi dirinya telah memindahkan semua isi kopernya ke dalam lemari baju. Janeta merasa sepi sudah dua jam dia menghubungi Estu tetapi Janeta tidak mendapatkan balasan dari cowok itu sedikit pun, dia kira Estu akan menjawab oke no problem atau apa yang bisa membalas smsnya. Janeta bangkit dari tempat tidurnya mengambil handuk dari jemuran yang ada didalam, untuk segera mandi.
KAMU SEDANG MEMBACA
True Love Ole
Teen FictionApa kalian percaya akan arti dari karma? Karma itu bukan pembalasan tetapi karma adalah sebuah keadilan yang Tuhan berikan agar manusia itu tidak mengulangi kesalahanya lagi. Janeta: Disini aku Berpijak di kota Bandung. Mencoba menyelesaikan tulisan...