10

823 29 0
                                    

Tiga bulan telah berlalu saat Janeta meninggalkan kota Bandung, hampir setiap hari Janeta menemani Sebastian menyelesaikan skripsinya, meluanagkan waktunya setelah kuliah untuk langsung mampir ke rumah Sebastian untuk menemaninya, tidak hanya siang hari Janeta menemani Sebastian menyelesaikan skripsinya, terkadang Janeta menemani Sebastian sampai larut malam seperti malam ini, Janeta menemani Sebastian didepan balkon kamar yang disewanya.

Rumah yang disewa Sebastian sangat megah, dengan semua perabotan yang mewah, rumah tingkat dua yang semua isi rumah terbuat dari kaca,rumah ini mempunyai kolam renang dan halaman depan yang dikelilingi taman yang terawat karena Sebastian menyewa asisten rumah tangga untuk membersihkan rumahnya.

Waktu sudah menunjukan pukul satu malam tetapi Sebastian masih mengetik dan mengambar. Janeta menyenderkan kepalanya dibahu Sebastian yang sedang memfokuskan kepada skripsinya, Sebastian pelan-pelan mengelus kening Janeta dan mencium pipi janeta lembut “kamu udah ngantuk?”

Janeta menggelengkan kepalanya dan masih menyenderkan kepalanya di bahu Sebastian “sayang..” Sebastian perlahan mengngangkat wajah Janeta melepaskan pandangannya dari laptop didepannya “makasih kamu udah setia nemenin aku dalam susah mau pun senang, kamu juga udah setia sabar ngehadapin aku yang kadang sering nyakitin kamu” Sebastian sekali lagi mencium pipi Janeta lembut.

“Itu udah kewajiban aku untuk bantuin kamu, kamu kan bentar lagi akan jadi calon suami aku jadi aku yang harus terbiasa nemenin kamu nyelesaiin pekerjaan kamu, kalau masalah nerima kamu yang pemake itu udah kewajiban aku untuk menerima kamu apa adanya, aku akan selalu bantu kamu sedikit demi sedikit untuk berhenti make lagi...” Janeta memeluk badan Sebastian yang sebentar lagi akan mencium bibir Janeta.

Sebastian perlahan mengangkat wajah Janeta lagi mendaratkan bibirnya ke bibir Janeta, mata coklat Sebastian menatap mata Janeta dengan tajam, menikmati sebuah ciuman yang bisa menghilangkan rasa stres yang melanda.

Janeta perlahan membuka mulutnya membiarkan lidah Sebastian bermain didalam mulutnya, sesekali Janeta membalas ciuman yang diberikan Sebastian, nafas mereka sudah tidak beraturan, Janeta perlahan melepaskan bibirnya dari bibir Sebastian.

Waktu untuk menyelesaikan skripsi tinggal dua minggu lagi, ini sudah tiga bulan lewat satu minggu, Sebastian masih juga belum menyelesaikan tugas skripsinya. Malam ini Janeta berniat menginap dikamar Sebastian, menemaninya yang sedang mengetik di balkon kamarnya, baru beberapa saat Janeta memejamkan matanya Janeta mendengar erangan suara Sebastian, ini bukan hanya sekali dua kalinya Janeta mendengar erangan suara Sebastian tetapi ini sudah puluhan kali Janeta mendengar erangan Sebastian yang sedang melawan rasa sakit untuk menolak tidak memakai barang haram itu lagi.

Janeta membuka matanya perlahan memperhatikan Sebastian yang menggigit tangannya sendiri dengan keras, dia yang terkejut berlari kencang menghampiri Sebastian yang masing menggigit tangannya. Janeta memberikan tangannya untuk menggantikan tangan Sebastian yang digigit oleh dirinya sendiri.

Janeta mengigit kain yang dibawanya untuk menahan sakit dari gigi Sebastian yang sedang mengigit tangannya, tangannya kini sudah terlihat membiru bahkan berdarah. Janeta merasa sedih, pada hal ini sudah satu bulan Sebastian benar-benar berhenti untuk memakai lagi obat-obatan itu, tetapi dampaknya masih saja ada, Janeta menahan tangisnya. “Sayang udah sayang, jangan kaya gini, kamu kuat, kamu hebat, kamu ingetkan kalau kita mau punya Iban dan Jeje?” Janeta mencoba membuat Sebastian sadar kalau dia harus segera bangkit dari masa gelapnya dan menjalani masa depan yang lebih baik bersama Janeta dan orang-orang yang menyayanginya.

True Love OleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang