Sebastian membukakan kaca kayu yang ada dikamar Janeta, semaleman Janeta tidak mengunci kamarnya, jadi pagi ini Sebastian bisa masuk ke kamarnya untuk membangunkan wanitanya.
Sebastian duduk disamping kepala Janeta. “sayang, bangun!” Sebastian mengelus-ngelus rambut Janeta lalu mencium kening Janeta lembut.
Janeta membuka matanya perlahan melihat sinar matahari yang masuk melalui kaca kayu yang berada tepat disebrang kasurnya, dia menarik selimut putih yang ada dibadannya menutupi wajahnya, dia tidak menyadari kehadiran Sebastian yang sedang tersenyum melihat kekasihnya yang susah dibangunkan kalau sudah terlalu lelah.
Sebastian membiarkan Janeta tidur sebentar lagi, untuk menunggu Janeta bangun, Sebastian memilih olahraga kecil seperti push up, sit up dan lari kecil dikamar Janeta.
Saat Janeta membuka mata, Janeta melihat Sebastian push up dikamarnya dan itu yang membuat jantungnya seperti berolahraga juga, keringat yang mengalir dipelipisnya membuat Sebastian terlihat sexy. Janeta tersenyum melihat lengan Sebastian yang berotot dan urat-urat tangannya saat menopang badannya sendiri. Dengan susah payah dia menela air liurnya saat menyadari Sebastian berhenti push up dan menoleh ke arahnya. “Pagi sayang” sapanya.
Janeta menurunkan selimutnya dan berjalan kekamar mandi tidak menjawab sapaan Sebastian, saat didepan westafel Janeta mencuci mukanya buru-buru untuk tidak membayangkan hal yang lebih konyol lagi, mengucek-ngucek matanya berharap apa yang dilihatnya tadi tidak selalu terbayang-bayang lagi. Janeta mendengar pintu kamar mandi diketuk, dia segera membuka pintu kamar mandi dan memperhatikan Sebastian yang tersenyum menatapnya “aku mau ngajakin kamu ke pantai.”
“Ngapain? Aku belum mandi.” Janeta membalikan badannya tetapi badannya ditarik kembali oleh Sebastian. “gak usah mandi, kita bakalan belajar naik sepedah, sebenarnya sih bukan kita, tapi kamu” Sebastian menyentuh hidung Janeta. Kali ini Janeta lupa menceritakan kepada Sebastian kalau Janeta sudah berhasil bisa naik sepedah, jadi apa yang harus Janeta lakukan sekarang? Pura-pura masih tidak bisa naik sepedah? Mungkin itu yang terbaik, karena Janeta tidak mau berdebat kalau Sebastian tau yang mengajarkan Janeta bisa naik sepedah adalah Alex.
“Yaudah deh, tapi aku gak mau kamu ngelepasin tangan kamu dari sepedah ya?”
Sebastian menggelengkan kepalanya. “gimana mau bisa kalau kamu gak pernah mau dilepasin”
“Aku gak mau tau, pokoknya kamu gak boleh ngelepasin tangan kamu dari sepedah aku” ucapnya tegas dan menarik Sebastian keluar dari home stay yang disewa Sebastian.
Setelah beberapa menit mereka jalan akhirnya mereka menemukan tempat penyewaan sepedah disana, tetapi kali ini Janeta beralih fikiran tidak ingin mencoba belajar naik sepedah.
Janeta memilih untuk Sebastian memboncengnya naik sepedah, seperti biasa Sebastian hanya bisa mengalah.
Sebastian menggowes sepedahnya dan Janeta hanya berdiri menginjak pijakan kaki dibelakang, ternyata bukan hanya difoto saja Tidung terlihat indah tapi Tidung pulau yang tidak kalah indah dari Lombok.
Janeta memegang pundak Sebastian erat saat Sebastian mengencangkan gowesannya. Setelah satu jam memutari beberapa tempat di Tidung, Janeta dibawa ke satu jembatan. Sebastian menyimpan sepedah yang disewanya sembarangan, berlari menarik Janeta, mendekat ke kerubunan beberapa orang yang ada disana “kita mau ngapain?” tanya Janeta bingung.
“Liat tuh orang-orang loncat dari atas sana, aku mau kita loncat juga” Sebastian tertawa renyah melihat Janeta yang sedang pucat karena takut ketinggian.
“Ini aku disuruh loncat dari sini?” Janeta menunjuk ke bawah tanpa melihat arah yang ditunjuknya
“Iya kita bakalan loncat bareng-bareng sayang, aku gak mau tau kamu harus berani, kalahin rasa takut kamu” Sebastian mengepalkan tangannya diudara memeberi semangat kepada Janeta yang wajahnya sudah cemas. “kamu bisa sayang” disaat Sebastian dan Janeta mendapatkan giliran untuk meloncat, Sebastian menggenggam tangan Janeta yang sudah basah oleh keringat, sebelum mereka meloncat, Sebastian mencium kening Janeta memberikan kekuatan agar kekasihnya tidak selalu phobia ketinggian terus-terusan. Saat Janeta mengangguk memperhatikan Sebastian, Sebastian menarik Janeta dan BUARRRRR..
KAMU SEDANG MEMBACA
True Love Ole
Teen FictionApa kalian percaya akan arti dari karma? Karma itu bukan pembalasan tetapi karma adalah sebuah keadilan yang Tuhan berikan agar manusia itu tidak mengulangi kesalahanya lagi. Janeta: Disini aku Berpijak di kota Bandung. Mencoba menyelesaikan tulisan...