***
"Apa kita akan terus seperti ini setiap hari? " Sooyoung bertanya kepada Sungjae yang sedari tadi duduk dengan tenang menyantap sarapannya. Mereka hanya makan berdua di istana timur. Dengan meja yang besar dan makanan berlimpah. Apa ini tidak terlalu berlebihan ? Bagaimana mungkin mereka akan menghabiskan semua ini?
"Lebih baik kau makan sarapanmu daripada bertanya terus" Sungjae tak mengalihkan pandangannya masih sibuk mengunyah. Sooyoung mendecih, selalu saja Sungjae tidak pernah menjawab pertanyaannya. Tapi dia malah akan memberikan perintah lain. Benar-benar lelaki susah di tebak.
Sooyoung memakan sedikit makanan yang disajikan para juru masak istana. Seorang dayang yang bertugas menemani mereka bertanya apakah makanan ini tidak sesuai dengan seleranya, namun Sooyoung menggeleng dan meyakinkan ini semua lebih dari enak. Tapi ia hanya butuh sedikit adaptasi. Dia tidak biasa makan dengan dikelilingi oleh orang banyak dan terlebih mereka hanya menonton. Dia sungguh merasa risih. Dan yang lebih risih lagi dia makan hanya berdua dengan Sungjae namun seperti makan seorang diri. Sungjae tak banyak berbicara.
"Kau harus mulai membiasakan diri . Ini adalah tradisi istana. Kau akan sarapan pagi dan makan malam bersamaku. Jika aku sedang berada di istana kita akan makan siang bersama" Sungjae menurunkan sumpitnya. Membagi perhatiannya kepada gadis yang ada didepannya ini.
"Itu aku tidak masalah, tapi aku sedikit risih" dagunya menunjuk kearah para dayang yang berada di sekeliling mereka.
Sungjae paham akan hal ini. Pasti membuat Sooyoung sedikit tidak nyaman. Tapi mau bagaimana lagi. Dia sudah terbiasa dengan semua ini. Karena ini adalah gaya hidupnya selama ini.
"Mulai besok kalian tidak usah menemani kami makan. Cukup siapkan saja makanannya" Sungjae menyudahi acara sarapan pagi bersama itu dengan sebuah pperintah kepada semua dayang .
Sooyoung tertegun, tidak menyangka jika pria ini memikirkan rasa ketidaknyamanannya. Moodnya langsung bagus seketika. Ia tersenyum lebar.
"Jika kau sudah selesai lebih baik cepat bersiap. Kau harus belajar dengan Jungah" Sungjae melangkahkan kakinya meninggalkan ruang makan. Sooyoung dibelakangnya berlari-lari kecil mengejar.
"Belajar? Kenapa aku harus selalu belajar?"
Harga dirinya sedikit terluka. Dia merasa seperti orang bodoh di istana. Dia sudah lulus kuliah. Dia juga mendapat nilai cum laude ya meskipun cuma lewat sedikit dari batas atas yang penting dia cum laude.
Melihat Sungjae yang terus berjalan tanpa menghiraukannya dia jadi sebal sendiri. Dasar si manusia es. Manusia batu. Sooyoung mengeluarkan segala sumpah serapahnya dalam hati.
"Sungjae Sungjae Sungjae" Sooyoung terus berlari mengejar Sungjae. Tanpa sadar Sooyoung malah terjatuh menabrak punggung Sungjae yang tiba-tiba berhenti didepannya.
"Aiisshhh" Sooyoung mengumpat. Menepuk-nepuk telapak tangannya yang kotor.
Sungjae mengulurkan tangannya membantu Sooyoung berdiri. Sooyoung meringis saat tanpa sengaja Sungjae menyentuh tangannya. Telapak tangan Sooyoung terluka. Ada beberapa bekas goresan merah diatasnya. Tanpa suara Sungjae memegang pergelangan tangan Sooyoung menyeretnya ke kamar.
Sungjae mendudukan Sooyoung di sofa merah marun kamarnya. Menyuruhnya untuk diam sebentar. Seperti yang sudah hafal dengan letak barang-barang di kamar ini, Sungjae kembali dari arah kamar mandi Sooyoung dengan membawa sebuah kotak P3K.
Ia mendudukan dirinya di samping Sooyoung. Mengeluarkan beberapa benda dari sana. Sungjae mengambil lengan Sooyoung pelan. Membersihkan luka itu dengan alkohol. Sooyoung meringis karena efek perih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Princess Hours √ TAMAT
Fanfiction"Selamat datang di istana Park Sooyoung, calon Putri Mahkotaku" Ratu berucap seraya membentangkan tangannya bersiap memeluk Sooyoung yang terdiam membatu. Ff sungjoy yang terinspirasi dari drama Korea Princess Hours