###
Sungjae kini tengah menatap Sooyoung yang tertidur di hadapannya. Setelah selesai menangis tadi Sooyoung malah langsung tertidur. Dia pasti lelah sekali setelah menangis terus dari kemarin. Sungjae menumpukan kepalanya di atas siku yang ia jadikan bantal. Mengamati wajah damai Sooyoung dari dekat. Lengannya bebasnya tak pernah lepas menggenggam jemari dingin Sooyoung.
Mulut Sungjae selalu mendesiskan kata maaf tiap menit. Karena ia tak tahu harus bagaimana lagi.
Memorinya memutar adegan dimana saat mereka ada di apartement Sooyoung. Bayang-bayang saat Sooyoung menangis memenuhi pikirannya. Betapa biadabnya dia saat itu. Kalap ingin segera membuat gadis kecil ini hamil.
Ia juga melihat tangan kirinya yang dibebat dengan kasa putih. Bibirnya terangkat ke atas membentuk senyum. Sooyoung yang mengobatinya. Gadis itu marah padanya. Tapi apa yang dia lakukan. Ia tetap peduli dengan Sungjae. Ia bahkan mengobati luka seseorang yang justru sudah menoreh luka lebih dalam padanya.
Kenapa gadis ini baik sekali?
Sungjae sudah semakin mantap. Dia takan pernah melepas seorang Park Sooyoung. Dia akan mempertahankannya, mempertahankan hubungan ini sampai akhir.
Sooyoung bergerak dari tidurnya. Ia menggeliat. Kemudian menggesek-gesekan kaki kecilnya yang menyembul sedikit dari dalam selimut. Dia mungkin sedikit kedinginan.
Sungjae segera membenahi letak selimut Sooyoung. Membuatnya untuk selalu hangat. Mengelus puncak kepalanya.
"Ssssttttt" terdengar seperti seorang ibu yang sedang menina bobokan anaknya.
Pagi sudah tiba, Sooyoung kaget setengah mati saat melihat Sungjae masih meringkuk di atas kasurnya dengan menggenggam tangannya erat. Sungjae ternyata tidur di sini semalam. Sooyoung mengamati wajah lelah Sungjae dengan seksama.
Jari bebasnya ia bawa menyusuri setiap lekuk wajah tampannya.
Matanya.
Mata itu yang selalu ia gunakan untuk memandangnya. Mata yang selalu memutar sebal jika Sooyoung membuat sebuah permintaan aneh atau merengek. Mata yang selalu memancarkan gurat khawatir jika Sooyoung bertindak ceroboh. Mata itu. Apa di dalam mata itu ada gambar dirinya? Dia membuang jauh pikirannya. Itu hanya bualan. Di mata itu ia tak pernah menemukan dirinya. Mata gelap yang selalu membuat ia ikut tersesat.
Telunjuknya kini turun menuju hidung Sungjae.
Hidungnya.
Hidung ini. Hidung yang selalu ia gunakan untuk menciumi Wangi tubuh Sooyoung. Hidung yang selalu menggelitiknya saat dengan sengaja Sungjae menempelkannya di ceruk leher Sooyoung. Hidung yang selalu menghembuskan nafas hangat diatas kulit dinginnya. Hidung itu, apakah ada namanya di setiap hembus nafas yang ia keluarkan?
Telunjuknya kini merambat turun lagi menuju bibir tebalnya.
bibirnya.
Bibirnya kering. Pasti karena jarang di beri lipbalm. Bibir ini, bibir yang selalu ia gunakan untuk menciumi setiap inci tubuh Sooyoung. Berbagi kehangatan bersama. Bibir ini juga yang sudah ia gunakan untuk mengucap janji sehidup semati. Mengikat mereka berdua di hadapan Tuhan. Namun bibir ini juga yang sudah mengkhianatinya.
Kembali mata Sooyoung mengembun. Kenapa ia jadi melankolis sekali akhir-akhir ini.
Mata Sooyoung menerawang jauh. Menatap langit-langit kamarnya. Jemarinya masih bertengger manis diatas wajah Sungjae.
KAMU SEDANG MEMBACA
Princess Hours √ TAMAT
Fanfiction"Selamat datang di istana Park Sooyoung, calon Putri Mahkotaku" Ratu berucap seraya membentangkan tangannya bersiap memeluk Sooyoung yang terdiam membatu. Ff sungjoy yang terinspirasi dari drama Korea Princess Hours