###
Sooyoung menangis dalam diam. Dia menggigit kecil ujung selimut yang ia bagi bersama Sungjae saat ini. Ia tak sanggup. Ini bukan pernikahan yang ia inginkan. Bukan seperti ini.
Sooyoung masih sesegukan. Setelah percintaan kasar yang dilakukan Sungjae padanya ia tak bisa tidur. Ia terus memaki lelaki itu dalam hati. Menyumpah serapah tiada henti.
Terasa sisi kasur sebelah kirinya bergerak. Mungkin Sungjae sudah bangun dari tidurnya. Ini wajar. Melihat matahari sudah muncul di permukaan langit. Jam sudah menunjukan pukul 7 pagi.
Lengan kekar Sungjae kini melingkar posesif di atas perut Sooyoung. Mendekapnya erat seolah takut akan hilang. Sooyoung kini pura-pura tidur. Matanya ia paksa untuk terpejam. Namun kini bisa Sooyoung rasakan pelukan Sungjae kian mengerat. Bisa dirasakannya lagi saat Sungjae menempelkan kulit polos dadanya ke punggung Sooyoung. Menghembuskan nafas hangat diatasnya. Dan memberikan ciuman - ciuman kecil di pundaknya.
"Kau sudah bangun? " Sungjae bertanya di sela-sela ciumannya.
Sooyoung tak bergeming. Masih berusaha memejamkan matanya. Dia kini semakin memegang erat selimut untuk menutup tubuh telanjangnya.
"Aku tahu kau sudah bangun" lagi Sungjae berbicara seolah tanpa dosa.
Setelah apa yang dia lakukan semalam. Tak adakah sedikit rasa bersalahnya pada Sooyoung?
Sooyoung menyerah. Dia menghembuskan nafas pelan. Duduk, sambil terus mencengkram erat selimut menutup bagian dadanya.
"Kau mandilah dulu. Aku akan siapkan sarapan" Sooyoung berusaha bangkit. Memunguti piyama nya yang berserakan di lantai. Kemudian pergi keluar menuju kamar mandi.
Sungjae mengusap wajahnya kasar mendesah frustasi. Ia ingin sekali menjelaskan kepada Sooyoung tentang foto yang beredar di media. Namun entah setan apa yang merasukinya semalam. Bukannya membuat hubungan mereka membaik ia malah membuat semuanya jadi makin kacau.
Sooyoung malah makin membencinya.
Kini Sooyoung sudah selesai membuat sarapan untuk Sungjae. Ia memang membenci Sungjae, tapi naluri kewanitaannya tak bisa hilang. Ia tetap lah seorang istri yang harus melayani suaminya.
Sungjae sudah selesai mandi. Ia memakai bajunya yang kemarin. Kemeja putih yang sedikit kusut. Sungjae mendekati Sooyoung dan duduk di kursi meja makan.
"Kenapa kau belum bersiap?" Sungjae bertanya sambil menggigit sebuah roti bakar yang disiapkan Sooyoung.
Sooyoung diam. Ia memilih untuk menghindari Sungjae. Ia melengos dan menyibukan diri dengan mencuci piring.
"Kita akan pulang langsung ke istana sekarang" Sungjae berhenti mengunyah, dia menatap punggung Sooyoung dari tempatnya.
Sooyoung masih tetap diam. Melanjutkan mencuci piring.
"Aku berbicara denganmu Park Sooyoung!!"
Sungjae emosi. Lagi. Entah sejak kapan emosinya selalu mudah terpancing jika itu menyangkut seorang Park Sooyoung. Padahal sesungguhnyaa Sungjae adalah pribadi yang tenang dan cenderung pendiam.
Sooyoung membalikan wajahnya dia malas meladeni Sungjae dan emosinya yang meletup-letup di pagi hari seperti ini .
"Aku tak akan pulang ke istana. Aku masih mau disini" Sungjae bangkit dari duduknya. Ia mendekat ke arah Sooyoung. Menguncinya dengan kedua tangannya, menempelkan ke arah counter dapur.
"Aku. Bilang. Kita. Pulang." Sungjae memberikan penekanan disetiap kata yang diucapkannya.
Kembali air mata Sooyoung meleleh. Kristal bening itu kembali luruh di pipi chubbynya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Princess Hours √ TAMAT
Fanfiction"Selamat datang di istana Park Sooyoung, calon Putri Mahkotaku" Ratu berucap seraya membentangkan tangannya bersiap memeluk Sooyoung yang terdiam membatu. Ff sungjoy yang terinspirasi dari drama Korea Princess Hours