****
Sooyoung semakin tidak bisa tenang. Karena kejadian yang baru saja terjadi.
Sungjae memeluknya. Memeluk dalam konteks nyata. Sungjae merengkuh tubuh mungilnya dan ia membalasnya. Tangannya dengan bebas berada di pinggang Sungjae.
Mereka hanya berpelukan tidak lebih tapi kenapa rasanya bahagia sekali. Seperti ada sesuatu yang hangat mengalir di dadanya.
Sooyoung hanya berguling ke kiri dan kekanan, bergerak gelisah tak karuan. Yook Sungjae. Kenapa sulit sekali memahami lelaki itu?
Selalu saja itu pertanyaan yang akan muncul dibenak Sooyoung setelah Sungjae melakukan hal-hal manis kepadanya. Sooyoung berusaha memejamkan matanya lagi. Entahlah dia bingung biarkan semuanya mengalir apa adanya.
Keesokan paginya mereka sarapan seperti biasa. Ya seperti biasa dalam diam. Sungjae tak banyak bicara. Hanya makan dan akan menanggapi ucapan Sooyoung hanya dengan anggukan atau deheman kecil.
"Oppa. Apa kau sudah tidak apa-apa?" Sooyoung menatap takut-takut ke arah Sungjae. Takut jika sungjae akan tersinggung jika dia mengungkit insiden yang terjadi kemarin.
"Iya. Itu bukan masalah besar." lihatlah bagaimana sosok seorang Yook Sungjae yang bilang itu bukan masalah besar. Padahal Sooyoung tahu bagaimana cara Sungjae memeluknya semalam. Dasar gengsian.
Sooyoung hanya memberikan Sungjae tatapan 'ya ya ya aku percaya padamu'
"Kenapa kau jarang sekali makan?" kini Sungjae yang bertanya. Beralih menatap gadis didepannya yang masih memainkan sumpitnya diatas mangkuk. Sooyoung tersentak kaget.
"Eh?"
"Aku tahu, kau jarang makan" Lagi Sungjae menimpali.
"Itu..." Sooyoung berpikir mencoba mencari alasan yang tepat. Ia tidak mungkin kan langsung mengaku jika dia tidak selera makan saat Sungjae tak ada. Mau ditaruh dimana wajahnya nanti. Disadari atau tidak namun sosok Sungjae sudah mulai berpengaruh di hidupnya.
Dulu hidupnya berwarna. Bisa keluar bebas. Banyak teman. Main ke sana kemari. Tapi tidak dengan sekarang. Dia di istana. Tinggal sendirian, tak bisa keluar tanpa ijin. Hidupnya berubah jadi monochrome. Cuma hitam dan putih. Hanya ada dia dan Sungjae.
"Jangan melewatkan makanmu. Makanlah meskipun hanya sedikit. Aku tahu kau punya penyakit maag"
Tanpa berkedip Sooyoung menatap Sungjae. Lelaki ini ! Tanpa terasa senyum Sooyoung terbit. Ia senang bukankah ini artinya dia memperhatikannya.
Tapi seketika rasa hangat itu luntur saat adegan Sungjae yang memeluk Jihye melintas dibenaknya. Pikirannya langsung kalut. Dia merasa seperti diterbangkan ke langit kemudian dihempaskan dengan kejam. Rasanya sakit.
'Apakah dia juga seperti ini kepada semua wanita?'
'Apa Sungjae juga bersikap seperti ini kepada Jihye?'
'Bagaimana sikap Sungjae jika bersama Jihye?'
Dia membayangkan hal-hal itu terjadi. Apalagi pertanyaan terakhir yang terus menggelayuti pikirannya. Tentang bagaimana Sungjae bersikap jika bersama Jihye. Dia yang notabene hanya orang asing, dan baru mengenal Sungjae saja sudah diperlakukan seperti ini. Bagaimana dengan Jihye yang jelas-jelas kekasihnya. Hatinya menciut.
Mata Sooyoung berembun. Kenapa ini????
Kenapa dia jadi melankolis seperti ini.
"Jika sudah lebih baik kau kembali ke kamar dan berkemas. Besok kita akan pergi ke Jepang"
KAMU SEDANG MEMBACA
Princess Hours √ TAMAT
Fanfiction"Selamat datang di istana Park Sooyoung, calon Putri Mahkotaku" Ratu berucap seraya membentangkan tangannya bersiap memeluk Sooyoung yang terdiam membatu. Ff sungjoy yang terinspirasi dari drama Korea Princess Hours