Jilid 7

1.8K 26 2
                                    

Memandang orang-orang benteng Zhang-feng yang pergi menjauh dengan membawa dua puluh lima orang tamu makannya, Hoa Yu-ji tertawa dingin di belakang kelompok orang itu!
"Mari kita kembali ke penyeberangan Feng-ling dan pulang ke He-nan." Kata Hoa Yu-ji pada tiga temannya dengan keras, "Jangan mencari keributan. Orang benteng Zhang-feng tidak biasa memaafkan orang, disini adalah daerah kekuasaan mereka, ketua muda benteng itu adalah orang pintar, dalam melakukan tindakan dia tidak ingin menjadikan aku musuhnya, tapi dia bisa mengerahkan kekuatan penuh menghadapi kita. Ayo jalan!"

Kusir utama kereta angkutan dari perusahaan angkutan Tai-an tampak lemas, semua penumpangnya telah dibawa pergi, bagaimana dia bisa bertanggung-jawab pada keluarga mereka? Bagaimana perusahaannya bisa menghadapi benteng Zhang-feng?
Beberapa pelayan yang diusir keluar penginapan juga tampak lesu, marah tapi tidak berani bicara.
"Nona, kalian jangan pergi ke utara." Seorang pelayan menasihati, "di luar perbatasan utara Jie-zhou, orang sering melakukan kejahatan, orang-orang benteng Zhang-feng bertindak semena¬mena, tukang pukulnya juga banyak sekali, tadi nona telah mengatakan kata-kata yang keras,
para tukang pukul itu "
"Aku tahu." Hoa Yu-ji tertawa tawar, "walau ketua muda benteng itu tidak mau mencari urusan, tapi para tukang pukulnya tidak akan tinggal diam. Aku tahu, aku tidak akan memberikan mereka kesempatan bertindak seenaknya lagi."
"Nona, setelah makan siang, berangkat kembali keselatan juga masih keburu."
"Tidak usah, kudanya tidak lelah, jalan dulu saja, aku takut mereka berubah pikiran balik kembali melakukan kejahatan."
Empat orang itu segera naik kuda pergi.
"Wanita iblis ini entah sedang merencanakan apa?" kata Fu Ke-wei dengan penuh curiga, "empat kuda tunggangannya masih segar bugar, sama sekali tidak seperti datang dari penyeberangan Feng-ling, kalau tidak kuda dia pasti sudah kelelahan setelah berlari sejauh lima-enam puluh li, ini pasti ada apa-apanya."
"Bukan hanya itu! Warna kulit kedua orang pelayan laki-laki dan perempuan itu sedikit tidak cocok dengan kenyataan usianya, mungkin mereka telah merubah wajahnya." Kata Ouw Yu-zhen melanjutkan, "tuan, aku berani bertaruh, dia pasti ada maksud datang kesini, dan juga mungkin ada hubungannya dengan benteng Zhang-feng."
"Paling baik dia jangan datang dan berhubungan dengan benteng Zhang-feng, jika tidak dia bisa mengacau di tengah-tengah, itu akan mempengaruhi pekerjaan kita, bagusnya dia sudah pergi."
"Aku pikir dia tidak akan pergi, dia berkata kembali ke selatan, itu hanya untuk pura-pura saja." "Jika dia tidak pergi, aku akan mengusirnya."
"Buat apa? jika dia mengacau, malah bisa menarik perhatian benteng Zhang-feng, dan
terhadap pekerjaan kita, bukankah akan lebih menguntungkan?" Ouw Yu-zhen tertawa, "apa lagi lebih satu teman lebih baik dibandingkan lebih satu musuh Iii! Tuan kau kenapa?"

Saat ini wajah Fu Ke-wei tampak aneh. "Aku sedang berpikir tentang gerak-gerik benteng Zhang-feng, apakah ada hubungannya dengan orang yang akan kita temui? Karena hari ini tepat waktunya kita janji bertemu dengan dia." kata Fu Ke-wei dengan mengerutkan alis.
"Seharusnya tidak!" kata Ouw Yu-zhen, tapi di dalam hati dia ikut tergetar, dengan nada tidak menentu berkata, "tempat pertemuannya adalah penginapan Yung-an ini, orang itu mana mungkin ada di penginapan Yue-lai?"
"Cara kerja seperti mereka, ada satu aturan yang tidak tertulis, jika waktunya belum sampai tidak akan muncul ditempat perjanjian. Aku tetap merasa khawatir, dari sekarang sampai waktu janji pertemuan masih ada empat jam, cepat bereskan pesanan penginapan, aku ingin mengikuti jejak mereka."
0-0-0

Di sana ada daerah bukit berjarak kira-kira sepuluh li dari Lin-jia-gou, sebelah utara bukit ada satu bangunan kuil Dewa Tanah.
Di depan kuil ada lapangan rumput seluas dua puluh zhang, ujungnya ada satu hutan pinus tuayangluas.
Dua puluh lima penumpang itu semua diikat tangannya, dan digantung di atas cabang pohon, jari kakinya pas mengenai tanah. Kebanyakan bajunya sudah sobek-sobek, tubuhnya pun banyak terluka, malah ada beberapa yang tidak berbaju.
Di sudut lain lapangan, terbaring dua mayat penunggang kuda benteng Zhang-feng.
Walau Fu Ke-wei dan Ouw Yu-zhen sering menempuh bahaya, juga tidak tahan menarik nafas berat.
Pertama-tama Fu Ke-wei melihat dulu dua mayat penunggang kuda, tampak dua orang ini mati dipukul, yang satu kepalanya pecah, satu lainnya lehernya putus dipotong.
Timbul banyak pertanyaannya, siapa orang yang memukul mati dua penunggang kuda ini? Di mana orang-orang benteng Zhang-feng?
Paling akhir, dia memeriksa satu persatu para penumpang yang digantung diatas pohon, saat dia melihat penumpang yang ke sembilan, wajahnya mendadak berubah.
Begitu tubuhnya bergerak, dia sudah sampai di sisi pohon.

Pedang Sesat Pisau KematianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang