"Sudah selesai bang" Ucap Stefi.
"Adek gue pinter ya" Cakap Stefan sambil mengacak rambut Stefi.
"Dek, bokap minggu ini balik ke sini"
"Oh, masih inget toh dia sama kita" Ucap Stefi mencibir
"Jangan bilang gitu lah de, dia Ayah kita juga"
"Gitu dibilang Ayah? Hah? Ke mana aja dia pas bunda meningggal?" Ucap Stefi yang suaranya sudah naik oktaf.
"Tenang dek. Abisin dulu makanya" Stefan menenangkan.
"Udah, engga napsu. Lo abisin aja bang" Ucapnya sambil pergi meninggalkan abangnya dan langsung pergi menuju kamarnya.
Brukk
Stefi membanting pintu kamar penuh tenaga. Stefi duduk di belakang pintu. Dia terisak, mengeluarkan semua air matanya. Yang sedari tadi menunggu untuk keluar.
"Ibu Tefi kangen banget sama ibu. Kapan Tefi ketemu sama ibu lagi? Tefi kesepian Bu. Tefi engga dapet kasih sayang. Ayah selalu sibuk."
"Dekk. Jangan nangis. Jangan buat kaka ngerasa gagal jadi abang. Buka pintunya dek." Ucap stefan panik, tapi dengan suara lirih. Stefi membuka pintu kamarnya dan langsung Abangnya.
"Jangan nangis Tefi kan adek abang yang kuat"
"Tumben lo manggil Tefi?"
"Udah yang lagi nangis mah diam aja." Stefi menonjok dada Stefan pelan. Stefan menghapus air matanya.
"Dek, janji ya sama Abang. Ini terakhir kamu nangis karna Ibu." Stefi mengangkuk pelan.
"Mau ice cream? Cokelat? Atau mau beli komik baru? Abang beliin"
"Tumben lo baik"
"Baik salah. Engga baik juga salah. Serba salah jadi gue mah tef"
"Lebay lo ah. Kuy beli ice cream sama cokelat. Sekalian beli komik ya bang" Ucap Stefi yang semangat.
"Ayok. Sana cuci muka terus ganti baju. Abis itu kita berangkat gue tungguin lo di mobil" Stefi berjalan menuju lemari mengambil baju asal dan langsung ke kamar mandi. Tak membutuhkan waktu lama. Stefi telah selesai dan sekarang sudah sampai mobil.
"Cmon bang" Stefan menyalakan mobilnya.
"Dekk" panggil Stefan
"Jangan sedih lagi ya. Gue selalu ada buat lo. Jangan takut kesepian, karena ada gue"
"Siap abangkuh sayang" Ucap Stefi mantap. Mobil Stefan sudah sampai cafe.
"Kok ke cafe Sih bang. Engga jadi beli komik sih"
"Beli komiknya kapan-kapan aja dek. Gue males. Hehe"
"Yaudahlah it's ok. Yang penting ada ice cream. Asikkk"
"Bocah" cibir Stefan. Stefi mengabaikan cibiran Abangnya. Mereka masuk dan memilih tempat dekat jendela.
"Mau pesan apa" Tanya pelayan itu. Stefi menyebutkan makanan.
"Okay. Tunggu sebentar ya Mba" Ucap pelayan ramah.
"Bang gue pengen ke kamar mandi." Stefipun berjalan menuju wc. Memasuki buluk yang kosong.
"Huh lega" Dan sekarang dia sudah berjalan menuju tempat Abangnya.
"Ini hape lo jatuh tadi. Tadi lo lari terus jadi jatuh" Ucap laki-laki yang wajahnya tak asing. Stefi berusaha mengingat wajahnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/86746683-288-k322279.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Violet As Grey
Teen FictionBagaimana rasanya jika dilupakan orang yang kamu paling sayangi? Bagaimana jika orang itu lupa ingatan disebabkan oleh kamu sendiri? Sedih? Itu pasti. Itulah yang dirasakan oleh Adrian Sadena W. Jika ingatanmu hilang dan masa-masa sulit berada da...