Dia terus mengantung kalimatnya. Aku melihat ada rasa berat bicari padaku. Ada apa dengannya? Apa yang mau dia bicarakan? Apa penting?
"Kenapa den?"
"Saya hanya kangen kamu."
Aku diam. dia juga. apa benar?"Tadi mau ngomong apa?"
"Apa yang kamu ingat?""Ingat apa? tentang kamu?" Aku menggeleng pasrah. Datar. Wajah dia datar. Apa yang dipikirkannya.
"Tak apa, akan ada waktu yang tepat."
Lagi-lagi diam. aku benci suasana ini. Aku melihat dia dalam ingatanku, laki-laki berbaju hitam polos. Apa benar itu dia? Cahaya ini terlalu terang, wajahnya aku tak bisa lihat. Tapi, aku yakin dia. Kenapa dia di sana? Bukankah dia bersamaku sekarang?"Kamu kenapa let?" Dia bilang apa let? Apa aku tak salah dengar. Aku pusing. Terlalu banyak pertanyaan di dalam otakku. Tapi tak bisa ku keluarkan pertanyaan itu seakan mereka tidak mau keluar.
"Aku seperti melihatmu dalam kenanganku. Kamu siapa sebenarnya?" Akhirnya keluar pertanyaan ini.
"Kamu tahu aku. Hanya butuh waktu untuk mengetahuinya. Pelan tapi, pasti." Dia tersenyum kecut. Aku melihat matanya ada luka, mulutnya tak bisa mengeluarkan kalimat. Apa begitu dalam luka itu? Aku melihat ada penyesalan yg dalam di sana.
"Butuh tempat bersandar? Aku siap. Kalau kamu mau cerita, silakan. Aku akan mendengarnya." dia diam. Arah matanya selalu mandang ke depan.
"Akan aku ceritakan sedikit, selainnya kamu ingat sendiri. Dulu kamu adik kelasku, kita dekat layaknya adik kakak. Ada masalah besar di masa itu, aku selalu melindungimu. Masa kelam itu, aku tak pernah lupa sedikitpun. Dulu kamu kelas 8 aku kelas 9. Setahun kemudian aku lulus. Tapi, aku membuat kesalahan yang sangat fatal. Sudah itu dulu. Ayo pulang, sudah mau malam." Aku menurut, masuk ke mobil. Aku masih memikirkan apa yang tadi dia bilang, berusaha mencerna apa yang dimaksud. Benang merah itu terlalu rumit. Dia berusaha meluruskanya dan aku yang membuatnya makin kusut. Aku terus mengetetuk kepalaku dengan jari. Merutuki kenapa aku bisa lupa.
"Jangan begitu. Percuma, tak akan ingat dengan cara itu. Itu akan menyakiti kepalamu." Aku akan tanya abangku setalah di rumah. Dia harus cerita kepadaku. Aku tak peduli dia tak mau. Akhirnya, sudah sampai aku masuk ke rumah. Pamit kepada Dena, berterima kasih untuk semuanya, memint maaf kepadanya.
"Bang cerita dong. Kenapa gue bisa lupa ingatan gini. Selama gue lupa, kejadian apa aja yang di sana. Please bang please."
"Nggak ada. Inget sendiri lah." Kata dia.
"Nyebelinnn." Ucapku teriak ditelinganya dan reflek aku menabok kepalanya dengan tangan. Mati. Dia bisa marah. Aku langsung lari ke kamar.
"Sorry bang. Reflek." Ucapku dengan wajah watados.Aku lelah. Aku ingin tidur.
"Nanti kalo vio SMA mau bareng sama kak Dena ya." Ucap gadis 14 tahun.
"Kamu bisa masuk SMA aku kok vi. Aku pulang dulu ya vi. Dadah"
"Anak kayak kamu nggak cocok sama dia." Ucap gadis sebayanya. Tapi, dia mengacuhkannya.
"Kamu mulai berani ya sekarang semenjak pahlawan kesiangan itu datang. Kamu pikir kamu bakal aman? Engga. Sama aja." Dia menjambak rambut gadis itu. Tapi, gadis itu diam saja.

KAMU SEDANG MEMBACA
Violet As Grey
Novela JuvenilBagaimana rasanya jika dilupakan orang yang kamu paling sayangi? Bagaimana jika orang itu lupa ingatan disebabkan oleh kamu sendiri? Sedih? Itu pasti. Itulah yang dirasakan oleh Adrian Sadena W. Jika ingatanmu hilang dan masa-masa sulit berada da...