Family

4.5K 400 10
                                    

----

"Jika aku tidak sakit, mungkin kau tidak akan kesini...." Keluh Nyonya Park.

"...lagipula aku punya hak apa melarangmu, kini kau bukan tanggung jawabku lagi." Tambahnya.

"Eomma, kau tahu ? akhir-akhir ini setiap aku mengeluh perutku sakit aku selalu teringat padamu..." Ucap Jiyeon seraya membelai lembut tangan sang ibu.

"..Aku sering berfikir, apa Eomma sama menderitanya saat tengah mengandungku, apa seperti ini rasanya mengandung seorang anak, terkadang aku selalu berfikir seperti itu." Tambahnya seraya menundukan kepalanya.

"Hhh~ kini kau sudah dewasa, ini yang aku maksud dan tujuanku menikahkanmu terlebih dahulu, agar kau bisa lebih berfikir dan mempunyai tanggung jawab, dan lihatlah aku sukses membesarkanmu hingga kau tumbuh sebagai wanita yang hebat." Pujinya.

"Geundae, apa aku benar-benar sehebat itu dimatamu ? aku tak pernah mendengar pujian yang Eomma berikan padaku, aku hanya mendengar pujianmu kepada eonni, aku merasa lebih berguna sekarang, gamsahabnida" Ucapnya seraya isak tangisnya.

"Dari awal aku terlalu banyak memujimu, dan sukses membuat Jiyeon tampak iri dan ingin lebih hebat darimu..."

"..sejak kau kecil kau tumbuh sebagai wanita yang selalu dimanjakan olehku dan ayahmu, banyak pujian yang terlontar dari mulut teman-temanku saat pertama kali bertemu denganmu, kau anakku yang paling cantik, Jiyeon mendengar semuanya, membuatnya ingin dipuji sepertimu, kau lihat sendiri kan saat dia kecil dahulu ?..."

Jiyeon mengangguk.

"...dia terlahir prematur, dia tak tumbuh sesehat dirimu, tak tumbuh secantik dirimu, itu yang membangkitkan rasa ingin mengalahkanmu dalam diri Jiyeon, kelak jika kau mempunyai anak pasti kau akan merasakannya, bagaimana sulitnya menjadi orang tua yang harus bersikap adil kepada anaknya."

"Mianhae eomma, aku sempat berprasangka buruk padamu" sesal Jihyun.

Tiba-tiba Nyonya Park menggenggam tangan Jihyun cukup erat.

"Aigoo~ uri adeul, sedari dulu aku sangat ingin dekat dengan anak kesayanganku ini, akan tetapi kau selalu menjauhiku seakan menganggapku musuhmu."

Seketika Jihyun berbaring disampingnya seraya memeluknya cukup erat.

"Mianhae eomma, jeongmal mianhae." Sesalnya.

"Gwenchanha, aku tidak menyesal kehilangan anak kesayanganku, kini bayiku sudah besar dan kini akan menjadi seorang ibu."

"Hiks..geumanhae..eomma, kau sama saja dengan Jiminie." Keluh Jihyun.

Tiba-tiba Jihyun bangkit dan duduk menghadapnya.

"Eomma kau tahu ? aku bercerita soal Putri sakura pada Taehyung..."

"aigoo~ kepalaku sakit aigoo~" Keluh Nyonya Park.

"Ah, eomma ! dengarkan aku" Rajuk Jihyun.

"Sirheoyo, aigoo~ kepalaku, aigoo~, aku ingin tidur saja, ceritakan pada orang lain saja, aku ingin beristirahat." Jelas Nyonya Park seraya membaringkan dirinya pura-pura tertidur.

Dengan bibir yang mengerucut Jihyun bangkit dan mencium pipi sang Ibu sebelum berlalu.

"Jalja, Nyonya Park yang menyebalkan." Ucapnya sebelum berlalu.

Dibalik itu Nyonya Park tersenyum sebelum kembali memejamkan matanya ia bergumam.

"Kau sudah besar Cherry Blossom."

---

"Annyeong ajumma !" Kejut Jihyun pada salah satu Ajumma yang tengah membersihkan meja.

"Aigoo~ Agashi, kau masih saja sering mengagetkanku." Kejut Ajumma tersebut.

"Hehe, mian, Ajjumma, apa kau mempunyai apel ?" Pinta Jihyun.

"Oh, isseoyo-isseoyo " Serunya seraya melangkahkan kakinya menuju dapur.

Jihyun tepat berada di belakangnya.

"Duduklah."

"Aku sudah duduk" Lirihnya.

"Aigo~~ kau tak berubah, kupikir wajahmu akan mengerut, tetapi kau masih saja seperti seorang gadis."Puji Ajumma tersebut seraya mengupas apelnya.

"Hey, solma.."

"Aigoo~ aigoo~ lihatlah reinkarnasi putri sakura menyabotase rumah keluarga Park seketika." Goda Jiyeon seraya berjalan mendekati Jihyun.

"Tch! Mincheosseo ! kau sangat berisik sekali." Keluh Jihyun.

"Igeo." Ucap Ajumma tersebut seraya memberikan apelnya.

Namun sekatika Jiyeon menyantap apel tersebut membuat Jihyun kesal.

"Selalu saja kau sirik padaku !" Keluhnya.

"Mian..."

"..Ya, suamimu ada disini." Ucapnya sebelum duduk disamping Jihyun.

"Geureyo ? eoddi ?" Tanyanya.

"Di ruang tengah, Yoongi sedang memperlihatkan sesuatu padanya molla..."

"..Urusan namja" Bisiknya.

"Tch! Babbogateun, geundae Jiminie ikut bergabung dengan mereka ?" Balas Jihyun.

"Hmm..."

"...ya ! jaresseo." Tambah Jiyeon.

"Mwoya ?"

"Kau, kau membujuk para pemilik saham, seisi aula heboh karenamu, wajar saja kau pencari sensasi no 1 didunia." Keluh Jiyeon.

"Hey ! solma, ya ! berhentilah makan apel ku !" Keluh Jihyun.

"Mian, mian, geundae katanya kau sedang hamil ?" Tanyanya.

"Hmm, kapan kau menyusul ? sudahlah kau sudah hebat lebih dari aku ! menikah 3 tahun belum mempunyai momongan ? ckckck"

"Mwoya ! kau bangga sekarang ? aku sudah melepas kb ku dan aku berencana memiliki anak bulan ini, molla, aku terinspirasi olehmu."

"Aigoo! Berhentilah mengikutiku ! apa kau tak bisa berhenti menirukan diriku ?"

"Aish kalian memang benar-benar tak bisa disatukan, tom and jerry cheorom jinjja." Gerutu Jimin seraya berjalan kearah mereka.

"Dan kau sebagai Spike majjwo ?" Goda Taehyung.

"Aish kau sama saja seperti yang lain." Keluh Jimin.

"Tetapi dia memang mengatakan yang sebenarnya." Ucap Yoongi.

"Ya Hyung geumanhae."

"Ah, Taehyung'ssi, kalian menginap saja disini, aku ada beberapa hal yang ingin aku tanyakan padanya." Pinta Jiyeon.

Sejenak Taehyung melirik kearahnya, Jihyun hanya menggedikan bahunya sebagai balasan.

"Ayolah ? kapan lagi kalian menginap disini ?" Rayu Jiyeon.

"Geurom, baiklah, jika Jihyun tidak keberatan."Ucap Taehyung.

"Gaja..." Ajak Jiyeon pada Jihyun seraya berlalu.

Kedua mata Taehyung seakan mengikuti kemana perginya sang istri.

"Wae ? kau merindukannya ? ingin berdua dengannya ?" Ucap Yoongi.

"Hmm, majjayeo, molla." Jawab Taehyung.

"Ja...dari pada kita para Namja bengong mengapa kau tidak ganti baju menggunakan bajunya Jimin ? lalu kita bertemu di ruang tengah, kita bermain catur atau mungkin yang lain ?" Tawar Yoongi seraya menggedikkan bahunya.

---

BRUK!!

"Duduklah!"

"Aku sudah duduk tanpa kau suruh !" Keluh Jihyun.

"Ya ! ceritakan padaku soal malam pertamamu ?"Tanya Jiyeon.

"Sirheo naega wae ?" Sangkalnya.

"Aish kau, ayo ceritakan bagaimana dia bisa menghamilimu ?"

"Ya bisa saja jika Penisnya masuk kedalam lubangku dan menanam benih disana, geut !"

"Daebak ! kata-katamu tak pernah sekalipun disaring !" Keluh Jiyeon.

"Jadi kau membawaku kesini hanya untuk memarahiku ?" Tanya Jihyun.

Dibalik itu kedua Namja tak sengaja mendengar percakapannya.

"Begitulah mereka, tak pernah akur, kadang aku pusing mendengar keluhan Jiyeon Noona, apa JIhyun juga seperti itu padamu ?" Tanya Jimin seraya menyusuri koridor kamarnya.

"Hmm, gageumeun, geundae, aku sudah terbiasa." Jawab Taehyung santai.

"Ah geuroguna, baguslah jika seperti itu...ja, yang tadi banyak keributan itu kamar Jihyun tepat disebelah kamarku, jadi jika kau hendak ^^ aku bisa mendengarnya,ehehhe" Goda Jimin.

"Tch! Arrasseo aku akan memainkan lagu yang kencang." Balasnya dengan senyuman sebelum ikut masuk kedalam kamar Jimin.

"Ja, jika kau mau mandi mandi saja, kau tak boleh sumkan."Ucap Jimin sebelum membantingkan dirinya diatas ranjang miliknya.

"Arrasseo, aku akan memilih bajumu sendiri." Balasnya.

"Jaresseo, jangan anggap aku orang lain, tenang saja, aku akan memanggil Jihyun jika kau sudah selesai mandi." Ucap Jimin.

"Gomawo." Balas Taehyung sebelum masuk kedalam kamar mandi.

Terlihat dari raut wajahnya yang kini menatap langit-langit kamarnya, Jimin berfikir keras.

#FLASHBACK.

"Percuma saja kurasa jika kau menceritakan semuanya pada Taehyung, kami sudah beberapa kali memberitahunya soal Sunghee, namun tetap dia tak pernah mendengarkan." Jelas Jin.

"Lalu apa yang harus aku lakukan agar dia tersadar ?" Tanya Jimin.

"Naega mollasseo, dia tak akan percaya jika dia tidak mengetahuinya sendiri, geundae, keogjonghajima, ikuti saja aturan mainnya, aku, Jungkook dan Hoseok takakan pernah membiarkan bisa yang Sunghee berikan padanya menyebar dan mendominasi tubuhnya, akan kuusahakan semampuku, bagaimanapun Juga, aku adalah saudara kandungnya."

"Mengapa dia begitu bodoh ? Tch!" Gumamnya.

---

"Ya, mengapa kau masih disini ? kau sudah berkeluarga ! mengapa kau masih diam dirumah Eomma dan appa ?" Keluh Jihyun.

"Neo ! maksudku, gara-gara suamimu ! kau tahu berapa banyak saham yang kami berikan keperusahaannya ? itu jatah pembelian rumah, Yoongi Oppa sampai-sampai menunda pembelian rumah untuk saham itu,  ternyata sedikit pun taada dana yang masuk."

"Ah geuroguna ? hmm apa kau ingin aku pinjamkan uang ? uang jatah kuliahku masih banyak."Balas Jihyun.

"Tch! Mincheosseo ? kau mau menyombongkan tabunganmu itu ?"

"Anniyeo, aku hanya ingin memberitahumu saja, bahwa dengan tak kuliah hingga S3 pun aku bisa mengelola perusahaan, walaupun aku sama sekali tidak tertarik." Balas Jihyun sejenak membawa komiknya sebelum kembali duduk.

"Tetap saja kau masih bodoh..."

"Kharajusaeyo !" Sangkalnya seraya membaca lembar perlembar komiknya.

"Ya ! apa kau tak tahu aku merindukan debat denganmu ?" Sangkal Jiyeon.

"Naega anindae!" Jawab Jihyun dingin.

Seraya bangkit Jiyeon menggerutu.

"Tch! Mincheosseo, rainkarnasi putri sakura abal abal"

Jiyeon lekas berlari dan membuka pintu kamarnya saat Jihyun berancang melempar komik yang ia baca dan tak sengaja mengenai Taehyung yang kini tepat berada di balik pintu tersebut.

"Oopss mianhae." Ucap Jiyeon sebelum bergegas pergi.

Sejenak Taehyung mengambil komik tersebut sebelum masuk kedalam kamar Jihyun seraya menutup pintunya.

"Waeyo ? Wae geure ?" Tanya Taehyung.

"Molla, dia sangat menyebalkan." Keluh Jihyun.

"Geuroguna." Balasnya seraya menyimpan komik tersebut diatas meja.

Tiba-tiba Taehyung menarik tangan Jihyun hingga bangkit, ia memeluknya cukup erat seraya menghela nafasnya.

"Gomawo."

"Mwoya ?"

"Kau telah membantuku."

Seketika JIhyun melepaskan pelukannya dengan wajah yang kesal.

"Sudah kubilang sebelumnya, jika kau ada masalah apa salahnya kau bercerita padaku ?" Keluh Jihyun seraya memutar bola matanya diakhir kata.

"Mianhae."

"Geure aku tahu aku memang tak sepintar kalian, aku hanya lulusan D3 akan tetapi akalku melebihi kecerdasan kalian." Gerutunya sebelum kembali membaca komiknya.

"Arra...."

"...bagaimana tidak, seisi aula membanggakanmu, dan mempercayakanmu sebagai wakil pengelola pendiri saham ."

"MWO ?! dan kau menyetujuinya ?" Kejut Jihyun.

"Hmm, waeyo ?"

Seketika Jihyun mengambil bantalnya dan memukul Taehyung disetiap kalimat yang dia katakan.

"Mangapa kau tidak memberitahuku terlebih dahulu ?..."

BRUKK!

"...Mengapa kau langsung menyetujuinya..."

BRUKK!!

"...Kau tahu ? aku tak ingin sibuk bekerja dan mengabaikan anakku !..."

BRUK!!

"...Karena aku tak ingin anakku sepertiku." Lirihnya sebelum melempar bantal tersebut kearah ranjang.

Membuat Taehyung kembali memeluknya.

"Mianhae, jeongmal, seharusnya aku meminta persetujuanmu terlebih dahulu" Sesalnya.

*dibalik itu*

Kedua kakaknya tepat tengah menguping pembicaraan mereka.

"Tch! Jinjja mincheosseo, aku pikir dia akan bertindak lembut pada suaminya ternyata sama saja." Keluh Jiyeon.

"Bukan Jihyun jika dia tidak seperti itu, apalagi dia tengah mengandung, emosinya labil."

BRUK!!

Seketika JIhyun membuka pintunya dan menatap mereka dengan tajam seraya kedua alisnya mengerut.

"Khara ! atau aku akan pulang." Ancamnya.

Tanpa banyak berkata mereka lekas berlari menuju kamarnya masing-masing.

BRUK!!

Dengan wajah yang kesal Jihyun duduk disamping ranjang, Taehyung tepat disampingnya kini.

"Kau ingat kata-kataku ? tak boleh marah-marah." Ucapnya.

"Ah, majjayeo, andwe..andwe aku tak boleh marah-marah....." Gumamnya seraya menghela nafasnya secara berkala.

"..Geundae, sebagai pengelola pemilik saham, apa yang harus dilakukan ?" Tanya Jihyun dengan wajah yang serius.

Seketika Taehyung mengedip-ngedipkan matanya.

"Ekhem, hmm sebenarnya itu hal baru yang ada di perusahaan karena sekretaris atau manager pun bisa melakukannya, sebenarnya gampang saja, kau hanya perlu memantau dana yang masuk diperusahaan yang akan dibagikan pada para pemilik saham."

"Ah, geuroguna, apa itu tugas yang berat ?"

"Hmm, aku rasa tidak, kau hanya perlu memantau dan memanage para pemilik saham agar tetap terkontrol di perusahaanku, bisa dibilang kau perwakilan pemilik saham di perusahaanku." Jelasnya.

Namun Jihyun sama sekali tidak mengerti apa yang dia maksud, terlihat dari raut wajahnya yang mengerut serta mulut yang membulat, sukses membuat Taehyung tersenyum karenanya.

"Ja...ayo kita tidur ?" Ajak Taehyung seraya membaringkan Jihyun dalam pelukannya.

"Apa kau tidak stress menjadi ketua ? aku saja merasa tidak mengerti apa yang harus aku lakukan." Tanya Jihyun.

"Arra, aku akan membantumu."

"Hmm, gomawo."Balasnya.

Taehyung membelai lembut surai miliknya, tanpa mengetahui kini ia sedang berfikir keras.

JIHYUN POV.

Mwoya igae ? apakah benar tak ada dana masuk kedalam deposit para pemilik saham ?

Kemarin kan aku hanya asal berbicara, jika bukan karena drama yang sering aku tonton aku tak mungkin berbicara seperti itu.

Apa itu benar terjadi ? daebak.

Selama aku menikah aku jadi banyak tahu, bahwa hidupku hampir mirip dengan setiap drama yang sering aku tonton.

Ternyata aku semakin yakin, bahwa hidup itu penuh dengan sandiwara, ceritanya mudah tertebak.

Lika liku kehidupan banyak tergambar di sebuah drama dan ternyata itu nyata.

Pahit, manis dan pedasnya kehidupan...

Huh ?!

Mendadak aku jadi lapar ?

AUTHOR POV.

"Apa kau lapar ?" Pertanyaan Jihyun membuat Taehyung sedikit terkejut.

Sejenak ia menundukan kepalanya menatap Jihyun.

"Anniyeo, waeyo ? kau lapar ?"

"Hmm, geundae, aku ingin yang manis, asin dan pedas ? kau tahu apa itu ?"

"Ttokppokki ?"

"Ah, majjayeo, ttokppokki."

"Geundae, memangnya ada yang masih menjualnya jam segini ? ini sudah hampir jam 12 malam ?"

Sejenak Jihyun bangkit, dan duduk menghadap Taehyung.

"Isseoyo, di depan jalan raya sana ada kedai Soju yang menjual Ttokkpokki."

"Ah, kau ingin kita kesana ?"

"Sirheoyo, aku malas keluar, aku ingin memakannya dirumah." Jawab Jihyun dengan manja.

"Ah, kau ingin aku yang membelikan ?"

Seketika Jihyun mengangguk manja.

"Baiklah, kau tunggu disini." Ucapnya sebelum bangkit.

"Khachiga ? aku akan menunggu di dapur ?" serunya seraya berjalan disamping Taehyung.

---

"Huh ? Eoddiga ?" Tanya Jimin yang kini sedang duduk di ruang tamu bersama Yoongi.

"Jihyun ingin ttokpokki." Balasnya seraya memakai jaketnya.

"Tch, wanita hamil."Ucap Yoongi.

"Malam-malam begini ?"

"Hmm, mungkin dia sedang ngidam." Balas Taehyung.

"Boleh aku ikut ? ada beberapa hal yang ingin aku katakan."

"Boleh aku menitip sesuatu ? sepertinya Jiyeon juga sedang ingin Ttokppokki."Tambah Yoongi.

"Bilang saja kau yang ingin Hyung." Sangkal Jimin.

"Baiklah."

---

Seraya berjalan mereka sedikit berbincang sebelum sampai di tempat tujuan mereka.

"Tae ? apa Namjoon itu salah satu temanmu ?" Tanya Jimin.

"Namjoon ? Kim Namjoon Sekretarisku ?"

"Hmm"

"Anniyeo, dia sekretaris yang dipilihkan oleh Jihyun, waeyo ?"

"Mollasseo, hanya saja aku sedikit mencurigainya."

"Waeyo ? apa dia melakukan hal yang aneh ?"

"Anniyeo, geunyang, aku sedikit sulit percaya kepada seseorang...."

"Ah, geundae menurutku dia...."

"Termasuk pada pernikahan kalian." Ucap Jimin seraya menatapnya.

Sontak Taehyung terkejut atas perkataannya, kedua matanya membulat kearah Jimin.

"N-na..."

"Gwenchanha, aku tahu semua yang terjadi, bukan dari Jihyun, tetapi malam dimana kalian bertemu, aku sedikit banyak mendengar pembicaraan kalian." Jelas Jimin.

Wajah Taehyung menyendu seketika, ia menundukan wajahnya sejenak.

"Mianhae" Sesalnya.

"Gwenchanha, karena aku tahu semua soal Jihyun, dia orang yang susah diatur, dia akan melanggar semua aturan yang diperintahkan oleh kedua orang tuaku, itu membuatku heran mengapa dengan mudahnya dia menyetujui perjodohan itu, kupikir dia akan kabur atau melakukan pemberontakan lainnya, dan malam itu semua keraguanku terjawab..." Jelas Jimin seraya menatap Taehyung.

"...naega mollasseo, kau mencintainya atau tidak, geundae aku hanya meminta satu hal, tolong wakilkan aku untuk menjaganya, karena sedari dulu dia selalu berada disampingku." Tambahnya.

Taehyung membalas tatapannya sebelum ia menundukan kepalanya.

"Keogjonghajima, itu sudah kewajibanku." Balasnya.

"Gomawo, geurigu , mianhae, aku sudah menyulitkanmu." Sesal Jimin.

"Gwenchanha, aku akan berusaha semampuku untuk menjaganya."

"Geundae, kau tidak keberatan melakukan ini untuk Jihyun ?" Tanya Jimin.

"Mwoya ? Gwenchanha geurom, aku senang membantunya, lagipula dia sudah banyak membantuku...." Balasnya.

"...Ajjuma, Ttokppokki duljusaeyo." Pintanya pada penjual di kedai yang mana mereka singgahi.

"Ne algesebnida" Jawab ajjuma tersebut.

"Geurigu soju hanajusaeyo." Teriak Jimin yang kini mengambil tempat duduk.

"Ne, algesebnida."

"Apa kau sering minum disini ?" Tanya Taehyung seraya duduk di hadapan Jimin.

"Hmm, ini kedai favorit Jihyun, jika dia ingin mabuk, aku selalu membawanya kesini karena jarak yang dekat dengan rumah, sekaligus aku dapat mengawasinya dari pada dia mabuk bersama teman-temannya." Jelas Jimin.

"Ah, geuroguna, baiklah aku akan kembali setelah membawkan ttokppokki untuknya." Ucap Taehyung sebelum berlalu.

---

"Yoongi Hyung igeo ?" Ucap Taehyung seraya memberikan bungkusan Ttokkppoki pada Yoongi.

"Gomawo..." Balasnya seraya menerima pemberian Taehyung sebelum kembali berkata.

"..Geundae, Jiminie eoddisseo ?"

"Dia sedang dikedai, apa kau akan bergabung bersama kami ?"

"Ah, anniyeo, gomawo." Balas Yoongi seraya menepuk lengan Taehyung sebelum berlalu.

Ia lekas berjalan kearah dapur

"Igeo, ttokkpokkimu ?" Ucap Taehyung pada Jihyun.

Tiba-tiba Jihyun menguap.

"Kau saja yang makan...."

Sejenak Jihyun bangkit.

"...aku sudah makan nasi goreng kimchi barusan, sekarang aku mengantuk, aku ingin tidur, annyeong."Balasnya sebelum berlalu.

Taehyung membeku dengan mulut yang terbuka, ia terkejut.

Tiba-tiba Yoongi datang dan menepuk lengannya.

"Ulah wanita hamil." Ucapnya seraya membawa piring.

Taehyung mengedip-ngedipkan matanya seraya menatap Jihyun yang kini menaiki anak tangga menuju kamarnya.

---

Dengan wajah yang mengerut tiba-tiba Taehyung kembali duduk dihadapan Jimin yang kini terkejut dengan kehadirannya.

"Khamjagia, wae geure ? mengapa kau kembali lagi ? aku pikir kau akan menemani Jihyun dahulu ?" Kejut Jimin.

"Dia sudah makan, lihatlah dia mengembalikan ttokkppokki yang aku beli."Jawabnya.

"Hahaha, ajjuma, benarkan yang aku katakan padamu ?" Teriak Jimin.

"Majjayeo, ja...kau menang..igeo gratis." Balas Ajjuma tersebut seraya memberikan sebotol soju padanya.

"Solma ? apa kau taruhan denganya ?" Tanya Taehyung.

"Akan terasa aneh jika Agashi tidak mengerjai seseorang." Balas Ajjuma tersebut sebelum berlalu.

"Kau itu baru sekali, aku sudah beberapa kali dikerjai olehnya, sekarang kau mengerti mengapa aku menemanimu ?" Tanya Jimin seraya menuangkan segelas soju untuk Taehyung.

"Ah, majjayeo, terkadang dia sering menyulitkanku." Keluhnya sebelum menenggak soju tsb.

"Yah, begitulah dia, jika tidak begitu berarti bukan dia." Balas Jimin seraya kembali menuangkan sojunya. 

"Majjayeo, tapi kadang juga dia bersikap manis." Puji Taehyung.

JIMIN POV.

Gaja...kita gali semuanya.

Kulihat dia kembali menenggak sojunya dan lagi aku tak membiarkan gelasnya kosong.

"Geureyo ? kupikir dia tak pernah bertingkah manis pada namja." Balasku.

Aku berbohong.

"Hmm, mungkin dia hanya memperlihatkannya padaku saja, geundae gwenchanha hanya aku yang dapat melihat sikap manisnya."

Dia kembali menenggak sojunya.

"Chukkae, kau namja pertama dan terakhir yang memilikinya." Balasku seraya menenggak sojuku.

"Mwo ? jinjjarro ? ah majja, pantas saja sangat padat."

Seketika aku tersendak.

Solma ! apa dia mudah mabuk ? dia mulai melantur.

Daebak.

"Mwo ? busunsuria ?" Kejutku.

"Hehe, anniyeo, ja...gaja kita pulang, dia bisa marah jika aku terlalu mabuk."

Daebak, setengah botol soju ? sudah pulang ?

Jika Jihyun mengetahui ini dia bisa menertawakannya.

Setengah botol soju untuknya hanya sekedar menghangatkan tubuhnya.

---

AUTHOR POV.

KRIET!

BRUK!

Taehyung lekas membantingkan dirinya diatas ranjang dimana Jihyun berbaring membelakanginya.

Kedua tangan Taehyung tepat memeluk Jihyun dari belakang seraya memejamkan kedua matanya hendak tertidur.

Tiba-tiba Jihyun membalikan badannya dan membalas pelukan Taehyung, namun sang indera penciumannya lebih tajam dari pada indera penglihatanya.

Hidungnya perlahan mengendus nafas Taehyung yang tercium bau Soju, membuatnya terbangun seraya bangkit dan menutup hidungnya.

Sontak Taehyung pun membuka kedua matanya terkejut.

"Ya ! kau mabuk ?!" Bentaknya.

"Ah, s-sedikit." Jawabnya gugup.

Jihyun membawa bantal nya dan memukul Taehyung di setiap kalimat yang ia katakan.

BRUK!!

"Kau tahu betapa baunya mulutmu !"

BRUK!!

"Kau tak ingat aku sedang hamil ?"

BRUK!!

"DAN APA KAU TAK TAHU AKU INGIN MUNTAH SEKARANG ?!" Bentaknya.

Sontak Taehyung bangkit berusaha menghindar.

"M-mianhae" Sesalnya.

Tiba-tiba Jihyun membawa bantal dan guling seraya mendorong Taehyung keluar dari kamarnya.

"JANGAN TIDUR DENGANKU !" Bentaknya seraya memberikan bantal dan guling tersebut pada Taehyung sebelum menutup pintu kamarnya cukup keras.

BRUKK!!

Dengan wajah yang memelas seraya memeluk guling dan bantalnya Taehyung menatap pintu kamar Jihyun.

"Wae geure ?" Ucap Jiyeon sedikit mendongakkan kepalanya didepan pintunya.

"Waeyo ? kau diusir Jihyun ?" Tanya Yoongi.

Hanya anggukan sendu yang Taehyung wakilkan sebagai jawaban.

"Hahaha, daebak, ya Tae, kau bisa tidur dengan Jimin disana, jika sudah seperti itu akan memerlukan waktu yang lama membujuknya kembali, kecuali jika kau mau melakukan perintah anehnya." Jelas Jiyeon.

"Ah, sirheoyo, aku sudah pernah menjadi lady bug sebelumnya." Jawab Taehyung seraya berjalan kearah kamar Jimin. 

TOK..TOK..TOK.

KRIET!

"Hahaha, kau dimarahi olehnya ? hahaha" Ucap Jimin.

"Neo ttaemunae." Balas Taehyung seraya berjalan kearah ranjang milik Jimin.

"Naega wae ? aku tak memaksa jika kau tak mau minum denganku, kau sendiri yang meminum soju itu kan ? hahhaa"

"Geumanhae, mengapa kau senang diatas penderitaanku ?" Keluh Taehyung.

"Hahaha, jinjja, hahahha..."

---

*04.November.2016*

Pagi hari dibulan November, sudah 1 bulan 11 hari dari awal pernikahan Taehyung dengan Jihyun, yang kini tengah melangsungkan acara sarapan paginya di kediaman keluarga Park.

Suasana hening disana, tak ada satupun dari mereka yang berbicara, tak seperti biasanya Jihyun yang biasanya sering mencairkan suasana, yang tak suka akan adanya keheningan, tampak terdiam dan sama  focusnya dengan setiap orang yang ada disana.

Semuanya diperhatikan oleh Taehyung yang kini merasa sangat tak biasa jika adanya keheningan selama dia hidup dengan Jihyun.

Dia menelan salivanya berat saat melihat wajah Jihyun yang sama sekali tak menatapnya sedikitpun.

Membuatnya semakin gugup dan gelisah tiba-tiba, dia tak mengerti apa yang dia rasakan kini, antara kehadiran Jihyun yang mengubah dirinya secara perlahan.

Atau dia gelisah karena kemarahan Jihyun padanya ?

"Taehyung'ssi ?"

"Kamchagia"

Bahkan dia terkejut oleh sapaan Jiyeon...ckckckk

"Gwenchanha ? mengapa kau bengong ?"Tanyanya.

"Ah, anniyeo geunyang."

"Wajar saja, Jihyun sedang marah padanya."Sangkal Jimin.

"Ah, majjayeo, ada pertengkaran rumah tangga disini, eomma appa ? kalian tahu ? semalam Taehyung tidur dengan Jimin." Ucap Jiyeon.

"Huh ? wae geure ?" Tanya Nyonya Park.

"Busunisseoyo Taehyung'ssi ?" Tanya Tuan Park.

"Ah, anniyeo, geunyang, masalah kecil." Jawabnya sejenak melirik kearah Jihyun.

"Hahaha, begitulah dia, dia masih seperti anak kecil."Balas Tuan Park.

"Geundae, kau tak boleh begitu pada suamimu sendiri." Keluh Nyonya Park pada Jihyun.

"Waeyo ? dia suamiku bukan suami eomma." Balasnya dengan rollingan matanya.

"Ah, gwenchanha eommonim, lagi pula itu hanya masalah kecil."

BRUK!!

"Busunsuria masalah kecil ? apa kau tahu berapa kali aku muntah setelah kau pergi ? kamarku penuh dengan aroma soju !" Sangkal Jihyun.

Seketika seisi dapur melirik kearah Jihyun seraya mengedip-ngedipkan matanya, hingga Tuan Park mencairkan suasana.

"Wajar saja jika dia ingin minum, mungkin dia stress oleh sifatmu yang seperti itu."

Suasana disana mulai menghangat semuanya tertawa seakan membenarkan.

"Tch, mincheosseo, jadi menurut kalian Jimin pun ikut stress karena sifatku ?"

Semua mata melirik kearah Jimin.

"W-w-wae ? naega wae ? aku hanya membantunya menghilangkan stress karenamu."Sangkal Jimin.

"Ah, geureyo ? tanpa memikirkan aku yang sedang hamil ini ?"

"Beri saja mereka hukuman, mengapa harus diperpanjang."Sangkal Yoongi.

"Andwe!" Kejut Taehyung dan Jimin serempak.

"Mwoya ? apa kalian takut oleh hukumanku ?" Kejut Jihyun.

"Geuromnyeo, kau tidak tahu betapa anehnya dirimu ? hamil tidak hamil kau selalu meminta hal-hal yang aneh..."

"..Tae ? apa kau pernah didandani olehnya ?"Tanya Jiyeon.

"Hmm, lady bug"

*Jimin tersendak*

"Jinjjarro ? aku dan Yoongi Hyung pernah didandani sebagai maid olehnya, jinjja mincheosseo." Keluh Jimin.

"Geumanhae, kau membuatku malu."Rajuk Yoongi.

"Kedua temanku pun seperti itu, Jin yang menjadi putri cina dan Jungkook yang menjadi peri."

"Daebak" Kejut Yoongi.

Namun ditengah pembicaraan mereka, Jihyun tertawa membuat mereka bingung oleh tindakannya itu.

"Apa aku benar-benar seaneh itu ? hahaha naega jinjja mollasseo, saat itu aku hanya ingin hahaha, jinjja hahaha."

"Kurasa dia sedikit..."

---

"Jangan sumkan untuk mampir kerumah bersama Jihyun."Ucap Nyonya Park.

"Ne, algesebnida eommonim"Balas Taehyung.

TIN~TIN~

"Ppalli...."

"...eomma ? appa ? naega khatgae ?" Teriak Jihyun di dalam mobil.

"Aish mincheosseo jinjja"Keluh Jiyeon.

"Taehyung'ssi kau harus sedikit bersabar menghadapinya, dia masih butuh bimbinganmu, tolong ingatkan dia jika dia melakukan kesalahan, dia pasti akan berubah jika diberitahu secara perlahan." Jelas Tuan Park.

"Ne, algeseubnida abeonim."

TIN~TIN~

"Ppalli...geez seperti tak ada hari esok saja ? jika kau merindukan kedua orang tuaku kau bisa berkunjung kembali, jadi cepatlah ?"Teriak Jihyun.

"Ya! Mengapa kau sangat berisik" Teriak Jiyeon.

Hanya juluran lidah yang dia wakilkan sebagai jawaban.

"Kha..ppalli kha, jangan beritahu dulu Jihyun soal ramuan itu, jika sebelumnya dia pernah membuang ramuan pemberian ibumu." Jelas Nyonya Park.

"Ne, algesebnida, geurom, aku pergi dulu." Ucap Taehyung sejenak membungkuk sebelum berlalu.

"Aish mengapa aku merasa sedih ditinggalkan olehnya ?"Keluh Jimin.

"Geuromnyeo, dia kan bayimu Jim."Balas Jiyeon.

Mereka melambaikan tangannya pada Jihyun, dan lagi Jihyun membalasnya dengan juluran lidahnya.

BRUK!

"Mengapa sangat lama ? apa kau masih merindukan mereka ?" Tanya Jihyun.

TIN~TIN~
Taehyung tersenyum pada mereka sebelum menjalankan kemudinya, dengan senyum Jihyun melambai kearah mereka.

"Waeyo ? apa kau tidak merindukan mereka ?"

"Anni, jika aku merindukan mereka aku bisa kapan saja datang kerumahku..."

"...ah aku tahu sekarang kau berusaha untuk mengingat mereka setelah nanti kau meninggalkanku ?"

Seketika Taehyung memberi jitakan dikening Jihyun.

"Aw, appasseo, mengapa kau melakukan itu ?" Keluh Jihyun.

"Karena kau berbicara yang tidak-tidak."Jawabnya.

"Ah, molla, hanya saja mungkin jika berlama-lama bersamaku kau akan stress, seperti apa yang mereka katakan dan itu alasanmu mabuk kemarin kan." Jelas Jihyun seraya memalingkan wajahnya.

"Mian, kemarin aku hanya menemani Jimin dikedai, aku merasa tidak enak jika tidak menemaninya minum, lagi pula dia telah mengantarku membeli ttokkppokki yang kau inginkan dan seenaknya saja kau tak menghargai usahaku." Jelas Taehyung.

Saat itu tatapan Taehyung tetap melihat kedepan tanpa menyadari Jihyun menatapnya.

Hingga tiba-tiba ia mencubit pipi kanan dirinya.

"Ya, mwoaneungeoya ?"Rajuk Taehyung.

"Apa aku bermimpi ?"Ucapnya seraya terus mencubit pipinya.

"Seharusnya kau mencubit dirimu sendiri bukan malah mencubitku, aish jinjja appasseo." Keluhnya.

Dan berhasil membuat Jihyun melepaskan cubitannya.

"Hmm, apa kau  ingin ice cream ?"Tanya Jihyun.

Seraya mengusap pipi kanannya Taehyung menjawab.

"Sirheo, bisa saja kau tidak memakannya."

"Anniyeo jinjja, kali ini kita, benar-benar ingin ice cream."serunya.

"Kita ?"

"Oh, aku dan anakku."

"Jinjjarro ? dia bisa memintanya padamu ?"

"Oh, termasuk cubitan tadi."

"Tch, baiklah, aku memberikannya karena permintaan anakku bukan permintaanmu."

"Huh ? mworagu ?"Kejut Jihyun.

Seketika Taehyung mengedip-ngedipkan matanya tanpa menggubris pertanyaan Jihyun.

"Ja..disini saja kita makan ice creamnya." Seru Taehyung seraya mendaratkan mobilnya di depan sebuah caffe.

Jihyun masih dengan posisi yang sama, menghadap Taehyung dengan wajah yang mengerut serta mulut yang terbuka.

"Waeyo ?"Tanya Taehyung yang kini tengah membuka sabuk pengamannya.

"Anniyeo, geunyang."Balas Jihyun sebelum mengembalikan posisi badannya.

---

"Apa masih lama ? kau dapat antrian no berapa ?" Tanya Jihyun yang kini duduk dihadapan Taehyung di Caffe BR.

"33."Balasnya.

"Aish jinjja ! mengapa begitu lama."

"Solma, jangan sampai kau berubah pikiran lagi ?"Rajuk Taehyung.

"Antrian no 33."Panggil seorang kasir.

Seketika Taehyung bangkit dan berjalan menuju meja bar kasir itu. Sontak Jihyun merasa senang karena Ice Cream yang dia inginkan akan dia dapatkan, dia duduk dengan wajah yang gembira dan tak sabar menunggu kembalinya Taehyung seraya membawa Ice Cream keinginannya itu.

Namun seorang Namja bersurai cokelat, tiba-tiba menghampiri dirinya.

"Park Jihyun'ssi ? majjwo ?"

"Hmm, ne majjayeo, nugu ?" Tanya Jihyun.

"Solma ? kau tak ingat aku ?" Kejut Namja itu seraya duduk dikursi yang sebelumnya Taehyung duduki.

"Ah, mollayeo, nugu ?" Jihyun kembali bertanya.

"The most populer Namja in the school." Ucapnya.

"Huh ? School ? " Gumam Jihyun seraya berfikir keras.

"Ah, Zico Oppa ? Jinjjaro ? kau ? Zico Oppa ?" Kejut Jihyun.

Sontak Namja yang bernama Zico itu tersenyum senang, karena Jihyun masih mengingatnya.

"Hmm, majjayeo, aigoo, sangat sulit memang membuatmu mengingatku."

"Mianhae, Oppa, aku memiliki kapasitas memori yang tidak kuat, yang kuingat hal-hal menyenangkan yang aku lakukan disekolah, aku tak mengingat pelajaran ataupun para murid yang bersekolah disana, mian." Jelas Jihyun.

"Gwenchanha, lagipula aku yang salah, aku memaksa Princess of the school mengingat serpihan debu sekolah sepertiku."

"Hey! Solma, kau ketua basket yang sering membuat para Yeoja berteriak."

"Geundae, apa kau salah satu dari Yeoja tersebut ?" Godanya.

"Huh ? ah, hahaha, maybe." Ucap Awkward Jihyun.

"Nugu ?"Tanya Taehyung sejenak memberikan Chumb Ice Cream pesanan Jihyun padanya.

"Ah, igeo, dia temanku saat sekolah, Zico Oppa, igeo..."

"Na, Kim Taehyung, suaminya." Sangkal Taehyung.

Sontak Zico membulatkan kedua matanya terkejut.

"Apa kau sudah menikah ?" Tanyanya pada Jihyun.

Saat Jihyun hendak memakan Ice Creamnya, seketika Taehyung menarik tangan kanan Jihyun, ia menampilkan cincin perkawinan mereka pada Zico.

"See, dia memiliki cincin yang sama denganku, jadi kau percaya bahwa dia istriku ?" Sinis Taehyung.

"Ah, geuroguna, geurom, Jihyunie na khatgaeyo." Ucap Zico sebelum berlalu.

Taehyung lekas mengambil posisi duduknya kembali saat Zico berlalu.

"Nugu ?" Tanyanya.

"Dia Sunbaeku saat SMA." Jelas JIhyun sebelum mulai menyantap Ice Creamnya.

"Ah, apa hubunganmu dengannya dulu ?"

"Eobsseoso, waeyo ? dia terkejut saat mendengar aku sudah menikah ? geuromnyeo, tak ada yang bisa aku lakukan jika bukan mengejutkannya, dulu dia pernah mengutarakan perasaannya padaku..."

"Lalu kau menerimanya ?"

"Anniyeo, aku tak menyukai seseorang yang arogan, dia sangat arogan, kerjaannya mengerjai setiap Yeoja yang ada disekolah, mentang-mentang dia The Most Populer Namja in the school, banyak Yeoja yang mengaguminya, dan hanya aku Yeoja yang tak menyukainya, sama sekali tidak." Jelas Jihyun.

Tiba-tiba Taehyung terdiam, ia menundukan kepalanya sejenak seakan mengingat tingkahnya saat disekolah dahulu.

"Wae geure ? kau sepertinya saat sekolah ?..."

Seketika Taehyung menatap Jihyun.

"...Geundae, maldu andwe, kau lembek dan gay."Keluhnya.

"Mwoya ! mengapa kau mengatakan aku gay dan lembek ?" Rajuk Taehyung.

"Karena kau memang seperti itu."

"Tch! Mincheosseo jinjja." Gerutu Taehyung.

---

"Maldu andwe ! mengapa ini bisa terjadi ?" Gerutu Sunghee.
"Sudah kubilang, dia tak sepadan denganmu, lihatlah seakan dia mengkasihani dirimu, kau yang membuat masalah dan dia yang membersihkan perbuatanmu, kini apa yang kau dapatkan ?" Jelas Namja tersebut.

"Lalu, kau hanya diam saja ?."Rajuk Sunghee.

TAP..TAP..TAP..TAP.

Seorang namja kini berlari menghampiri mereka dengan tergesa-gesa.

"Gawat ! gawat ! depositonya perlahan berkurang lihatlah !" Kejutnya seraya memperlihatkan Laptop miliknya pada mereka.

"AISH ! SHIT ! WAEYO ! WAEYO !!" Bentak Yeoja itu.

"Akuilah kau kalah Sunghee'ssi, menyerahlah dan menikah denganku." Ucap Namja itu.

"Anniyeo, aku takan menyerah sebelum dia dan keluarganya hancur."

"Apa itu yang sesungguhnya kau inginkan ?"

"Mwo ? kau masih terhasut oleh kata-kata Jimin kemarin ? selemah itukah perasaanmu ? ya ! Kim Namjoon'ssi ! sadarkan dirimu ! ingat apa yang sudah kita rencanakan." Jelas Sunghee.

Seketika Namjoon terdiam membeku, perlahan Sunghee melangkahkan kakinya menghadap jendela di rumahnya.

"Gwenchanha, aku akan biarkan mereka berbahagia, hingga nanti aku kembali menampakan diriku padanya... "

"...jika perusahaan bukan kelemahannya, berarti dialah kelemahan yang sesungguhnya...."

"...Mereka....berdua."









*계속*


LETS NOT FALLING IN LOVE [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang