Keputusan Yang Salah

23 11 5
                                    

Sudah pukul 16.34 tetapi hujan belum juga reda, membuat orang-orang yang berlalu lalang mencari tempat berteduh. Di kafe ini Aku merasa tenang. Di temani segelas kopi dengan motif bunga-bunga yang menghiasi pinggiran gelasnya, aku melihat orang-orang itu. Orang-orang dengan kesibukannya sendiri. Ingatan akan kejadian masa lalu selalu teringat di pikiranku. Saat waktu merenggut semuanya yang kupunya.

***

"Manda!!!!" terdengar teriakan yang nyaring memanggil namaku. "hah... hah... hah... loe kok gak nenggok pas gue manggil sih?" nada bicaranya terdengar tidak beraturan akibat dari larinya mengejarku. "Berisik tau gak sih loe, pagi-pagi udah bikin rusuh aja" jawabku datar. "Kan biar seru" sahutnya sambil senyum-senyum sendiri. Aku dan Putri sudah bersahabat sejak kami menginjak sekolah dasar. Kami mengenal betul sifat satu sama lain.

"loe mau main kekelas gue dulu gak put?" tanyanya ku "gak ah, gue belom ngerjain PR nihh" jawabnya cengengesan " ahhh loe mah emang selalu gak ngerjain PR" kataku meremehkan "gue udah tobat nih" jawabnya sambik memukul mukuk dadanya pelan "iya sih tobat tapi mah masih nyontek juga" aku dan Putri tertawa bersamaan.

"dahhhhh pulang nanti bareng ya, tungguin gue!!" teriak Putri yang berada dibelakangku karena ia sudah sampai di kelasnya, aku hanya megangguk mengangguk sebagai jawaban.

***

"loe tuh ya, udah gue bilangin jangan deket lagi sama cowok gak bener itu!!! tapi masih aja lu deketin dia! Sekarang tau kan sebabnya gue ngelarang elo deketin dia? dia cuma jadiin elo sebagai bahan mainan doank" bentak Putri kepadaku "tap...pi di..a b...baik Put" jawabku sesenggukan "baik apanya sih hah?!!!! dia udah nyakitin elo dan elo masih bilang dia baik? otak loe loe taroh mana sih Amanda?!!!" nada bicaranya terdengar frustasi "ahhhh udah lah, loe tenangin pikiran loe dulu aja ok. Gue mau keluar bentar, nanti gue balik lagi" pamitnya yang gw jawab dengan anggukan setelah itu aku mendengar suara pintu kamar tertutup.

Setelah kepergian Putri aku mulai memikirkan apa yang telah dia katakan. Memang benar apa yang ia katakan, tapi tidak semudah itu untuk menjauhinya. Sebaiknya aku tidur, agar pikiranku besok pikiranku menjadi lebih tenang.

***

Kulihat Reza datang menghampiriku dengan wajah yang penuh luka dan lebam. "Manda maafin gue kalo gue udah nyakitin hati loe" Ucapnya sambil memegang lukanya "Loe kenapa? kok muka loe luka luka gitu" tanyaku kepadanya "Gue semalem di hajar sama Putri. Tapi gak apa apa kok, gue tau maksudnya Putri. Udah ya gue mau kekelas" tanpa menunggu jawabanku ia langsung pergi meninggalkanku dengan wajah penuh rasa heran.

"Put kemaren lu pergi keluar kan? Lu mukulin si Reza ya sampe babak belur?" kataku penuh dengan emosi "Apaan sih lo, kok pagi2 udah marah marah aj" katanya polos "OK. Loe kemaren yang mukulin Reza sampe babak belur? kenapa lu mukulin dia sih?" "Gue cuma gak mau liat elo nangis sambil guling guling di lantai cuma gara gara si Reza PHPin elo!" nada bicaranya terdengar tegas "Tapi gak gini juga caranya!!! gue marah sama lo!" kataku sambil meninggalkannya sendirian dikelasnya yang masih terlihat sepi.

Setelah kejadian di kelas Putri, aku mulai menjauh darinya. Dia selalu bertindak seenaknya. Selalu memukuli orang yang aku sayang itu menyakitkan. Aku tidak menyesal telah menjauhi Putri, karena sekarang tidak ada lagi yang mengaturku untuk memilih lelaki mana yang akan aku jadikan pacar. Dan sekarang aku telah memilih Reza sebagai pacarku.

Kudengar ada yang mengetuk pintu kamarku, setelahku lihat ternyata Putri yang datang. Untuk apa dia datang kerumahku? tapi kulihat wajahnya seperti sedang gelisah, Apakah Putri memiliki masalah?.

Time - OctoberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang