"Noona."
"Noonaaaaaa."
"Noo-
"Apasih, Chan?" akhirnya kau menengok kearah sumber suara yang daritadi mengeluh terus tentang pudding susu.
"Mau puding."
Kau memutarkan bola matamu dan menatap anak laki laki yang baru berusia 10 tahun itu. "Noona gak punya uang, sayang,"
Namun ia tak berhenti berusaha.
"Tapi itu puddingnya enak banget Noonaaaaa!!!!!" katanya sambil menunjuk nunjuk etalase kios pudding yang ada di depan tempat kalian duduk.
"Iya, tapi itu puddingnya gak sehat."
"Kata siapa! Aku udah pernah makan kok!" Chan berdiri dan langsung menendang nendang kakimu.
"Aduh, Chan, ngapain sih kamu-" katamu, menahan dirinya dan kembali menyuruh dia untuk duduk disebelahmu. "Mamamu gak ngebolehin kamu makan apa apa selain makanan rumah, Noona gak bisa asal sembarang beliin kamu lho,"
Siang itu, kau ikut ibu mu dan teman ibumu berbelanja disuatu pertokoan di Hongdae, dan ternyata kebetulan teman ibumu membawa anaknya, Chan. Kalian berdua dulu sering bermain bersama, dan kau mengenali Chan semenjak ia lahir, kau lebih tua 4 tahun daripadanya.
Nah, karena kalian berdua sudah lelah mengikuti ibu ibu kemana mana, akhirnya kau memutuskan untuk istirahat bersama Chan sambil menunggu ibu ibu itu selesai berbelanja ria.Dan ternyata menjaga Chan lebih melelahkan lagi.
Chan langsung cemberut, memukul mukul lenganmu perlahan. Tidak sakit, namun sangat menganggu. Terlebih lagi daritadi mas mas penjaga kasir toko pudding tertawa kecil melihat tingkah anak kecil dan gadis muda tengah bertengkar soal puding.
"Chan, udah dong, diliatin tuh," katamu, mencoba menenangkan si anak umur 10 tahun itu.
Chan mencibir. "Halah, noona naksir ya sama mas mas kasirnya? Genit."
Mukamu langsung merah padam, membungkam Chan dengan menutupi mulutnya dengan telapak tanganmu. "Hush!"
"Mffff--bener kan? Jangan boong Noon." katanya pelan.
Memang benar sih, daritadi kau juga melirik lirik kearah kasir itu. Kau baru berusia 14 tahun, tapi laki laki itu keliatan menarik. Kira kira umurnya berapa ya-?
"Noona, mau gak aku kenalin sama kasirnya?"
"Heh, apaansih kamu. Emang kamu kenal sama kasirnya?"
"Nggak," katanya menggeleng.
"Ya terus?"
"Ya noona beliin aku pudding, nanti Noona bisa deketin deh," ujarnya polos, sambil mengangguk angguk lucu.
'Iya juga ya,' pikirmu. "Yaudah deh, ayo. Tapi kamu jangan bilang ibu kamu ya kalo noona beliin pudding?"
Chan mengangguk, langsung semangat. "Siap kapten!"
Kau tertawa dan membawanya ke depan kios pudding itu.
"Selamat datang," sapa laki laki kasir itu.
'Sial, ganteng banget dari deket.' batinmu, mencoba kalem.
"Uh, pesen puddingnya satu."
"Mau yang rasa dan ukuran mana?"
Chan mengambil alih pembicaraan. "Aku mau rasa cokelat, yang ukuran paling besar!"
Kau menyengol lengannya. "Noona gapunya uang sebanyak itu!" Melihat harga cup ukuran besar ternyata lebih mahal 5.000W daripada yang lain, kau langsung waspada.
Chan cemberut. "Ih, Yaudah deh, yang medium."
Laki laki kasirnya mengangguk setelah kau mengisyaratkannya untuk memenuhi orderan mu itu. "Oke, satu puding cokelat medium ya. Harganya 7.000W,"
Kau mengangguk dan menunggu orderannya jadi, sambil menatap laki laki itu terus yang tengah memenuhi orderan.
"Noona, gak ditegur?" bisik Chan.
"Ah, mau ngomong apa aku?" balasmu.
"Ya apa kek gitu...." Chan mengangguk. "Atau mau aku yang tanyain?"
Kau memutarkan bola matamu lagi, menepuk kepala Chan. "Udah ah, kamu terlalu muda buat masalah percintaan gini."
Chan cemberut dan menyandarkan punggungnya disebelahmu. "Ish."
Kau hanya tertawa kecil dan mengelus kepalanya. "Nanti ya, kalo kamu udah gedean dikit."
"Ini pesanannya!" Laki laki kasir itu tersenyum dan menyodorkan satu cup medium pudding cokelat. Kau mengangguk dan berterima kasih, tidak menambahkan kata kata apapun.
"Noona, ayo bilang apa kek," Bisik Chan lagi, masih tidak ingin Noona nya pulang dengan hasil nol. "Aku panggil ya?"
"Nggak ih!!!" Kau langsung mendorong Chan jauh jauh dari kios itu, menatapnya tajam. "Noona gak berani. Awas kalo kamu berani ngomong sama dia."
Chan cemberut lagi dan langsung memakan pudingnya saja. "Cih, yaudah." Dia kembali ke tempat duduk kalian semula, membiarkanmu melihat sesosok laki laki itu sekali lagi.
Tidak lama kemudian, salah satu staf kios itu kembali entah darimana. Seorang perempuan, masuk ke dalam kios dan menegur laki laki itu yang tengah memainkan hape. Mereka saling tertawa, menepuk lengan dan pundak sambil bercanda. Kelihatannya mereka sangat akrab. 'Tuhkan, dia udah punya gebetan. Lagipula gue kemudaan kali buat dia.' batinmu.
Tiba tiba saja, Chan menyenggol lenganmu sambil berkata. "Noona, keduluan ya?"
Kau menengok kearah Chan yang tingginya jauh lebih pendek daripadamu, muka merah lagi.
"Uh, nggak kok. Mungkin aja itu temennya,"
"Oh," singkatnya, memainkan kakinya sambil mengangguk, melanjutkan memakan pudding. "Nanti kalo udah gede, aku mau deh jadi pacar noona,"
"What?" Mukamu tambah merah, tapi kali ini kau benar benar ingin tertawa mendengarnya. Lucu sekali anak ini.
"Biar noona gak jomblo seumur hidup,"
"HEI!!!!!!!"
--------------------------------------------------------
Our baby chan ;;;;; dia tambah gede huhuhuhu ini tuh kayak gue liat hyuk vixx berubah dari maknae imut imut jadi anak dewasa :""""
ini ngetiknya 2 jam sebelum test kanji HAHAHHA dari kemaren test mulu, kemaren test kanji, hari selasa kemaren test grammar :") puyeng aing.
sudah ya, nantikan yg selanjutnya(?) o//
YOU ARE READING
Seventeen Imagines.
FanfictionHanyalah kumpulan cerita khayalan seorang CARAT. ---- WILL BE UPDATED REGULARLY AFTER ONE UPDATED----SOON!