Part 8 - Chef Felicia

753 55 8
                                    

👆 Maaf membuyarkan imajinasi kalian, tapi Emma Watson adalah gambaranku tentang Felicia. 😍😉

---------------------------------------------

Felicia POV

Aku menolak ajakan Khristy karena ada Kenan di rumah, kunci aku yang bawa tidak mungkin kubiarkan dia yang membawanya.

Kuputar kunci rumah untuk membuka pintu. Mobil Kenan terparkir beberapa saat setelah aku masuk.

"I'm home!" kata Kenan memasuki rumah.

Dasar cowok aneh. Aku menatapnya sejenak kemudian menaiki tangga memasuki kamarku dan menguncinya. Tak ada siapapun yang boleh masuk kamarku tidak Khristy, Devan bahkan ibuku sendiri.

Aku sangat menjaga yang ada di kamarku juga privasiku. Kubuka lemari bajuku menganti pakaian lalu membaringkan tubuhku sebentar. Menghela nafas panjangku tanda bahwa hatiku sangat berat saat ini memandangi langit - langit kamarku. Tes. Air mataku terjatuh kuhapus cepat tak ingin berlarut dalam perasaanku.

Saat aku membuka pintu kulihat tangan Kenan akan mengetuk pintu beralih menggaruk kepalanya yang tak gatal. Mau apa dia? Aku langsung menutup pintu dan menguncinya lalu mengangkat daguku seolah bertanya 'Ada apa?'

"Ehm, gue kira lo kenapa - kenapa. Soalnya lo gak keluar - keluar sih," ucapnya kikuk.

Aku mengedikkan bahuku kemudian berjalan meninggalkannya.

-------------------------- -- --

"Lily putih seperti biasanya, nona?" seorang wanita penjual bunga bertanya pada Felicia sambil tersenyum melihat kedatangan Felicia di tokonya.

Dia pun tersenyum dan mengganguk. Sepertinya Felicia sering kesini hingga wanita penjual bunga tau apa yang akan dibelinya.

Wanita tadi telah selesai merangkai sebuket bunga lily putih cantik lalu menyerahkannya pada Felicia. Dia merogoh uang disakunya lalu membayar bunganya.

Felicia berjalan di sebuah tempat pemakaman. Meletakkan buket bunga yang dibelinya tadi disalah satu makam. Terlihat ada kesedihan yang mendalam pada raut wajahnya. Tangannya mengusap sayang batu nisan penanda siapa yang terbaring damai di bawah sana.

Tidak ada air mata tak ada isakkan keluar dari mulutnya atau pun kata - kata, hanya kediaman. Felicia berada di makam itu hampir satu jam dengan doa - doa yang dipanjatkan dalam kediamannya.

-------------------- -- --

Ceklek!

Felicia membuka pintu langsung disambut Kenan dengan tatapan khawatir.

"Lo tuh kemana aja sih keluar lama bener. Gak liat waktu apa?" cerocos Kenan dengan tangan dilipat di dadanya. Sudah seperti ayah yang memarahi anaknya yang pulang terlambat.

Felicia malah menatap aneh pada Kenan. Dan dia melakukan hal yang sama lagi mengangkat dagunya seolah bertanya 'Mau apa lo?.'

"Duh, lo tuh ya diajak ngomong nyahut kek, jawab gitu gue tanya. Berasa ngomong sama tembok nih gue," protes Kenan.

Dia beneran cowok gak sih? Bawel bener kayak emak - emak, batin Felicia lalu mengedikkan bahunya berjalan melewati Kenan.

Langkahnya terhenti karena tangannya ditahan oleh tangan lain. Felicia menatap tajam pada Kenan. Yang ditatap langsung melepaskan tangannya.

"Eh, so--sorry gue gak maksud pegang tangan lo. Gue cuman mau ngomong."

Felicia pun mengubah tatapan tajamnya menjadi datar, menunggu Kenan bersuara lagi.

"Gue laper nih udah mau jam makan malam. Lo kan ngunciin gue di dalem rumah." jelas Kenan dengan memelas.

Felicia memang mengunci pintu rumah. Waspada kalau - kalau Kenan berbuat hal yang tidak inginkan dalam rumahnya.

Felicia menghela nafasnya. Dia mengangkat telunjuknya mungkin artinya 'Sebentar' kemudian melangkah lagi menuju kamarnya.

Sementara Kenan duduk di sofa menunggu Felicia sambil menggerutu. Duh, tuh cewek gak punya pri-kemanusiaan banget sih. Udah gue dikunciin dalam rumah gak dikasih makan, kan gue jadi kelaparan.

Beberapa saat Felicia keluar menuruni tangga sudah berpakaian santai. Dia berjalan menuju dapur lalu memakai celemek, menggeluarkan beberapa bahan makanan dan mulai mengolahnya.

Kenan berjalan mendekatinya memperhatikan apa yang dilakukan Felicia. Dia pun duduk di meja makan dekat dapur memandangi Felicia yang tengah memasak untuknya. Berasa udah punya istri aja nih, hehehe, Kenan tertawa dalam hati.

"Makan!" ucap Felicia meletakkan makanan di meja tepat di hadapan Kenan. Lalu duduk bersebrangan dengan Kenan.

Felicia mulai menyantap makanannya.

"Wah, enak banget masakan lo, Lic. Jago masak juga ternyata lo. Kagak nyangka gue, Chef Felicia. Wah, keren tuh!" ucap Kenan berdecak kagum.

Felicia tak mengubris pujian Kenan. Setelah makan malam Felicia kembali ke kamarnya dan langsung menguncinya. Sementara Kenan menggerutu dalam hati dengan sikap Felicia.

--------------------- -- --

Felicia POV

Aku sudah siap berangkat ke sekolah. Saat aku sampai di bawah kulihat Kenan sedang duduk di sofa dan mencari sesuatu di dalam tasnya. Entah apa yang dicarinya aku tak peduli.

Aku berjalan tak menghiraukan keberadaannya. Ketika aku melangkah kakiku seperti menginjak sesuatu. Kuangkat kakiku melihat apa itu.

Mataku membulat melihat apa yang aku injak.

"Eh, i-itu anu--aku.." Kenan tergagap berusaha berbicara namun tak menjelaskan maksudnya.

Aku mengerutkan keningku tak mengerti tapi selanjutnya aku paham yang terjadi. Mataku melihatnya tak percaya. What?! Jadi ini yang dia cari? Gue sama sekali gak mempercayai ini jika dia tidak menunjukkan tingkahnya seperti itu.

----------------------------------------

Pendek ya? Maafkan Ayas 😔, tapi dipart ini banyak teka - teki tentang Felicia ya.
Hayo.. Makam siapa yang di datangi Felicia? Eh, terus yang ditemuin Felicia apaan tuh? Penasaran?

Ikuti terus kisahnya yak!! 😉 Jangan lupa vomment, yang kemarin belum terpenuhi loh tapi Ayas udah update sebagai tanda terimakasihku ke readers sekalian. Peluk satu - satu para readers 😀😁🙅 #lebayAyas #abaikanAyas

Love Like a PuzzleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang