Club

42.3K 2.6K 65
                                    

Nadine sedang sendirian di kantin, ia sedang membolos. Hari ini ia terlambat karena seperti biasa ia selalu pulang jam 3 pagi setiap harinya. Jadi daripada kena hukuman oleh guru killer karena terlambat, lebih baik ia membolos saja.

Ia hanya mengaduk jus jeruknya tanpa minat. Nadine merasa bosan karena ketiga temannya tidak bisa ikut bolos sepertinya, mereka tidak bisa kabur dari kelas.

"Huft gue bosen ih mana tiga curut gak ada yang bisa cabut ih oon banget mereka. Suami masa depan gue lagi latihan basket ga ya? Liat ah." Nadine segera meninggalkan kantin dengan jua jeruk yang belum diminumnya sama sekali.

Nadine berjalan menyusuri koridor menuju lapangan basket. Koridor terasa sepi karena jam belajar sudah dimulai sejak setangah jam yang lalu.

Ia sudah sampai di lapangan basket. Benar dugannya jika Abelano dan tim serta pelatinya sedang latihan untuk olimpiade disana.

Tanpa membuang waktu, Nadine segera berlari menuju lapangan basket, "LANO SAYAAANNGGG ISTRI MASA DEPANMU HADIR YUHUUUUUU! OYY PARA TERONG KECABEAN! INI RED CARPET BUAT NYAMBUT GUE MANA? KOK GAK DIGELAR SIH?" teriak Nadine seperti biasa.

Abelano hanya mendengus melihat kedatangan Nadine, sedangkan pelatih dan teman-teman Abelano terkikik melihat kelakuan Nadine yang tidak berhenti mengejar Abelano. Padahal banyak lelaki tampan yang mencoba mendekatinya, tapi apa daya ia hanya melihat ke arah Abelano seorang.

"Bolos lagi, Nad?" tanya Tian, pelatih tim basket disana.

"Iya Kak hehe lagian daripada Nadine dihukum sama badak bercula lima mending Nadine bolos sekalian." Cengir Nadine. Tian hanya menggelengkan kepalanya.

Tian tidak dipanggil dengan sebutan 'bapak' oleh para murid disana karena ia masih muda.

"Sayang, kok kamu diem aja sih padahal kan istri masa depan kamu ada disini." Nadine duduk disamping Abelano tang tengah beristirahat di tengah lapangan sambil menusuk-nusukkan jarinya di pipi Abelano.

"Berisik. Pergi lo sono." Usir Abelano dengan wajah tripleknya pada Nadine yang membuat Nadine mengerucutkan bibirnya sebal. Dan itu membuat semua orang yang ada disana tertawa, kecuali Nadine dan Abelano tentunya.

Dug

Dug

Dug

"Adaw!" Beberapa anak basker meringis karena Nadine melempar mereka dengan bola basket yang ada di dekatnya.

"Diem lo para terong! Lano kamu kasian banget sih keringetan gitu sini aku elapin keringetnya." Nadine berucap garang pada para anak basket yang lain dan langsung melembutkan suaranya saat menoleh pada Abelano lalu segera mengambil sapu tangan untuk mengelap keringat Abelano.

Anak basket dan pelatih mereka hanya memutar bola mata mereka malas melihat perubahan sikap Nadine yang sangat cepat jika sudah berhubungan dengan Abelano.

Abelano hanya menatap datar Nadine yang tengah mengelap keringatnya. Ia merasa risih dengan kelakuan Nadine yang selalu dekat-dekat dengannya. Tapi sebenarnya Abelano juga berterimakasih karena jika Nadine tidak dekat-dekat dengannya, mungkin hampir semua siswi akan berlaku seperti itu padanya.

Tidak ada yang berani mendekati Abelano karena ada Nadine yang selalu ada di dekat Abelano. Hampir semua siswi disana takut pada Nadine karena ia terkenal dengan wajah cantik tapi dapat menyeramkan secara bersamaan. Ia akan memberikan pelajaran siapapun yang berani mendekati Abelano sampai orang itu menjauh dari Abelano.

Jujur Abelano senang karena ia tidak didekati oleh para siswi disana, tapi tetap saja ia juga risih karena Nadine terus mendekatinya. Dan Abelano tidak mungkin berlaku kasar pada Nadine untuk mengusirnya, karena ia tidak suka bermain tangan dengan wanita. Ia sangat menyayangi bundanya dan Abela, jadi jika ia menyakiti Nadine sama saja ia menyakiti dua orang yang amat disayanginya.

Cold BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang