Nadine saat ini sedang berada di rooftop. Ia membolos pelajaran matematika. Semua temannya tidak ada yang ikut ke rooftop, mereka lebih memilih tidur di UKS daripada bolos di rooftop.
Nadine memejamkan matanya sejenak gua menikmati hembusan angin yang menerpa wajahnya. Ia paling suka saat-saat angin yang berhembus di wajahnya, itu menenangkan hatinya.
Saat sedang asik menikmati sejuknya angin, tiba-tiba ia mencium bau asap rokok didekatnya.
"Rokok? Anjir siapa yang ngerokok?" Nadine mengitari rooftop dan menemukan seorang siswa yang membelakanginya. Tangan kanannya memegang rokok sedangkan tangan kirinya memegang selembar foto laki-laki dan perempuan yang tidak bisa ia lihat dengan jelas.
'Kaya kenal.' Batinnya.
Nadine mendekati siswa itu dan ternyata benar dugaannya jika ia mengenal siswa itu. Ingin sekali ia berteriak histeris saat mengetahui jika orang itu ternyata Abelano. Ya, siswa yang merokok di rooftop adalah Abelano, orang yang ia akui sebagai suami masa depannya.
Dengan pelan Nadine menghampiri Abelano dan mengambil rokok yang sedang dihisapnya. Abelano yang terkejut langsung menoleh.
"Lo?"
"Jangan lampiasin masalah lo dengan rokok. Itu gak akan ngebantu buat nyelesain masalah lo. Emang dengan lo ngisep ini rokok terus masalah lo bakalan ilang? Enggak kan? Daripada lo ngerokok, mending lo pergi ke suatu tempat yang sepi terus lo teriak sekenceng-kencengnya. Emang sih gak bakalan bisa ngilangin masalah, tapi seenggaknya bisa mengurangi beban yang ada di pikiran lo.
Atau engga, lo bisa ceritain masalah lo ke orang yang lo percaya. Lo bisa juga cerita ke gue, kalo lo gak mau cerita ke gue lo bisa cerita ke kembaran lo. Walaupun kembaran lo agak gesrek tapi seenggaknya dia bisa hibur lo dengan kegesrekan dia. Yang jelas lo jangan sekali-kali lampiasin masalah lo dengan rokok. Kasian paru-paru lo. Gue tau untuk saat ini lo gak mau diganggu dulu, so gue pergi dulu. Bye." Nadine menjatuhkan rokok milik Abelano yang masih separuh lalu menginjaknya hingga mati. Ia lalu pergi meninggalkan Abelano.
'Itu beneran Nadine? Kok dia tiba-tiba bisa jadi waras gitu? Abis kesambet apaan?'
Abelano terdiam melihat punggung Nadine yang kian menghilang.
'Asal lo tau, gue kaya gini juga karna lo. Karna kalian.'
Abelano melihat jam tangannya. Waktu masih menunjukkan pukul 10, jika ia melanjutkan pelajaran itu percuma karena pikirannya sedang kacau. Akhirnya ia memutuskan untuk bolos seperti yang biasa dilakukan Nadine dan pasukan idiotnya.
Sebelum pergi, Abelano mengirim pesan singkat pada Abela agar ia mampir dulu sebelum pulang sekolah ke kelasnya untuk mengambil tasnya. Dan kalian tau apa balasan Abela? Abela membalas 'WATDEPAK DEMI SEMPAK SPONGEBOB YANG TIAP HARI WARNANYA PUTIH DAN GUE GAK TAU DIA PERNAH GANTI SEMPAK APA KAGA! AKHIRNYA LO IKUTAN BOLOS JUGA! GUE GAK MAU TAU POKOKNYA PAS SAMPE RUMAH KITA HARUS ADAIN SYUKURAN BUBUR MERAH BUBUR PUTIH BUAT LO! POKOKNYA HARUS! LANJUTKAN LAGI KEGIATAN BOLOSMU WAHAI KAKAKKU YANG TAMPAN, ADIK CANTIKMU INI SELALU MENDUKUNGMU SAMPAI TITIK ES TEH PENGHABISAN! Ok sip bye.'
Abelano bergidik ngeri melihat balasan dari adiknya, "Bukan adek gue. Bukan adek gue. Bukan adek gue."
Tanpa membuang waktu memikirkan kelakuan adiknya, Abelano segera berjalan menuju parkiran motor dan mengambil motor kesayangannya. Dengan sedikit memberi sogokan uang rokok pada satpam sekolah, akhirnya ia bisa keluar dari sekolah.
Ia menjalankan motornya dengan kecepatan sedang menuju Puncak, Bogor. Tempat itu sudah lama tidak ia datangi. Tempat yang menyimpan kenangan yang manis, bahkan pahit dalam hidupnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cold Boy
Teen FictionNadine Emily Smith, Memiliki rahasia yang ia tutupi pada semua orang, termasuk pada semua sahabatnya. Pandai menyembunyikan kesedihannya didalam wajah ceria miliknya. Menyukai kakak dari sahabatnya sendiri, tapi sayang orang itu sangat dingin dan su...