Dengan langkah yang ditatanya cukup teratur dan sedikit keengganannya Jingga mengalirkan langkahnya menuju dojo seperti permintaan Bumi. Tampak Bumi dengan dogi atau pakaian karatenya, berdiri dan memberi aba-aba pada beberapa siswa yang juga memakai dogi dengan sabuk putih yang melilit perutnya. Bermaksud tidak menganggu kegiatannya ia berjalan menepi kedalam dojo, kedatangannya sepertinya tidak cukup menarik perhatian mereka, semua masih terfokus pada Bumi yang melatihnya, tapi tidak dengan Bumi dengan begitu mudahnya ia mengendus kedatangan Jingga, terlihat ia memanggil salah satu kohainya untuk menggantikannya, ia pun berjalan menghampiri Jingga dengan plastik yang sepertinya berisi pakaian karate ditangannya.
"Lama banget."
"Iya sorry tadi ada perlu bentar sama Vika buat kerjain tugas."
"Pake!," ia memberikan bungkusan plastik itu pada Jingga, "gue tunggu sekarang," ia mengambil dan mengamati bungkusan yang diberikan Bumi.
"Baju karate?."
"Iya."
"Kenapa gue yang pake?," tanyanya sedikit heran.
"Kita latihan bela diri, biar lo bisa jaga diri lo sendiri," nafasnya naik turun menahan ketidakinginannya, tapi apa mau dikata Jingga tidak mungkin menolak permintaan Bumi, ia berjalan membanting langkahnya meluapkan rasa protesnya menuju toilet untuk mengganti pakaiannya. Jingga mengira Bumi hanya memintanya datang ke dojo untuk menemaninya berlatih, tapi apa yang terjadi Bumi malah melatihnya untuk bermain bela diri.
Tidak butuh waktu yang lama untuk Jingga mengganti pakaiannya, ia pun kembali ke dojo dan tampak Bumi didepan pintu sudah menantinya, melihat Jingga yang mulai mendekat ia melangkah masuk menuju tepi ruangan diikuti Jingga, Bumi yang berdiri berhadapan dengan Jingga memperhatikan pakaian yang baru saja dikenakannya, tidak cukup pantas sebenarnya dengan jenis wajah Jingga yang begitu lembut dan terkesan feminim, melihat Bumi yang mengamatinya seperti itu Jingga menjadi sedikit risih, "kenapa? Ada yang salah?."
Tanpa sedikitpun jawaban, Bumi meraih simpul sabuk yang melilit perut Jingga dan mengurainya, "lo salah buat simpulnya," tubuhnya yang cukup tinggi membuatnya harus sedikit menunduk untuk menyimpul kembali sabuk berwarna putih itu pada perut Jingga. Jingga yang semula memperhatikan bagaimana cara Bumi membuat simpul itu diperutnya, menggeser sedikit pandangannya, menggesernya kewajah Bumi yang hanya terpaut beberapa inchi saja dengannya begitu dekat, entah kenapa keadaan ini membuat ritme jantungnya menjadi lebih cepat, sadar dengan pandangan Jingga sebentar Bumi menghentikan simpulnya, menangkap basah pandangan gadis didepannya itu, ia suka keadaan ini, Jingga yang begitu dekat dengannya, pandangan yang dimilikinya, pandangan yang baru kali ini Jingga buat untuknya. Seketika aliran darah Jingga memanas dan wajahnya bersemu merah melihat Bumi yang menyadari pandangan itu, tidak ingin membuat Jingga salah tingkah ia kembali membuang pandangannya melanjutkan menyelesaikan simpul sabuknya, sepertinya kali ini ia benar-benar membuat gadis ini tersipu malu, "selesai."
"Makasih," beberapa detik yang benar-benar merubah suasana hatinya.
"Kita mulai latihan?," Jingga mengangguk, "hal mendasar dalam seni bela diri karate adalah dachi atau kuda-kuda, lo pasti pernah denger, seperti sebuah bangunan, kuda-kuda atau pondasi yang kuat akan membuat bangunan itu jauh lebih kokoh dan tidak mudah runtuh," perhatian jingga tampaknya tidak cukup fokus pada penjelasan Bumi, ia lebih asik memandangi Bumi dan sibuk menganalisa apa yang sedang ia rasakan, rasanya cukup nyaman hanya berada bersamanya saja, baru beberapa detik yang lalu ia menemukan perasaan ini, "Jinggaa," teriakan Bumi membuatnya tersentak dan bangun dari berbagai analisa dipikirannya, "lo denger penjelasan gue."
"Iya Mi sorry .... nggak tau kenapa gue jadi gagal fokus gini."
"Lo kenapa sih?," Bumi berjalan menuju loker yang tak jauh darinya, membuka pintunya dan meraih botol air minum yang ada didalamnya, ia berjalan kembali menuju Jingga dan memberikan air minum itu kepada Jingga, "minum !," Jingga meraih dan menegukknya, "latihan aja belum udah gagal fokus."
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Jingga
Teen FictionSebagai yang paling dominan, Bumi tidak ingin mengurangi kesempurnaannya, tidak ada pangeran yang tidak didampingi seorang putri, begitulah prinsip yang dia buat sendiri. Setiap bulan ia memilih seorang gadis untuk dijadikan pacarnya, mau tidak mau...