"Cukup sekali ini. Lain kali, aku tidak suka kau bersamanya." Tukas Marc. Belum sempat Levitha menyahut ucapan Marc, laki-laki itu pergi meninggalkannya.
Levitha begitu kesal akan itu. Apa maksud Marc melarangnya? Lagipula, ia dan Jorge hanya berteman. Apakah itu salah?
Dengan keadaan sangat kesal, Levitha berjalan mengikuti Marc dengan menghentak-hentakkan kakinya.
"Jangan bertingkah seperti anak kecil." Komentar Marc dengan nada dinginnya. Levitha menggeram kesal mendengarnya.
'Apa katanya tadi? Aku bertingkah seperti anak kecil? Bukankah dirinya yang seperti itu? Melarang-larang diriku seenak dirinya saja. Bahkan dia bukan siapa-siapa di hidupku, jadi apa dia punya hak untuk mengaturku?' Gadis batin Levitha sibuk mengomeli Marc.
"Tidak perlu mencaci maki diriku di dalam hati seperti itu." Lagi-lagi Marc berkomentar. Levitha mendelik.
"Dasar cenayang!" Sahut Levitha lalu berjalan meninggalkan Marc di belakang.
Marc menghela napasnya. Ia sendiri bingung dengan sikapnya. Ia tidak tahu mengapa ia mengatakan hal semacam itu. Ia tahu, Levitha pasti sangat kesal dengan dirinya.
Marc memang tidak berhak untuk mengatur diri Levitha. Tetapi Marc sendiri tidak tahu mengapa ia melarang Levitha untuk bertemu dengan Jorge lagi.
Marc berjalan dengan sedikit lebih cepat untuk menyusul Levitha.
Sesampainya di pit, Marc celingak-celinguk mencari Levitha. Tetapi batang hidungnya tidak kelihatan.
"Ada apa, Marc?" Tanya Emilio. Marc membenarkan posisi berdirinya lalu menatap Emilio.
"Apa kau melihat Levitha? Aku perlu berbicara dengannya." Sahut Marc. Emilio mengangguk-anggukan kepalanya tanda mengerti.
"Ah, gadis itu. Sepertinya aku melihatnya tadi. Kalau tidak salah, mereka ingin pergi ke café." Jelas Emilio. Marc mengerutkan keningnya.
"Mereka? Siapa yang pergi bersama Levitha?" Tanya Marc dengan nada yang sedikit kesal. Emilio tentu saja bingung. Ada apa dengan Marc sampai-sampai ada sedikit nada tidak suka saat ia menyebutkan bahwasanya Levitha sedang pergi bersama seseorang.
"Adikmu, tentu saja." Marc kelihatan seperti menghela napas lega. Itu membuat Emilio semakin penasaran apa yang terjadi antara mereka.
"Memangnya ada apa? Kalian ada masalah? Gadis itu terlihat sangat kesal tadi."
"Tidak, hanya masalah sepele. Apa mereka pergi ke hospitality?" Emilio menggelengkan kepalanya.
"Aku tidak tahu pasti, tetapi mungkin saja." Marc menepuk bahu kanan Emilio.
"Baiklah. Terima kasih untuk informasinya. Aku pergi dulu." Marc langsung berlari dengan buru-buru menuju hospitality tim Repsol Honda.
Emilio hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat kelakuan Marc hari ini. Harusnya ia sudah stay di pit dan berbicara tentang motornya bersama kru timnya. Tetapi lihat? Yang ia lakukan adalah berlarian mencari seorang gadis bernama Levitha Sanders.
Beralih pada posisi Marc sekarang. Ia telah tiba di hospitality tim Repsol Honda. Melihat ke kanan dan kiri mencari seorang gadis yang sekarang sedang bersama adik laki-lakinya itu.
Akhirnya, ia mendapati dua orang yang ia cari sedang duduk di meja pojok sambil asyik berbicara dan sesekali menikmati minuman yang telah mereka pesan.
Marc menghampiri mereka berdua.
"Levitha." Panggil Marc. Panggilan tersebut membuat gadis yang disebut namanya tadi oleh Marc dan adiknya itu mendongak ke arah Marc.
Raut kesal kembali terpampang pada wajah Levitha sedangkan adik laki-laki Marc itu sedang menahan senyumnya.
"Aku permisi dulu ya." Pamit Alex.
"Ya."
"Jangan."
Marc dan Levitha mengucapkannya secara bersamaan. Alex lagi-lagi menahan tawanya melihat air muka keduanya.
"So, leave or stay?" Tanya Alex sekali lagi.
"Leave."
"Stay." Dan lagi-lagi mereka menjawabnya dengan bersamaan. Keduanya sama-sama mendelik.
"Aku memiliki urusan denganmu, Levitha. Bukan dengan bocah yang satu ini." Alex mendecak sebal saat ia mendengar Marc mengatainya bocah.
"Dan aku tidak punya urusan denganmu, Marc. Dan juga, aku membutuhkan Alex karena aku mempunyai urusan dengannya." Levitha juga sama kerasnya dengan Marc. Ini membuat Alex pusing.
"Aku perlu bicara denganmu, Levitha." Sahut Marc.
"Dan aku tidak mau. Jika Alex pergi, maka aku akan ikut." Tukas Levitha.
Alex memijit keningnya yang berdenyut. Dua orang ini sama kerasnya.
"Cukup! Kalian selesaikan masalah ini berdua, karena aku tidak ingin dan tidak akan ikut campur. Dan kau Levitha, jangan temui aku sebelum kau menyelesaikan masalah ini." Ya, keputusan final sudah Alex tetapkan. Ia melihat reaksi keduanya. Marc tetap dengan wajah flatnya, sedangkan Levitha dengan wajah tidak terimanya.
Alex pun memilih meninggalkan keduanya di meja dengan hawa yang masih panas akibat adu mulut tadi. Ia perlu sedikit mengistirahatkan kuping dan kepalanya sebelum memulai race day Moto2 nya hari ini.
Kembali pada dua orang yang sangat keras kepala tadi. Di meja tempat mereka duduk, belum ada satupun yang memulai pembicaraan. Mereka sibuk mengalihkan pandangan masing-masing.
Marc dengan segala gengsinya untuk mengatakan maaf kepada Levitha masih sibuk berpikir. Sedangkan Levitha dengan beribu-ribu dugaan di kepalanya sedang sibuk menerka-nerka apa yang akan diucapkan oleh Marc.
Lelah dengan segala terkaan yang tidak pasti di kepalanya, akhirnya Levitha memutuskan untuk memulai pembicaraan.
"Jadi, apa yang ingin kau bicarakan?" Tanya Levitha tetapi masih dengan nada kesalnya.
Marc menatap Levitha, raut wajah dinginnya masih setia ia pasang. "Aku ingin meminta maaf." Levitha terkekeh. Ia menatap Marc dengan pandangan meremehkan.
"Minta maaf? Aku pikir, kau tidak pernah mengenal kata maaf." Marc mengepalkan tangannya. Ia sedang berusaha menahan emosinya.
"Jangan pernah menyulut emosiku, Levitha. Aku sedang tidak ingin beradu mulut denganmu lagi." Ujar Marc. Levitha mengangkat sebelah alisnya.
"Bukankah kau sudah emosi sekarang? Dan juga, apa kataku tadi? Sedang tidak ingin beradu mulut lagi, bukankah sebelumnya kita telah melewatinya?" Marc menggeram kesal. Serasa dipermainkan oleh Levitha.
"Cukup, Levitha! Aku datang kemari hanya untuk meminta maaf, bukan untuk mencari masalah baru. Aku hanya ingin tahu, apakah kau sudah memaafkanku atau belum." Dan Levitha lagi-lagi terkekeh.
"Kau ingin tahu apakah aku memaafkanmu atau tidak? Bagaimana jika aku tidak pernah memaafkanmu?" Tanya Levitha. Marc benar-benar emosi dengan perkataan Levitha.
Levitha benar-benar mencari masalah dengan sisi lain dari seorang Marc Marquez.
Part ini selesaiii...
So, Levitha bakalan maafin Marc apa gak???
Atau malah Marc bakalan melakukan sesuatu sama Levitha nih karena nyari gara-gara sama Marc??Cari tau jawabannya di part selanjutnya ya my beloved readersku...
Vomment!!!!
Ririn😁
KAMU SEDANG MEMBACA
Am I Wrong If I Love You ? (Marc Marquez FanFiction) (DISCONTINUED)
Fanfiction"Lupakan semua tentang perjanjian konyol itu, peraturan tidak masuk akalnya, dan peranku di cerita ini. Aku berkata seperti ini sebagai seorang perempuan yang bertemu denganmu di sirkuit, dan mulai merasakan sesuatu akibat sikapmu yang kadang membua...