Part 13

688 81 6
                                    

Dedicate to all members of Marquesistas and all of my beloved readers. Thanks for read, vote and comment in this story... Enjoy this part 😁

"Cukup, Levitha! Aku datang kemari hanya untuk meminta maaf, bukan untuk mencari masalah baru. Aku hanya ingin tahu, apakah kau sudah memaafkanku atau belum." Dan Levitha lagi-lagi terkekeh.

"Kau ingin tahu apakah aku memaafkanmu atau tidak? Bagaimana jika aku tidak pernah memaafkanmu?" Tanya Levitha. Marc benar-benar emosi dengan perkataan Levitha.

Levitha benar-benar mencari masalah dengan sisi lain dari seorang Marc Marquez.

"Ayolah, mengapa kau tidak memaafkanku saja? Apa susahnya dari memberiku sekedar kata maaf?" Mohon Marc. Kali ini, Levitha terkejut dengan sifat Marc yang satu ini.

Levitha tertawa sinis. "Kau sampai memohon seperti ini?"

"Ya sudahlah, aku menyerah. Terserah kau ingin memaafkanku atau tidak. Itu juga tidak berpengaruh terhadap balapanku." Marc langsung meninggalkan Levitha lalu memutuskan kembali ke pit.

Levitha kebingungan. Tetapi, ia juga memutuskan untuk kembali ke pit.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Marc Marquez sedang mempersiapkan diri di kursinya. Ia terlihat seperti sedang berpikir. Nampak aura coolnya terpampang nyata di wajahnya. Hanya sebuah bentuk kamuflase untuk menutupi kegugupan yang mendera hatinya.

Levitha melihat itu. Ya, dia sedari tadi berdiri tidak jauh dari tempat Marc duduk.

Tiba-tiba, seseorang menepuk bahu Levitha pelan. "Hei!"

Levitha menoleh. "Oh, hei. Sudah selesai?" Tanya Levitha.

"Sudah. Sekarang tiba waktunya untuk mendukung kakak yang menyebalkan itu. Selain Danisa tentu saja." Jawab Alex sambil terkekeh pelan.

"Jangan mengejeknya. Kau pun juga sama menyebalkannya." Balas Levitha membuat Alex mengacak rambut gadis itu.

"Alex!!! Sudah berapa kali ku katakan untuk tidak mengacak rambutku hah?" Ketus gadis itu.

"Okey, okey. Im sorry?" Ujar Alex. Levitha hanya melirik Alex sebentar lalu kembali mengalihkan pandangannya ke arah luar pit.

"Ayolah, Le. Kau temanku, kenapa tidak memaafkanku? Lagipula ini hari terakhirmu di sini, kau tidak akan pernah lagi melihat sosokku yang menyebalkan ini di kampus." Ucap Alex lagi yang menyadarkan Levitha.

'Ini hari terakhirku di sini? Apa aku akan meninggalkan semua yang ku kenal di sirkuit ini? Aku akan kembali ke kehidupan Levitha yang membosankan seperti biasanya? Itu berarti aku juga akan meninggalkannya?' Kekhawatiran langsung menjalar ke seluruh pelosok hatinya.

Walaupun ia baru berada di sirkuit ini selama tiga hari, tetapi rasanya ia telah tinggal sangat lama di sini. Berat untuk meninggalkan semua teman-teman dan kenangan yang ia dapat dari lingkungan sirkuit ini. Dan ia juga berat untuk meninggalkan seseorang yang telah mengisi relung hatinya selama tiga hari belakangan ini.

Mungkin ia bisa menemukan dia di luar sirkuit, tetapi yang pasti rasanya tidak seperti saat berada di sirkuit.

"Hei! Are you daydreaming?" Pertanyaan Alex membuat Levitha kembali sadar.

Alex terkekeh. "Kau sedang memikirkan apa? Seperti sangat serius."

Levitha hanya menggeleng. Lalu kembali menatap Alex.

"Permintaan maafmu diterima. Aku harus bersiap dulu." Ucap Levitha sebelum meninggalkan Alex yang kebingungan.

Tetapi Alex memilih untuk tidak memikirkan hal tersebut. Ia mendatangi kakaknya yang sedang duduk di kursinya itu.

"Hei, bro. Relax." Marc menoleh ke arah adiknya itu.

"Hmm, sudah selesai? Bagaimana balapannya tadi." Alex menunduk.

Marc yang melihat adiknya bersedih itu menepuk bahu Alex pelan. "Tidak apa, kau harus terus berusaha. Mungkin kali ini, race ini berjalan bukan untukmu." Alex mencoba untuk tersenyum sambil menonjok pelan perut Marc. Membuat pemilik perut tersebut mengaduh pelan.

Salah seorang mekanik tim datang ke arah mereka, menyuruh Marc untuk segera bersiap karena balapan sebentar lagi akan dimulai.

"Huh, aku bersiap terlebih dahulu." Marc bangkit dari kursinya.

"Bro, wait!" Alex menghentikan pergerakan Marc lalu menarik tubuh Marc ke dalam dekap peluknya.

"Good luck. We love you. Be careful and keep fighting!" Bisik Alex memberi semangat.

Marc melepas pelukan lalu menatap wajah adiknya tersebut. Adiknya itu memang menyebalkan, tetapi ia tetap menyayanginya. "I will. By the way, apa kau melihat Danisa?" Tanya Marc.

"Tidak, aku juga tidak tahu kemana gadis yang satu itu." Alex terkekeh.

"Ya sudahlah, aku ingin bersiap dulu." Marc berjalan menuju para mekanik dan timnya yang sedang berkumpul di salah satu sudut pit.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Levitha saat ini sedang berkumpul bersama para gadis payung lainnya. Mereka sedang mendengarkan arahan yang diberikan Ms. Vidiya.

"Kalian paham?" Tanya Ms. Vidiya. Para gadis payung tersebut hanya menganggukkan kepala.

"Good. Kalian bisa bersiap sekarang!" Seru Ms. Vidiya.

Para gadis payung tersebut membubarkan diri menuju tempat masing-masing.

"Hei." Litha menepuk bahu Levitha sedikit keras sehingga membuat Levitha menoleh.

"Sorry. Apa kau mengerti tentang apa yang dibicarakan oleh Ms. Vidiya tadi?" Levitha menggeleng.

"Nope. Aku tidak mendengarkan tentang yang satu itu." Litha mengernyit.

"Lalu apa yang kau lakukan?" Levitha hanya mengendikkan bahunya.

"Aku pergi dulu." Levitha berjalan meninggalkan Litha sendirian. Litha menyadari hal aneh yang ada pada diri Levitha.

'What's wrong with her?' Batin Litha.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Kurang dari 10 menit lagi balapan Gp Catalunya akan segera dimulai. Semua pembalap beserta timnya dan juga para gadis payung telah bersiap di starting grid.

Tiga pembalap Spaniard berada di first row. Sedangkan di second row diisi oleh Hector Barbera, Valentino Rossi, dan Maverick Viñales. Ditargetkan balapan kali ini akan berjalan dengan seru.

Kembali kepada Marc Marquez, pembalap itu terlihat sedang tegang di atas sepeda motornya. Levitha bersikap sewajarnya saat memayungi pembalap bernomor motor 93 tersebut.

Jika dilihat dari luarnya, mungkin Levitha terlihat biasa saja. Tapi jika kalian berpikiran seperti itu, kalian salah. Levitha sedang berusaha menahan rasa gugupnya dan kegundahan dalam hatinya.

Waktu sisa 5 menit lagi sebelum balapan benar-benar dimulai. Safety car sudah mulai bergerak mengitari sirkuit untuk memeriksa keadaan sekitar.

Para tim sudah mulai berjalan kembali ke pit. Begitu juga dengan para gadis payung.

Levitha masih diam di samping Marc. Marc bersiap untuk mengenakan helmetnya.

"Tunggu!" Cegat Levitha membuat Marc menoleh sambil mengernyit.

Levitha langsung mencium pipi Marc sambil berbisik. "Aku memaafkanmu."








Jeng...jeng...jeng...
Maafin aku yang lama banget updatenya.

Aku harap kalian masih setia nunggu cerita gaje ini ya 😂. And i hope you like it!!!

DONT FORGET TO VOTE AND COMMENT, MY READERSSSS!!!

Luv ya, Ririn 😁

Am I Wrong If I Love You ? (Marc Marquez FanFiction) (DISCONTINUED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang