Maaf

1K 28 0
                                    

Selasa pagi, sehari setelah terjadinya tragedi balas dendam, dari seorang Reyna Andara Dinata kepada Diof Anggara Kusuma.

Reyna berjalan melewati lorong sepi yang berada dilantai dasar sekolah. Ya ini masih pagi, Reyna harus datang cepat karena belum selesai mengerjakan tugas Matematika yang di berikan 3 hari lalu oleh gurunya.

Belum ada tanda-tanda kehidupan di lorong ini. Dengan langkah santai dan diiringi senandung-senandung kecil dari bibirnya, Reyna berjalan melewati lorong menuju kelasnya.

Sebuah tangan hangat, menyentuh pundaknya dan suara berat seseorang memanggil namanya.

Reyna menoleh kebelakang dan melihat siapakah orang yang berani memegang pundaknya.

Mata Reyna bertemu dengan sepasang bola mata hazel milik orang tersebut. Pancaran dan sorot mata kerinduan mulai terlihat dari sepasang bola mata hazel yang ditutupi oleh kaca mata tebalnya.

Diof pov

Aku terus berjalan di belakang seseorang yang sangat aku rindukan. Aku terlihat seperti sedang membuntutinya, tapi aku hanya ingin menatap bola mata hitam miliknya dan ingin memeluknya.

Aku memberanikan diri untuk menepuk pundak dan memanggil nama nya.

"Reyna..."aku memanggil nama itu. Nama yang selalu mengisi hari-hariku sekitar 8 tahun yang lalu. Nama yang tidak pernah terucap lagi,setelah aku pergi. Sebuah nama yang selalu memberi warna dalam hidup ku.

Sang pemilik nama itupun menoleh pada ku "Apa? Lo kenal sama gue,tapi sorry gue ngak kenal elo." Reyna berbicara padaku, sebuah suara yang sangat aku rindukan.

"Rey, kakak yakin kamu masih ingat kakak." Aku menanyakan pada Reyna apakah dia masih mengingatku.

"Gue ngak kenal elo,jadi lo aja yang ke PeDe an, sok kenal gue." Reyna menjawab pertanyaanku. Ada sedikit rasa kecewa di hatiku. Tapi aku tidak yakin dengan ucapan Reyna. Dia pasti mengingatku, hanya saja dia terlalu marah padaku karena pergi meninggalkannya.

"Kamu lupa sama kakak ? Ini aku kak Diof." Aku memperkenalkan diriku kepada orang yang sudah mengenalku.

"Oh." Hanya 'oh' kata yang keluar dari mulutnya.

"Kamu masih ingat kakak?" Aku berusaha menanyakan lagi apakah dia masih mengingatku.

" Diof ?? Oh anaknya bu Siti yang dekat perempatan jalan itu?". Apa mungkin Reyna sudah benar-benar melupakanku.

"Bukan, aku Diof teman masa kecil kamu." Aku berusaha terus untuk membuatnya mengingatku.

" Oh gue ingat,lo orang yang ngaduin gue sama bokap geu kan ?" Apa?? dia hanya mengingatku sebagai orang yang mengadukanya kepada Ayahnya.

Aku sudah tak bisa menjawab lagi, aku hanya menganggukkan kepala. Mungkin memang benar, dia sudah melupakanku.

Aku memang kecewa dengan apa yang dia jawab. Tapi setidaknya aku dapat memakluminya, karena itu hanya masa lalu. Ya itu adalah masa lalu, masa lalu yang sudah terjadi 8 tahun belakang. Wajar saja jika ia melupakanku.

Aku hanya tersenyum kecut melihat kepergiannya. Aku mulai memberanikan diri dan....

Aku memeluknya

Sebuah pelukan hangat yang mampu membuatku meleleh dalam situasi ini. Pelukan yang tidak pernah terjadi lagi. Tapi sekarang aku benar-benar memeluknya. Aku memeluknya.

Tapi hanya sebentar saja, dengan cepat ia melepaskan pelukanku dan mendorong tubuhku.

Tidak masalah, pelukan itu sudah dapat membuatku nyaman dan tenang.

The Return Of First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang