Melindungimu

915 48 10
                                    



Seminggu setelah kematian Luis, Reyna akan segera kembali ke tanah air. Berat rasanya saat ia harus meninggalkan banyak kenangan berharga yang ia rajut bersama dengan Luis. Banyak kenangan dan banyak kisah yang telah mereka lalui bersama. Ingatan tentang berbagai kekonyolan yang Luis buat hanya untuk membuatnya tersenyum.

Reyna berniat ingin mengunjungi apartemen yang pernah ia tempati bersama Luis. Apartemen yang telah menjadi saksi bagaimana rapuhnya Reyna saat itu. Apartemen yang menjadi saksi bisu tentang bagaimana pelukan hangat itu mengantarkannya saat matanya masih belum bisa terpejam.

Kejam memang, tapi harus bagaimana lagi. Reyna jatuh pada titik terlemahnya. Bohong jika Reyna tidak memiliki perasaan pada Luis. Teman? Bukan, perasaan ini lebih dari sekedar teman. Sahabat? Bahkan rasanya Luis sudah lebih dari seorang keluarga bagi Reyna. Luis lah yang mengisi setiap lorong-lorong hatinya yang kosong. Lelaki itulah yang selalu membuatnya merasa nyaman saat berada disampingya.

Cinta? Benarkah Reyna jatuh cinta pada Luis? Entahlah yang pasti perasaannya saat ini sangat sulit untuk dimengerti. Jika memang benar ia telah jatuh cinta, tapi kenapa harus sekarang? Kenapa ia jatuh cinta saat orang itu benar-benar telah pergi. Atau ini hanyalah sebuah rasa kehilangan yang sangat besar, kehilangan karena Reyna sudah terbiasa melihatnya tertawa. Reyna sudah terbiasa melihat wajah lelaki tersebut saat ia baru membuka kelopak matanya.

Entahlah, apakah cinta ataupun kehilangan yang pasti Reyna saat ini Reyna telah berada dititik terlemahnya.

Reyna melangkah untuk memasuki ruangan tersebut, tangannya terulur menyentuh sebuah figura foto. Foto itu memperlihatkan seorang Luis yang tersenyum lebar, sedangkan gadis disampingnya mamasang tampang yang sangat cemberut. Foto tersebut telah berdebu, Reyna mengusapnya dengan sayang, kembali lagi, air matanya jatuh untuk kesekian kalinya.

Reyna melangkahkan kaki menuju kamar tidurnya, disana terdapat sebuah foto lagi, foto yang memperlihatkan dua insan manusia yang tersenyum lebar dengan toga yang menggantung dikepalanya.

Reyna memeluk foto itu, rasanya baru kemaren Luis memeluknya erat dan mengucapkan selamat saat mereka berhasil merebut gelar sarjana. Ya memang waktu sangat cepat berlalu. Matanya sudah sangat lelah untuk terus menangis, perlahan mata indah itu tertutup sambil memeluk bingkai foto didalam pangkuannya.

"Luis aku mencitaimu" suara itu terdengar sebelum Reyna benar-benar terlelap dalam tidurnya.

Mata Reyna perlahan terbuka, sudah dua jam Reyna tertidur di kamar itu, perlahan Reyna bangun dan mencuci wajahnya. Besok ia harus kembali ke Jakarta untuk memulai rutinitas barunya. Tampa ada deringan ponsel yang terus mengusiknya, Luis yang selalu menanyakan tentang keadaannya. Semuanya pasti sangat membosankan.

Hari berikutnya, Reyna sudah siap dengan sebuah koper yang ada ditangannya. Dia akan berangkat sekitar setengah jam lagi, Reyna memperhatikan setiap sudut LAX ini. Mungkin dia akan sangat jarang datang kesini lagi.

Himeko memeluk erat tubuh Reyna, "Hiduplah bahagia disana, makan yang teratur dan jangan lupa untuk mengunjungi kami disini." Himeko menangis saat mengcapkan kalimat tersebut. "Reyna pasti akan mengunjungi mama dan papa, kalau mama rindu dengan Reyna, mama tinggal menghubungi Reyna. Maka Reyna akan datang".

Reyna mencium kedua pipi Himeko, dan lanjut menyalami Veer yang berada tak jauh dari mereka. "Reyna sayang papa" Reyna memeluk tubuh pria setengah baya itu. "Papa juga sayang Reyna. Kalau Reyna sudah menemukan lelaki yang tepat, jangan lupa menghubungi papa, papa ingin melihat Reyna berada diatas pelaminan". Veer melepas pelukan Reyna ditubuhnya, dan mengecup pelan dahi Reyna.

The Return Of First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang