Kepulangan

900 34 2
                                    

Semilir angin musim semi, membelai mesra wajah gadis yang sedang duduk sambil memakai toga dan sebucket bunga di tangannya.

Senyuman tak lepas dari wajah cantiknya. Ya, kini Reyna telah berhasil menamatkan study kedokterannya.

Seorang lelaki dan wanita berjalan mendekatinya. Pancaran tak kalah bahagiapun juga terpancar jelas dari wajah mereka. Putri sulung mereka kini telah menjadi lulusan kedokteran.

"Hm, selamat ya kak. Akhirnya tamat juga." Ryan duduk di samping Reyna.

"Makasih daddy. Reyna senang banget bisa dapat gelar dokter." Reyna menjawab antusias.

"Iya, kamu udah bisa jadi dokter. Tapi kamu kerjanya di Indonesia, di rumah sakit Oma kamu aja." Ayu memangku putri sulungnya dengan sayang.

"Iya mom, Reyna bakal kerja di rumah sakitnya Oma." Kata Reyna kepada ibunya.

"Hm, ngomong-ngomong itu siapa?" Ryan menunjuk seorang lelaki muda yang melambaikan tangan sambil tersenyum berjalan ke arah mereka, disusul dengan sepasang pasangan paruh baya.

Reyna berdiri dan berlari memeluk lelaki tersebut. "Luis..." Reyna sekarang telah berada di dalam dekapan Luis.

"Hay princess selamat atas kelulusannya." Luis membalas pelukan Reyna.

"Ehm.." Suara dehaman seseorang mengintrofeksi dua insan yang sedang berpelukan itu.

"Hai paman, selamat datang di Jepang. Saya Luis, teman Reyna." Luis tersenyum canggung pada Ayu dan Ryan.

"Oh, jadi kamu Luis yang sering Reyna ceritakan." Ayu tersenyum ramah ke arah Luis.

"Apa dia mengatakan hal yang buruk tentang saya nyonya?" Luis berbisik pada Ayu.

"Tidak, bahkan Reyna sering memuji dirimu." Ucap Ayu kepada Luis.

"Syukurlah, aku sangat khawatir dia menjelek-jelekkan ku." Luis tertawa pelan dan mengusap dadanya.

"Biasa aja kali." Kata Reyna yang baru selesai menghampiri ke dua orangtua Luis.

Alis mata Ryan menyatu, memperhatikan sepasang manusia yang berjalan ke arahnya.

"Ryano Dinata?" Sapa sang pria menatap Ryan lekat-lekat.

Ryan yang baru tersadar dengan orang yang ada di depannya, lalu Ryan tersenyum. "Veer...?" Ryan agak ragu mengucapkan nama itu.

"Wah ternyata aku tidak salah orang. Lama tidak berjumpa kawan." Veer tersenyum dan memukul pelan bahu Ryan.

"Kau benar Veer, aku tidak menyangka kau ada di sini. Ya sudah lama kita tidak bertemu. Semenjak kita selesai kuliah." Ryan membalas menepuk bahu Veer.

Anak-anak dan istri merekapun menatap heran.

"Daddy kenal dengan paman Veer?" Reyna mulai bersuara.

"Ya, kami bertiga sudah bersahabat semenjak kuliah." Ryan menatap putrinya. "Kamu juga kenal kak, dengan Veer?" Tanya Ryan pada putrinya.

Reyna tersenyum kikuk. "Kan kakak sering tidur di rumah Luis daddy." Reyna menggaruk lehernya.

"Apa? Kamu sering tidur di rumah Luis? Kamu ngak hamil kan kak?" Ada sedikit rasa cemas dari suara Ryan.

"Tenang saja, anak ku tidak akan macam macam kepada putrimu Ryan." Veer terkekeh pelan. "Dan aku percaya sekarang dengan kata-katamu, 'jika aku memiliki seorang putri, maka aku akan menghabisi orang yang telah menyakitinya.' Benar-benar ayah yang posesif." Veer mengingat dan mengulangi kata-kata Ryan sewaktu mereka kuliah.

"Syukurlah putramu tidak menyentuh putriku." Ryan bernafas lega.

"O ya, ngomong-ngomong aku juga sudah lama tidak bertemu Angga, apa dia sudah menjadi seorang kakek?" Veer teringat dengan satu sahabatnya lagi.

"Ohh belum, tentu saja jika Angga menjadi kakek maka aku dan Angga akan sama menjadi kakek." Jawab Ryan tenang.

"Wah, ternyata kau masih sama. Kalian masih memegang janji untuk menjodohkan putra-putri kalian." Veer berdecak kesal. "Sebenarnya aku ingin Reyna menjadi menantuku." Kata Veer dengan malas.

"Anda kurang beruntung tuan Veer. Putriku tidak bisa menjadi menantumu." Ryan bergurau ke pada Veer. "Putriku sudah berjodoh." Tambah Ryan.

"Mungkin memang benar, putra ku tidak beruntung, bukan tidak tapi belum beruntung. Dan aku rasa Reyna akan menjadi menantuku Ryan." Veer membalas candaan Ryan.

"Apa daddy Reyna di jodohkan? Dengan siapa?" Suara teriakan Reyna menghentikan obrolan dua pria dewasa ini.

"Oh itu daddy menjodohkan mu dengan Diof. Dan lagi pula kalian kan pacaran. Jadi tidak perlu waktu lama untuk mendekatkan kalian." Ryan berucap santai pada putrinya.

Reyna membeku, perasaan bersalah kembali menyusup kedalam bilik hatinya. Dia jahat? Ya, Reyna adalah orang jahat, yang tega mengecewakan hati seseorang yang mencintainya.

'Diof?' Pemilik nama itu selalu Reyna rindukan. Senang? Tentu saja Reyna senang dengan perjodohan ini. Penantiannya selama ini akan segera berakhir. Diof akan segera menjadi miliknya.

"Aku sangat kecewa Rey, kenapa kau sudah berjodoh, hm?" Luis membuat-buat suaranya seperti orang yang sedih.

"Dasar kau Luis." Reyna berteriak keras disaat Luis mencium pipinya.

"Oh ya Daddy hampir lupa mengatakan, kau dan Diof akan menikah seminggu lagi." Kata Ryan kepada Reyna.

"Apa??" Sontak saja Reyna dan Luis sama-sama berteriak.

"Persiapan nya sudah diurus oleh mamanya Diof. Kami kesini nenjemput calon pengantinnya." Ucap Ryan lagi.

"Oh, sayang sekali. Ternyata sahabatku tidak akan sendiri lagi." Luis terlihat mengolok Reyna. Sakit? Tentu saja Luis sakit hati. Kenapa Reynanya tidak bersama dengan nya. Ya, memang benar Luis jatuh cinta kepada Reyna.

"Tapi kenapa cepat sekali?" Tanya Reyna kepada daddynya.

"Untuk apa kalian menunda lagi. Kalian sudah pacaran lebih dari lima tahun." Jawab Ryan enteng.

Pacaran lebih lima tahun? Oh ya Reyna lupa mengatakan, tidak bukan lupa, hanya saja dia tidak ingin kedua orang tuanya tau, bahwa ia dan Diof sudah putus semenjak 3 atau 4 tahun lalu.

Tapi apa Diof tidak pernah membencinya? Setelah apa yang dia lakukan.

Bukankah itu hal yang sangat bagus, jika Diof tidak membencinya. Mungkin saja Diof sangat mencintainya, sehingga Diof tidak mengingat kekecewaannya pada Reyna.

Ya mungkin saja....


The Return Of First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang