Steps 2

920 34 0
                                    

Suara nyaring bel pertanda pulang, menyeruak ke seluruh indra pendengaran siswa SMA Dinata.

Reyna baru saja selesai mengerjakan ulangan harian biologi, salah satu dari 3 jenis mata pelajaran yang tidak ia sukai selain fisika dan MTK.

Dengan mantapnya, Reyna berlari keluar kelas. Reyna berjalan menuju gerbang sekolah. Reyna melirik kiri dan kanan, melihat keberadaan 3 makhluk astral yang sekarang menjadi teman dekatnya.

Panji, Jery, dan Ando, mereka adalah makhluk astral yang dimaksud Reyna. Mereka tengah duduk di dalam kafe di dekat sekolah, kafe ini hanya memakai kaca tembus pandang. Sehingga siapapun yang berada di dalam dapat dilihat oleh orang yang lewat didekat kafe.

Panji melambaikan tangannnya pada Reyna yang berada di ujung jalan. Dengan anggukan disertai senyuman Reyna melebarkan langkahnya memasuki kafe.

"Hufff, gila tu guru, ngasih soal ngak ada yang lebih sulit apa ?" Reyna menarik nafas, dan mendaratkan bokong cantiknya disebelah Ando.

"Kenapa?" Ando bertanya pada Reyna, sambil meminum jus ditangannya.

"Tu guru kok ngasih soal ulangan ngak ada yang lebih sulit apa, kok otak gue pusing mikir, gara-gara soalnya kebangetan mudah." Reyna mengutuk -ngutuk guru biologinya.

"Makanya kalau ada ulangan menghafal kek, nah elo malah bikin drama yang gak jelas." Jery memperingati Reyna dengan gaya seperti pahlawan.

"Hello, emangnya elo kalau ada ulangan harian menghafal pelajaran, baca buku, ngafalin rumus,plus ada baca do'a ?" Reyna menyerang balik perkataan Jery.

"Ya, kagak." Jery menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Oke, balik ke topik awal kenapa kita ada di sini." Panji berucap pada Jery dan Reyna."Apa rencana baru lo?".

Reyna menatap ketiga kacungnya ini dengan malas-malasan." Gue lagi pengen nyakitin hati seseorang." Jawaban yang singkat, namun langsung membuat Jery menyemburkan jus yang diminumnya.

"Nyakitin hati?" Panji mengerutkan dahinya karena ia tidak mengerti dengan kata-kata Reyna.

"Yap, lo liat aja nanti aksi heroik gue." Jawab Reyna dengan santai.

"Hati siapa? Azira atau Diof?" Ando ikut mengintroveksi Reyna.

"Gue rasa sih dua-duanya." Jawab Reyna acuh, sambil mencomot kentang goreng Jery.

"Gue kagak ngerti." Jery menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Sama" diikuti Ando yang melakukan hal serupa dengan Jery.

"Rencana apa sih Rey?" Panji kembali bertanya.

"Simpel, gue bakal pura-pura suka sama Diof, dan gue bakal jadiin dia pacar gue. Dan setelah itu gue putusin deh, secara otomatis mak lampir juga bakal sakit ati gara-gara gue ngambil pangerannya." Reyna menjawab dengan tampang tak bersalah.

"What?? Gue ngak yakin rencana lo bakal berjalan mulus." Panji mengingatkan Reyna.

"Kita liat aja nanti, yang penting sekarang gue jalanin dulu." Reyna mengedipkan sebelah matanya.

"Tapi itu rencana busuk Rey, lo ngak mikir apa resikonya?" Panji kembali mengingatkan Reyna.

"Kan itu cuma main-main doang." Reyna tidak peduli dengan Panji.

"Tapi lo main-main dengan hati, bisa jadi aja nanti lo yang bakal sakit hati. Ingat Rey karma pasti berlaku." Panji berusa mencegah Reyna.

"Cieee, yang sehati sama Tiara, si doi juga bilang gitu kok sama gue." Reyna mennoel-noel dagu Panji.

"Apaan sih lo, bawa-bawa Tiara. Ini masalah ngak semudah dan ngak semulus pantatnya Miyabi, lo tau itu kan?" Panji kesal terhadap Reyna.

"Masih sempat-sempatnya lo bahas Miyabi." Jery menjitak kepala Panji.

"Kaya lo engak aja." Panji membalas jitakan mulus Jery ke kepalanya.

"Kok kalian pada bahas Miyabi sih?" Reyna kesal dengan dua orang temannya itu.

"Ehhh, oke back to topik , jika Diof ngak mau jadi pacar lo gimana?" Ando bertanya pada Reyna.

"Ya ngak gimana-gimana.
Tentu aja gue harus usaha. 'Hidup ini tak akan pernah sesuai dengan apa yang lo harapkan, tetapi setidaknya dengan usaha, setetes dari harapan lo, pasti akan terwujud.' Emak gue sih bilangnya gitu." Reyna menjawab bagaikan seorang motivator.

"Ya semuanya terserah lo sih Rey, lo maunya gimana, itu hidup lo, gue ngak mau ikut-ikutan." Panji pasrah dengan keputusan Reyna.

"Oke, fix gue mau pulang, keburu magrib, gue ada janji sama Diof jam 7 malam." Reyna berjalan keluar kafe, meninggalkan teman-temannya.

"Pikirin lagi Rey, jangan sampai lo kecewa sama keputusan lo." Jery meneriaki Reyna yang berjalan keluar.

Reyna mengangkat ke dua jempolnya tinggi-tinggi, sebagai tanda dia mengikuti saran teman-tamanya.

Tapi itu bukanlah Reyna, yang akan goyah dengan saran dan bujukan orang lain. Jika dia mengatakan 'ya' maka tak ada seorangpun yang dapat merubah keputusannya.

Katakan saja Reyna keras kepala, tapi dia tidak keras kepala, melainkan dia adalah orang yang egois.

------

Thak's

Vote and comment

Ig; nhurul_12

The Return Of First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang