Kembali

1K 47 3
                                    

Reyna sedang termenung dari atas pesawat yang akan membawanya kembali ke Jakarta. Sudah saatnya untuk mengemban tanggung jawab perusahaan. Dan sudah saatnya Reyna menata kembali kehidupannya. Kembali memulai sebuah kisah baru dengan orang yang baru.

Reyna tersenyum manis mengingat wajah Luis yang sangat gembira saat ia menerima lamarannya. Meski belum ada perasaan cinta untuk Luis, tapi Reyna akan selalu berusaha untuk mencintai laki-laki baik seperti Luis.

Senyum itu hilang saat Reyna memicingkan mayanya sejenak. Kilasan dari seorang Diof Anggara, masih membekas jelas di ingatannya.

Lagi-lagi Reyna menghela nafasnya. Berusaha mengusir bayangan yang selalu memenuhi pikirannya. Entah karna Reyna masih mencintai lelaki itu atau karna kebencian yang telah ia tanamkan didalam hatinya.

Pesawat yang membawanya telah meluncur mulus di Sukarno-Hatta. Sebuah kejutan untuk orang tuanya. Reyna datang tampa memberitau kedua orang tuanya. Sebenarnya Luis akan menemani Reyna, namun konsruksi pada pembangunan hotel barunya mengalami sedikit masalah. Dan mengharuskan Reyna pulang sendiri.

Reyna menyetop Taksi yang sedang lewat dihadapannya. Dibantu oleh supir taksi yang memasukkan koper Reyna ke dalam bagasi mobil.

Setengah jam perjalanan dari bandra menuju rumahnya. Kini Reyna berdiri di depan rumah megah, rumah orang tuanya, tempat ia akan berlari jika ada masalah.

Reyna mengedarkan pandangannya ke samping kanan depan rumahnya. Sebuah taman bermain, dengan sepasang ayunan tua berada ditengah-tengahnya. Sebuah Senyuman kecil terukir jelas diwajahnya.

Cukup, sudah tidak ada waktu lagi hanya untuk bernostalgia ke masa lalu. Hidup bukan untuk terus terpaku pada masalalu. Dan melupakan masa depan yang sedang menantimu. Reyna menggumankan kata-kata itu didalam hatinya.

Dengan langkah perlahan, Reyna memencet bel rumahnya. Rumah yang masih tetap sama seperti dua tahun-tahun lalu.

Pintu rumah megah itupun terbuka, menampakkan sosok wanita yang sangat dicintainya. Mommy nya Reyna tengah mematung didepan pintu rumah. "Loh kakak?" Ayu kaget dengan keberadaan Reyna. Sedangkan Reyna langsung berhambur masuk kedalam pelukan yang sangat nyaman itu.

"Mom kangen" suara Reyna manja.

"Ya Allah kak, kenapa pulang gak bilang-bilang. Dan apa ini?" Ayu menunjuk kearah rok ketat diatas lutut yang dipakai Reyna.

"Gaya baru mom, ini mah kalau di LA udah paling sopan kali mom" jawab Reyna cengengesan.

"Tck, masa anak mommy pakai baju kayak begini. Emangnya gak ada yang jual baju ya di LA?" Ayu berdecak kesal melihat penampilan putrinya.

"Gini-gini juga buat nyari cowok mom, mana tau ada yang kecantol" jawab Reyna acuh.
"Mom Rey gak boleh masuk ya, dari tadi mommy ngajakin Reyna ngomong di depan pintu berasa kayak rentenir mom." Celetuk Reyna asal.

"Harus ya mommy persilahkan masuk kayak tamu gitu?" Ayu mulai kesal dengan putrinya yang tidak berubah sama sekali.
Memang sifat Reyna tidak akan berubah kepada orang-orang yang dicintainya.

"Mom, daddy masih di kantor?" Tanya Reyna yang sudah merebahkan diri diatas kasur empuk miliknya.

"Hm, ada meeting tentang resort baru yang akan dibuat di Raja Ampat." Jawab Ayu membantu menyusun baju-baju Reyna ke dalam lemari pakaiannya.

"Ow, kalau gitu Rey kekantor daddy ya mom. Kangen daddy." Reyna bergegas menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.

"Kamu ngak capek apa kak, istirahat dulu, daddy juga bakal pulang." Kata Ayu yang mengambilkan baju untuk Reyna.

"Kengen baget mom. Ih apaan sih mom, Rey ngak mau ah pake baju itu." Reyna menunjuk dress hitam panjang yang menutupi sampai ke lutut.
"No mom, itu baju udah ngak model, itu mah baju zaman sembilan puluhan." Reyna berjalan menuju lemari pakaiaannya dan mengambil rok pensil diatas lutut dan baju longar yang menampakkan bahunya.

"Ini kalau daddy liat kamu, bisa mati kamu kak." Kesal ayu pada putrinya.

"Sebagai calon pewaris dan CEO baju nya emang kayak gini mom. Atau mommy mau Reyna pake celana jens bolong sama baju kaos, ngak kan mom?" Reyna menaikan turunkan alis matanya.

Ayu hanya mampu mendengus kesal kepada putrinya. Karna sekeras apapun ia melarang, maka putri keras kepalanya ini tidak akan berubah.

"Mom Pak Jupri ada Mom?" Tanya Reyna yang sedang memasang sepatu heels di kaki jenjangnya.

"Ada, tapi jangan ganggu konsentarasi daddy kamu kak."

"Gini-gini Rey ke kantor juga buat bantuin daddy kali mom. Kan udah tamat menajemen bisnis." Ucap Reyna menyombongkan diri.

"Yaudah pergi sana"

"Bye mom, " Reyna melambakan tangannya.

"Pak, ke kator pusat ya." Perintah Reyna kepada Jupri.

"Sip non" pak Jupri mengancungkan ibu jarinya.

Perjalanan dari rumahnya menuju kantor pusat memakan waktu kurang lebih dua puluh menit. Dapat dihitung dengan jari, untuk kali keberapa Reyna menginjakan kakinya di kantor megah milik Dinata Group ini.

Reyna turun dari mobil dan langsung memasuki gedung mewah ini. Beberapa pasang mata melirikanya dengan berbaai tatapan.

Kagum

Mencemooh

Jalang

Reyna tak mempedulikan tatapan karyawan itu. Dia terus melangkah melewati meja resipsionis menuju lift para petinggi.

"Hey anda siapa? Tidak ada yang berhak masuk kedalam lift kecuali pemilik perusahaan." Cegat karyawan wanita yang memandang Reyna tidak suka.

Reyna tidak memperdulikan ucapan wanita tersebut.

"Hey jalang. Apa tujuanmu kesini ingin menggoda CEO kami?" Tuding sang wanita kepada Reyna.

"Apa anda sudah bosan bekerja? Atau anda ingin mengambil cuti seumur hidup. Saya akan kabulkan." Kata Reyna dingin.

"Kau mengancamku. Kau pikir kau siapa hah. Aku disini adalah kepala meneger, jadi saya rasa tuan Ryan akan mempercayai saya." Ucap wanita itu.

"Kau kepala meneger? Aku rasa kau akan segera lengser dari jabatan yang kau banggakan itu. Kau tau siapa aku? Aku putri dari Ryan Dinata, Reyna Andara Dinata. Apa kau pernah mendengar nama itu?" Reyna pergi meninggalkan wanita itu yag masih terpaku dengan penuturannya.

Lift membawa Reyna menuju lantai 20, sebenarnya gedung ini memiliki 27 lantai. Namun ruang CEO di khususkan berada di lantai 20.

Dengan perlahan Reyna membuka pintu ruangan ber cat biru itu. Ruangan megah dengan sebuah kursi kebesaran yang ada disana.

Setengah jam menunggu, membuat Reyna bosan. Ia memutuskan untuk pergi mengikuti acara meeting tersebut. Bisa jadi acara akan lebih cepat selesai.

Belum sampai di depan pintu ruang meeting, para anggota meeting telah berhamburan keluar.

Dengan anggunnya Reyna melewati para anggota meeting, yang kebanyakan adalah para CEO muda yang baru saja di angkat.

Mata Reyna bertubrukan dengan pandangan seorang lelaki yang telah ia buang jauh-jauh.

"Rey..." bisik suara itu nyaris tidak tetdengar, seperti ada sebuah penyesalan dan permintaan maaf. Namun Reyna mengabaikannya dan pura-pura tidak mendengar.

"Daddy, I miss you so much" Reyna langsung memasuki pelukan daddynya dan mencium pipi daddynya.

Banyak para CEO muda yang kaget dengan kedatangan seorang wanita cantik dan memanggil Ryan dengan panggilan daddy. Seperti ada harapan untuk mendapatkan tambang emas dengan mengencani pewaris dari Dinata Group ini.

Bye......

The Return Of First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang