It's Ok

960 39 2
                                    

Hari pernikahan sudah semakin dekat. Tinggal menghitung jam lagi. Seminggu ini, Diof selalu menemani Reyna kemanapun ia pergi. Diof selalu membuat Reyna tertawa. Sealu membuat Reyna merasa nyaman berada di sisinya. Dan Hal inilah yang membuat Reyna semakin percaya bahwa Diof masih mencintainya.

Diof sekarang lebih romantis, Diof yang penuh dengan seribu perhatiannya dan kelembutannya, kepada Reyna. Tak ada tanda-tanda bahwa Diof akan menyakitinya.

Seminggu bersama, membuat Reyna semakin memantapkan hati, agar bisa menjadi nyonya kusuma.

Pukul 03.00 pagi, Reyna telah dibangunkan oleh mommynya. Segala perlengkapan pernikahan sudah melekat di tubuhnya. Balutan kebaya tampak sempurna di tubuh indah Reyna.

Cantik, lebih dari itu. Reyna kelihatan lebih sempurna dari sang cinderella.

Satu jam lagi, maka Reyna resmi menyandang status sebagai nyonya Kusuma.

Perasaan gugup, pasti datang menghampirinya. Tapi entah mengapa ada rasa lain yang tengah bersarang di hatinya. Rasa akan kehilagan, rasa akan tersakiti. Tapi untuk sekarang, Reyna mencoba menghalau rasa-rasa itu dari dirinya.

Akad nikah akan di adakan di kediaman keluarga Dinata. Seluruh keluarga Dinata dan Kusuma sudah hadir di tempat akad nikah. Hanya keluarga inti, karena acara resepsi diadakan di Bali, dan itu sebulan setelah menikah. Penundaan acara ini tentu beralasan yabg kuat. Ada beberapa urusan perusahaan yang tidak dapat di tunda. Hal ini mengharuskan Diof untuk berangkat ke Kanada, sebelum resepsi pernikahannya.

Hanya saja, saat ini semua orang sudah berkumpul. Tapi kemana Diof?? Kenapa Sang mempelai pria tidak juga menampakkan dirinya.

"Lima menit lagi Nga, kemana putramu?" Tanya Ryan kepada Anggara Kusuma, mereka sedang duduk di taman.

"Munggkin sebentar lagi dia datang. Dia malam tadi menginap di apartemen" Jawab Angga.

Sangat cepat, waktu lima menit telah berlalu . Namun Tak ada tanda-tanda kemunculan Diof.

"Coba kamu hubungi Diof Nga!" Perintah Ryan kepada Angga.

"Ponselnya mati, kemana anak itu?" Raut wajah Angga berubah geram.

"Dad, kak Diof belum datang ya?" Reyna berjalan menuju ke arah dua pria dewasa ini.

"Belum Rey, mungkin sebentar lagi." Jawab Angga.

Memang dari tadi malam perasaan Reyna sudah tidak enak. Hati kecilnya berkata bahwa akan ada masalah. Tapi entah apa?

Diof masih belum menampakkan batang hidungnya. Semua keluarga sudah mulai bosan karena acara tidak kunjung dimulai.

"Kita susul saja ke apartemen nya." Usul Angga kepada Ryan.

"Baiklah" jawab Ryan.

"Dad Reyna ikut ya." Reyna memohon pada daddynya.

"Ngak, usah ikut kak." Tolak Ryan pada Reyna.

Ryan dan Angga sudah keluar menyusul ke apartemen Diof.
Namun Reyna masih berkeras hati, dia mengikuti daddynya secara diam-diam.

Tiga puluh menit perjalanan, Angga dan Ryan sudah berada di kawasan apartemen elit, tempat tinggal Diof. Mereka berjalan menuju tempat Diof.

Disusul oleh Reyna yang ada di belakangnya. Angga dan Ryan sudah tau bahwa Reyna mengikutinya. Jadi mereka memperbolehkan saja.

Ting tong..

Suara bel yang dipencet, mengembalikan Diof ke alam sadarnya.

Diof melirik jam tangan mewah di pergelangan tangannya. Sudah hampir jam sebelas siang. Diof tersenyum miring, membayangkan hal besar yang akan terjadi sebentar lagi.

Dan Diof sekali lagi tersenyum, saat memperhatikan wanita yang terbaring di sampingnya.
Tak ada pakaian yang menutup tubuh sang wanita.

Diof beranjak membukakan pintu apartemenya. Reyna tersenyum lebar saat Diof membukakan pintu, namun hanya tampang datar yang terpahat indah di wajah tampan seorang Diof Anggara.

"Hai kak, kok belum siap?" Sapa Reyna kepada Diof yang bertelanjang dada.

"Kenapa?" Tanya Diof dingin.

"Loh, kok kenapa. Kan hari ini-"
Ucapan Reyna terputus saat ada orang lain dari dalam apartemen.

"Sayang, siapa sih, pagi-pagi gini gangguin kita." Sosok Azira yang hanya berbalut kimono tipis muncul di belakang Diof.

Dan setiap orang yang tengah melihat kondisi Azira pun paati tau apa yang telah terjadi. Rambut yang acak-acakan, dan Diof yang bertelanjang dada.

"Oh, lo cewek masa lalu, ngapain lo kesini?" Azira melipat kedua tangannya di dada.

"Aazira.." Reyna bergetar mengucapkan nama itu.

Diof yang sadar dengan keberadaan Azira, mengecup sekilas bibir Azira.

"Kenapa?" Tanya Azira melototi Reyna.

Angga dan Ryan yang baru datang, karena Reyna berlari mendahului mereka tadi tercengang saat melihat wanita yang setengah berpakaian di apartemen Diof.

Azira mendorong tubuh Reyna ke belakang." Lo cewek murahan yang pernah gue lihat. Masa' udah nyakitin cowok masih aja ngejar-ngejar cowok. Dasar wanita murahan." Kata Azira kepada Reyna.

Diof hanya diam, memperhatikan Reyna yang terjatuh akibat dorongan Azira.

Reyna bangkit dan saat Azira akan mendorong tubuhnya, Reyna menahannya sehingga tubuh Azira terhempas kebelakang.

Darah segar keluar dari sela paha Azira. Ya, Azira sedang hamil, dan Diofpun tau akan hal itu.

"Reyna." Bentak Diof kepada Reyna yang diam mematung memperhatikan Diof yang sangat khawatir dengan kondisi Azira.

"Diof!" Angga menggeram marah pada Diof.

Diof tidak mempedulikan ayahnya. Saat ini dia sangat khawatir tentang Azira.

Diof menggendong tubuh Azira dan mendorong kasar Reyna yang mematung di depan pintu apartemenya.

Tubuh kecil Reyna terhempas kelantai. Air matanya mengalir. Bukan karena sakitnya dorongan keras dari Diof. Tapi sakit akan kata-kata yang terlontar dari mulut Diof.

"Gue ngak akan pernah memaafkan lo, jika terjadi sesuatu pada Azira dan calon anak gue." Diof menjeda perkataanya. "Dan apa lo kira gue mau menjadikan lo sebagai istri gue? Jangan pernah berharap. Sekalipun itu dalam mimpi lo hal itu ngak akan pernah terjadi. Mulai saat ini singkirkan wajah munafik lo dari gue Reyna." Ucap Diof kepada Reyna.

Apakah Diof sadar apa yang telah di ucapkan nya menimbulkan banyak sobekan yang begitu dalam di hati Reyna.
Sejuta penawarpun rasanya tidak akan mampu menyembuhkannya.

Reyna hanya terdiam, memperhatikan kepergian Diof yang terlihat sangat cemas dengan kondisi Azira.

Teriakan dari Anggapun Diof abaikan, dan berlalu membawa tubuh Azira ke rumah sakit.

Baru kali ini Reyna melihat raut muka Diof terlihat khawatir. Dulu saja saat Reyna terjatuh dari sepeda, Reyna tidak pernah melihat wajah Diof yang begitu cemas.

'Jadi untuk apa waktu dan semua perhatian yang kau berikan seminggu ini?' Tanya Reyna pada dirinya sendiri.

'Tapi gue cukup sadar diri, semua ini juga bentuk pembalasan lo. Oke gue terima ini. Gue emang salah, dan gue sadar bahwa rasa yang lo punya bukan milik gue lagi'. Suara hati Reyna.

Thak's

Sampai jumpa di part selanjutnya......

The Return Of First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang