DA // Three

9.8K 1.2K 216
                                    

Harry's POV

Mata cokelat milik Gabriella memandang lurus kearah mataku. Dan aku langsung menggelengkan kepalaku untuk melepaskan seluruh keheningan ini.

"Jadi, bagaimana? Kau akan menerimaku dirumahmu, atau tidak?" tanyaku pada Gabriella yang masih membeku ditempat. Well, tampangnya begitu polos.

Oke, kalian pasti bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi, kan?

Namaku Harry Styles, aku adalah 'Dark Angel' dan aku bekerja pada yang - tidak - boleh - disebutkan - namanya. Bukan, yang - tidak - boleh - disebutkan - namanya itu bukanlah Lord Voldemort yang ada di film Harry Potter. Ha, apakah kalian tahu kalau aku menonton series Harry Potter dibioskop tanpa membeli selembar tiket? 

Itu bukanlah perkara besar untukku. I'm invisible.

Yang - tidak - boleh - disebutkan - namanya adalah makhluk yang paling tertinggi dari seluruh Iblis di dunia ini. Well, dia lebih tinggi daripada Lucifer.

Aku termasuk kedalam bagian pencabut nyawa. 

Dan jika kalian bertanya kemanakah sayapku... Jawabannya adalah karena aku menyembunyikannya. Dan aku tidak akan pernah memberitahu siapapun dimanakah aku menyembunyikan sayapku. Jika kalian bisa menebak dimana aku sembunyikan sayapku, berarti kalian sudah dalam kategori hebat. 

Aku ditugaskan untuk mencabut nyawa Gabriella Gap. Gadis manis berambut hitam serta bermata cokelat yang terlalu memikat hati. Oh, tidak. Tentu saja aku tidak terpikat dengannya! Kami, kaum malaikat kegelapan sudah berjanji tidak akan pernah saling mencintai, apalagi bersetubuh dengan manusia layaknya para dewa-dewa seperti Zeus, Poseidon, Ares, dan yang lainnya!

Jika kalian belum tahu, dunia ini terpecah dalam 3 kepemimpinan ; Tuhan (seperti penganut Islam yang mempunyai Tuhan yaitu Allah, Kristen yaitu Jesus, dan sebagainya), Dewa (Kronos, Zeus, Poseidon, dan Hades), dan kegelapan (Iblis (Yang - tidak - boleh - disebutkan - namanya, Lucifer, Dajjal, Dark Angel)).

Dan Dark Angel hanya mencabut nyawa orang-orang yang tidak mempunyai kepercayaan ; ateis.

Oke, kembali ke topik awal. 

Serius, ini adalah pertama kalinya aku akan mencabut nyawa manusia! Aku tidak sehebat orang tuaku yang sudah sering mencabut ratusan, bahkan ribuan nyawa-nyawa manusia yang malang dan tidak mempunyai kepercayaan untuk mereka anut.

Keluarga Styles sudah terkenal di kalangan kami sebagai pencabut nyawa terbaik. Dan sekarang umurku sudah 18 tahun. Yang artinya aku harus siap mencabut nyawa seseorang. Mau tidak mau, siap tidak siap, ya.. Aku harus mau dan siap. 

Dan jika aku gagal, Yang - tidak - boleh - disebutkan - namanya pasti akan langsung melemparku ke dalam neraka! Brengsek. Yang pasti, aku tidak boleh gagal dalam misi ini atau aku akan merusak nama baik keluarga dan aku akan langsung dilempar ke dalam neraka. 

Okay.. I just have 10 days.. 

What should i do now?

Author's POV

"Harry, you there?!" ucap Gabby dengan panik begitu mendapati Harry tidak kunjung bergerak sejak 5 menit yang lalu. Telunjuknya pun ia arahkan menuju lubang hidung Harry hanya untuk memastikan apakah Harry masih bernapas atau tidak.

Sialnya, penyamaran Harry untuk menjadi manusia tidak-lah begitu sempurna! Harry lupa kalau manusia bisa bernapas sedangkan malaikat kegelapan tidak pernah bernapas!

"HARRY!" pekik Gabby sambil mengguncangkan tubuh Harry agar tersadar dari lamunannya.

Harry menggelengkan kepalanya, "E-eh?" ujarnya gelagapan dan langsung memegang tengkuknya. Harry mengutuki dirinya sendiri karena dirinya terlalu sering melamun (kedua orang tuanya begitu membenci kebiasaan buruk Harry yang selalu terlarut dalam lamunannya). "Ada apa, Gabriella?" tanya Harry untuk sedikit mencairkan suasana.

Gabby pun menghela napas panjang, "Jesus, kukira kau sudah mati!" ujarnya dengan lega begitu mendapati kalau Harry sudah bergerak. 

Harry pun menyadari bahwa Gabby baru saja berkata 'Jesus' dan Gabby memakai kalung salib. Yang artinya Gabby bukanlah seorang manusia yang tidak menganut kepercayaan.

"Gabby, bolehkah aku bertanya sesuatu padamu?" tanya Harry ragu-ragu.

Gabby mengangguk, "Tentu. Tanyakan saja," ujarnya, lalu meneguk cokelat panas miliknya sendiri. "Memang, kau ingin bertanya apa, sih? sepertinya kau gugup sekali," ujar Gabby.

Harry menatap lurus ke arah Gabby, lalu pandangannya beralih ke arah kalung salib yang menggantung di leher Gabby, "Apa kau menganut kepercayaan, Gabriella?"

Gabby mengangguk, "Ya. Memang ada apa?" jawabnya dengan rasa bingung yang menyelimuti pikirannya. 

Harry mendeham, "Apa kau percaya kalau Tuhan itu ada, Gabriella?" tanya Harry lagi hanya untuk memastikan sebuah kebenaran. 

Gabriella mengangguk cepat, "Tentu aku percaya kalau Tuhan itu ada! Setiap Minggu aku selalu pergi ke gereja. Memangnya ada apa, sih?!" ujar Gabby yang kelihatannya sudah kesal dengan pertanyaan-pertanyaan bodoh yang terlontar dari mulut Harry.

Harry membeku. Dan kali ini ia yakin benar kalau dewan telah salah memberi nama untuknya.

***

Setelah Gabby mempersilahkan Harry untuk tinggal dirumahnya, Harry pun memasuki kamar tamu dan mulai berpikir keras mengapa bisa tertera nama Gabriella Gap dikertas jadwalnya. 

Setelah memastikan bahwa Gabby sudah kembali tidur, Harry pun berjalan keluar dari kamarnya dan menuju atap rumah Gabby dengan pelan (agar tidak mengganggu tidur Gabby).

Harry memejamkan matanya dengan erat sebelum sepasang sayap hitam sudah kembali muncul di punggungnya. Lalu Harry langsung meloncat dari atap rumah Gabby sebelum sayap hitamnya mulai berkepak. 

Mau tidak mau, Harry harus bisa kembali ke rumah Gabriella sebelum matahari terbit dan semua manusia sudah banyak yang berkeliaran di jalan dan mengetahui jati dirinya.

TO BE CONTINUED!

MSS [2] : Dark Angel || AUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang