DA // Five

7.7K 1.2K 90
                                    

Gabby terbangun ketika ia mendengar suara berisik yang berasal dari arah dapur. Gabby berjalan menuju arah dapur dan ia melihat Harry sedang menatap oven dan microwave secara bergantian.

"Kalau mau menghangatkan makanan... Dimana, ya?" gumam Harry. "Mungkin yang ini," lanjutnya, lalu membuka oven dan memasukan satu box pizza berukuran small ke dalamnya.

"Hei! Jangan dimasukkan ke dalam oven!" seru Gabby. Untungnya, Harry belum mencolokan kabel ovennya.

Harry menengok ke arah Gabby, lalu menggaruk rambut ikalnya pelan, "Memangnya kenapa?" tanya Harry dengan polosnya.

Gabby pun mengeluarkan box pizza dari dalam oven dan menaruhnya di atas meja makan, "Kau mendapat pizza darimana?" tanya Gabby kepada Harry.

"Eum, aku kemarin membelinya," ujar Harry.

"Kemarin? Bukankah kemarin kau tiba-tiba saja muncul di atapku, dan setahuku... Kau sama sekali tidak membawa makanan?" ujar Gabby ragu-ragu.

"Um, saat kau sudah tertidur, aku memesan pizza. Yah, anggap saja sebagai ucapan terima kasih karena kau telah mengizinkan aku untuk tinggal di rumahmu untuk sementara." tutur Harry dan Gabby mengangguk.

"Kalau begitu, terima kasih," ujar Gabby, lalu memindahkan pizza dari box nya dan menaruhnya di atas piring lebar, lalu menaruhnya ke dalam microwave.

Harry pun menarik sebuah bangku makan, "Duduklah," ujar Harry.

Gabby pun duduk di bangku yang Harry tarik untuknya, "Thank you."

Harry pun duduk di bangku yang bersebrangan dengan Gabby, "Um, aku membuatkan teh untukmu." ujar Harry sambil menggeser cangkir yang berisi teh hangat ke arah Gabby.

Percaya tidak percaya, kemarin malam —atau tepatnya pagi-pagi sekali, Harry bersusah payah untuk menelpon sebuah restoran khusus pizza karena sebelumnya, selama ia 18 tahun hidup, ia sama sekali belum pernah menyentuh alat elektronik.

Sebelum Harry ditugaskan sebagai malaikat pencabut nyawa, hari-harinya hanya diisi dengan latihan mencabut nyawa, penyawaran, berlatih terbang lebih tinggi, dan memanah (asal kalian tahu saja, kemampuan memanah sangat penting bagi Dark Angel untuk melindungi mereka jika saja ada manusia yang menangkap mereka sedang berkeliaran di bumi. Tetapi panah itu bukan sembarang panah. Panah itu sudah diberi mantra serta bubuk kematian yang bisa langsung membuat orang mati ditempat dan langsung menghilang dalam hitungan detik).

"Um, Gabriella?" panggil Harry. Tipikal Harry, memang. Harry lebih suka memanggil orang-orang dengan nama lengkapnya di banding dengan nama panggilan mereka. Namun anehnya, Harry yang bernama asli Harold itu tidak suka dipanggil dengan nama lengkapnya. Ia lebih suka dipanggil Harry karena menurutnya nama Harry tidak terdengar terlalu tua.

"Apa?" sahut Gabby.

"Kau takut pada kematian, tidak?" tanya Harry. Dasar bodoh, sejak kapan ada seorang malaikat kematian yang bertanya pada korbannya kalau 'Apakah ia takut pada kematian' atau tidak. Seharusnya Harry belum boleh diterjunkan langsung. Ia masih butuh beberapa latihan untuk bersandiwara lagi.

Apalagi Harry termasuk ke dalam keluarga Styles! Keluarga Styles sudah terkenal akan keahliannya dalam mencabut nyawa dan paling pandai dalam merangkai kata-kata. Aduh, sepertinya keturunan Styles yang satu ini tidak bisa diacungi jempol dalam keahliannya dalam merangkai kata-kata.

"Kematian? Untuk apa aku takut?" ujar Gabby yang terdengar sangatlah santai. "Lagipula, semua manusia itu akan mati, kan? Kau juga akan mati nantinya," lanjut Gabby dan membuat Harry tercengang mendengarnya.

Gabby pun bangkit dari posisinya dan berjalan menuju microwave dan mengambil pizza pemberian dari Harry untuknya.

Gabby menaruh piring pizza tersebut di atas meja dan menggesernya ke arah Harry, "Sebenarnya, sarapan dengan pizza itu tidak sehat. Well, karena aku mencintai pizza, jadi aku makan, ya." ucap Gabby dan langsung menggigit potongan pizzanya.

Gabby menyadari kalau Harry hanya diam saja sambil memperhatikannya memakan pizza, "Hei, kau tidak mau pizzanya?" tanya Gabby dan Harry menggeleng pelan.

"Aku sudah makan." ujar Harry yang bermaksud untuk menolak ucapan Gabby barusan.

Gabby menatap Harry dengan heran, "Kau makan darimana?" tanya Gabby.

"Aku memesan dua box pizza tadi. Satu boxnya sudah aku makan," ujar Harry yang berdusta.

Harry berpikir sejenak...

Harry memang belum bertemu dengan Lucifer karena ia menyadari kalau hari makin pagi. Ia pun berniat untuk mengunjungi Lucifer tengah malam nanti dan melaporkan tentang kejadian Gabby.

TO BE CONTINUED

MSS [2] : Dark Angel || AUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang