Baru beberapa jam kenal sama si cimolㅡmaksudku Imam, aku udah ngerasa kalau dia ini anaknya asik. Tapi entahlah, mungkin faktor satu kota dan sekolah kami terbilang dekat?
Khairul Imam, S1 Teknik Mesin. Biasa dipanggil Imam dan ngaku-ngaku namanya Steve. Masuk lewat jalur SNMPTN. Mungkin dia pintar? Anaknya easy going dan jago ngebanyol. Matanya ada eyelid tapi tetep keliatan sipit, idungnya mancung dan bibirnya selalu melebar. Kadang saking lebarnya aku sampe takut bibirnya robek. Hiiiy.
Tinggi badannya lumayan tinggi, atau mungkin aku yang kependekan? Tingginya mungkin sekitar 175?
"Elo yang kependekan, tet," katanya sambil meletakkan lengannya di bahuku, "udah di bahu juga badan gue masih tergelincir."
"Sok iye lo cimol. Udah ah balik sono ke kelompok lo."
"Ah males," ia memegang kepalanya, lupa kalau dia ga punya rambut hari ini, "ga ada yang asik disono. Omongannya itu loh, ga ngerti gue."
"Ntar kakak asuh lo ngegas lagi."
"Gak bakal. Orangnya aja kaya hantu ilang timbul. Udah deh gue disini aja yak," ia menaik-naikkan alisnya.
"Serah lo. Tapi jangan panggil gue bantet lagi!"
"Lha lo yang mulai sendiri manggil gue cimol."
"Kalo kaki gue panjang udah gue toyor nih pala lo."
Ia menurunkan kepalanya, "coba aja."
"Dasar lo cimol kenyel-kenyel susah ditelen."
KAMU SEDANG MEMBACA
CERITA MAHASISWA
Teen FictionSELAMAT ANDA DITERIMA DI PERGURUAN TINGGI! Klik 'continue' untuk mengetahui detail pendaftaran ulang dan sekali lagi, SELAMAT ANDA SUDAH MENJADI MAHASISWA! [Start : August, '16]