doi seperti calum

610 106 2
                                    

"LO DIMANA ANJIR GUA LAPER LO BILANG BENTAR LAGI MANA ANJIR GAK TAU PERUT GUA UDAH TOAK TOAKAN APA.", teriakku dari ujung sambungan.

"YEH SETAN BERISIK AMAT INI LAGI BELI SIOMAY ELAH.", teriak Calum balik. Aku mendengus sebal.

"SIOMAY MULU. DIKIRA AKU TEH APAAN. PENGEN PASTA.", aku menutup sambungan sambil meringkuk disofa.

Ohiya, jadi hari ini, gue, Calum sama kak Mali mau nonton bareng dirumah gue.

Ya, katanya Cal "Kasian ninggalin Mali sedirian dirumah, takut dia kesepian terus depresi terus bunuh diri gimana?", pikirannya jauh emang. Terbentang antara samudera ke samudera emang pikirannya. Jauh.

Dan berhubung dirumah gue gak ada makanan dan film apa-apa, jadi gue suruh Calum yang modal AHHAAHHAHA.

Ting nong!!

"Calum!", aku loncat dari kasur dan melihat Calum didepan rumahku, dengan kak Mali tentunya.
"Kak Mali!", aku memeluk kak Mali. Dia cuma tertawa sambil memelukku balik.
"Gue gak?", aku mendengus sebal dengan pertanyaan Calum.
"Gak mau. Gak dibeliin pasta sih.", aku jalan meninggalkan Calum sambil menarik kak Mali masuk. Kak Mali tertawa disebelahku.

Ah diketawain kakak ipar.

Jadi malu.

Tengsin.

Bersin.

Bensin.

"Orang beli kok. Ye. Yaudah gak mau kan?", Calum memutar bolamatanya.

Aku memutar tubuhku 360°

Wah serem juga.

Gak deng. Beberapa derajat aja.

"MANA?!", tanyaku antusias dengan senyum sumringah diwajahku.
"Nih.", Cal menunjukkan plastik putih ditangannya.
"AAAAA MAKASI CALUM EMANG BAIK PAGI PAGI UDAH JADI SUPER HERO BUAT YN.", aku memeluk Calum sekilas dan membuka plastiknya.

Aku beranjak lalu lari kedapur untuk mengambil sendok dan piring.

"Hey! Watch out.", Calum berdecak. Aku terkekeh.

"Nyalain aja filmnya. Gue mau makan dulu.", ujarku sambil jalan kembali ke sofa.

"Film apa?", tanyaku pada Calum sambil menyuap pasta kedalam mulut.

"Tomorrowland.", jawabnya seadanya sambil meneguk air mineral.

"Kak Mali mau minum apa? Aku ada--",
"Ada teh, kopi, jamu, obat cacing, jus telor, sama--", aku memukul lengan Calum lalu dia tertawa terbahak-bahak.
"Boong kak, aku ada sirup kok. Mau ya? Aku bikinin dulu bentar.", aku berdiri sambil memukul wajah Calum dengan bantal sofa.

Aku mengaduk sirup dan air dingin yang kucampur jadi satu. Seulas senyuman terukir dibibirku.

"Apa semuanya kembali seperti dulu lagi?", batinku masih dengan senyum yang sama. Aku mengambil 3 gelas dan teko sirup. Aku jalan kearah sofa tapi aku malah melihat kak Mali yang sedang beranjak dengan handphone ditelinganya.

"Duh, sorry ya. Gue ada acara, dadakan banget.", kak Mali menggaruk tengkuk lehernya.
"Yah. Gak asik ah.", aku cemberut.
"Bagus. Balik sono. Yang jauh.", Cal masih fokus ke TV. Kak Mali menempeleng kepala Calum sambil berdecak.
"Yaudah gue balik ya? Bye.", kak Mali senyum kearahku. Aku mengangguk sambil senyum melihatnya menghilang dibalik pintu rumah.

Aku duduk disebelah Calum.
"Makan lagi sono.", suruh Calum.
"Gak ah. Mau nonton dulu.", aku memeluk bantal sofaku.
"Makan sambil nonton.", jawab Cal.
"Gak konsen ntar.",
"Yaudah gue pause.",
"Gak.",
"God! Just eat it.", Cal memutar bolamatanya.
"Sejak kapan sih lo jadi tukang atur?", aku memutar bolamataku sambil meraih pasta yang ada dimeja hadapanku.
"Gue gak ngatur. Gue cuma nyuruh lo makan biar gak sakit.",
"Tapi gue belom mau makan.",
"HHH YN PLEASE.", Cal memutar bolamatanya lagi.

Aku berdecak sebal. Tanpa terasa senyuman itu muncul lagi.

Aku dan Cal kembali seperti dulu. Dan ini menyenangkan.

Aku tertawa kecil. Aku melihat Cal yang memperhatikanku dengan kerutan didahinya.

"Anjir. Kenapa lo?", Cal menaruh punggung tangannya di dahiku. Aku menepisnya kesal.
"Gue gapapa njing.", aku berdecak.
"Lah terus kenapa kayak tadi? Ngehayal enaena sama gua ya?", Calum tertawa jahil.

Kupu-kupuku bangun. Aku memukul keras lengan Calum sambil membantah tuduhannya.

Alhasil, bukannya makan atau nonton film, kita malah ribut sendiri. Well, aku lebih senang seperti ini, bersama bapao berjambu ini.

••••••••••••••

-jejet

O-Zone [ft. Calum Hood]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang