PERJANJIAN

744 88 2
                                    

"Tak perlu kau katakan, aku juga tahu," balas Sehun sambil membenahi posisi tidurnya dan memilih berbalik memunggungi Luhan. Luhan terdiam. Lalu memilih kembali masuk dalam dunia desainnya.
.
.
.
.

Luhan yang masih terjaga merasa haus, diletakkannya beberapa hasil desainnya di atas nakas di samping kanannya dan turun dari ranjang menuju pintu kamar. Sebelum membuka pintu, kembali dilihatnya sosok yang telah menjadi suaminya beberapa jam lalu tertidur pulas. Setelahnya ia keluar dan berjalan turun ke lantai bawah, tapi langkahnya terhenti di tengah tangga ketika ia mendengar percakapan kedua orang tuanya dengan kedua mertuanya.

"Akhirnya kita menjadi keluarga juga, eonni, kau benar-benar menjaga Luhan kami dengan baik, ia tumbuh menjadi sosok yang begitu luar biasa," kata Sungmin.

"Aku juga berterima kasih kalian telah memenuhi janji kalian untuk memberikan yang terbaik untuk putra kami, Sehun, walaupun kami sering bertemu ketika ada waktu kosong di jadwal kami. Aku tetap sangat berterima kasih pada kalian, Sehun kami tumbuh dengan sangat baik," jawab Jaejoong.

"Maafkan kami karena telah membuat kalian terpisah dengan putra kalian, tapi Appaku bukan orang yang bisa menerima jika cucunya adalah perempuan, bahkan jika beliau tahu bahwa Sungmin tak lagi bisa memberikan cucu lagi, ia pasti akan memaksaku untuk menikah kembali, aku tak bisa jika harus menduakan Sungminku," kata Kyuhyun dengan raut menyesal.

Yunho menggeleng, "Tidak, kami tidak apa-apa, putri kalian juga membanggakan kami, dia gadis yang baik dan manis, kami sangat menyayanginya," kata Yunho.

Tanpa ada yang tahu, sosok Luhan yang begitu terkejut berusaha mengeratkan pegangan tangannya pada dinding tangga. Sebuah kotak pandora terbuka sekarang. Inilah alasan dibalik ketidakpedulian ayah dan ibunya, terutama sang ibu. Inilah alasan dibalik sikap sinis ibunya. Inilah alasan dibalik ketidakhadiran kedua orangtuanya di rumah saat Luhan begitu membutuhkan mereka.

Luhan merasa kerongkongannya semakin kering. Dua orang yang selama ini ia anggap orang tuanya ternyata bukan orang tua kandungnya. Justru sang mertualah orang tua kandungnya. Takdir apa ini? Luhan melangkah pelan tak bersuara. Tangannya mencengkeram erat pegangan tangga untuk menyangga tubuhnya yang kehilangan tenaga. Matanya perih, ingin rasanya ia berteriak sambil menangis keras. Lalu apa yang harus ia lakukan setelah mengetahui kebenaran ini?

"Nona," sebuah suara mengejutkan Luhan ketika kakinya tepat menyentuh lantai dasar. Ditolehkan kepalanya pada sosok itu. Oh, ternyata sang pembantu yang juga ikut ke rumah mertuanya, ah bukan ini adalah rumah orang tuanya. Sang bibi terlihat bingung ketika mendapati sang majikan yang sudah dianggapnya anak sendiri itu berjalan dengan tatapan kosong.

"Bibi, ada apa?" Tanya Luhan yang kini telah merubah wajahnya tenang.

"Tidak, hanya saja saya melihat nona turun dengan wajah kosong seperti tadi, apa ada masalah, nona?" Tanya sang pembantu. Luhan menggeleng sambil tersenyum kecil.

"Aku tidak apa-apa, bi, aku hanya haus, karena itu aku turun ingin kedapur, bibi tau dimana dapurnya? Aku belum mengetahui letak semua ruangan di rumah ini," kata Luhan. Sang pembantu tersenyum.

"Mari nona, saya antarkan," Luhan akhirnya memilih menyimpan rahasia itu sendiri. Ia ingin melihat bagaimana sikap eommanya setelah ia menikah begitu pula sang mommy barunya. Apakah ada perbedaan yang begitu kentara diantara mereka setelah mereka mendapatkan apa yang mereka inginkan.

Paginya semua terlihat begitu biasa, termasuk Luhan. Tidak ada yang tahu jika Luhan telah mengetahui kebenarannya. Luhan duduk disamping Sehun yang terlihat begitu peduli pada sarapannya. Sungmin yang sibuk memenuhi piring Kyuhyun dengan daging tanpa sayur yang sepertinya sangat disukai Kyuhyun, dan Jaejoong yang sibuk dengan smartphone-nya bersama Yunho.

MISSINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang