Semua keluarga telah berkumpul disana, di depan ruang operasi, tempat dimana Luhan berjuang untuk hidup. Aura kesedihan memenuhi tempat itu. Semua orang terus memanjatkan doa agar Luhan terus bertahan, tapi semua tahu, kemungkinan itu terlalu kecil bahkan untuk sebuah keajaiban. Hemofilia yang diidap Luhan pasti membuatnya kehilangan banyak darah.
Sehun terduduk lemas di kursi. Matanya tak lagi mengeluarkan air mata. Kesedihan yang mendalam membuatnya tak lagi bisa menangis. Karena lelah, tanpa sadar ia telah tertidur.
.
.
Sehun melihat sekeliling. Sebuah taman yang luas dengan air mancur setinggi kira-kira 3 meter. Menurut Sehun taman itu sangat indah, tak banyak bunga, tetapi semua tertata proporsional seolah memang yang membuatnya sangat mengetahui nilai estetikanya.
Kriet..... Kriet.....
Suara besi bergesekan membuat Sehun menoleh ke belakang. Di sana, tak jauh darinya, sosok Luhan sedang menaiki ayunan. Sosok cantik itu memakai gaun putih polos yang sangat cocok untuknya. Rambutnya tergerai panjang, sedikit tersapu angin ketika ayunan itu bergerak, Sehun jadi merasa sedang melihat sosok malaikat (mungkin, karena Sehun sendiri tak pernah melihat malaikat asli sebelumnya). Sehun melangkah mendekat dan berhenti tepat disamping ayunan itu.
"Ini dimana? Kenapa kau ada disini?" tanya Sehun. Luhan tersenyum tipis. Entah mengapa Sehun menganggap Luhan yang ada di hadapannya terlihat ribuan kali lebih cantik dibandingkan Luhan yang biasa ia lihat. Bibir tipisnya berwarna pink alami, dan satu hal yang disadari Sehun ketika melihat wajah Luhan, wajah itu tak lagi putih pucat, tetapi putih cerah semi pink dikedua pipinya.
"Kau tidak ingin menemaniku duduk disini?" tanya Luhan balik. Sehun akhirnya memilih untuk duduk di depan Luhan. Ayunan itu segera bergerak kembali dengan pelan dan itu membuat Sehun terkejut.
"Ini...."
"Aku ingin bertemu denganmu, karena itu aku memanggilmu kemari," kata Luhan memutuskan ucapan Sehun.
"Kau.... seharusnya ada di rumah sakit," gumam Sehun tapi itu malah membuat Luhan tersenyum lembut.
"Nde.... kau benar, aku memang ada di rumah sakit, tapi itu tubuhku, jiwaku kini ada disini, bersamamu," jawab Luhan.
"Kau.... tidak....," air mata Sehun keluar tanpa bisa dicegah. Seolah tahu apa yang dipikirkan sosok tampan di depannya, tangan Luhan terjulur ke wajah Sehun, menghapus air mata itu.
"Tidak, setidaknya belum saat ini, jadi berhentilah menangis," kata Luhan menenangkan Sehun.
"Kau berjanji tidak akan meninggalkan ku, lalu apa maksudmu ingin bertemu denganku disini?" ucap Sehun.
"Aku memang tidak akan meninggalkanmu, selama kau masih mengingatku dan semua kenangan kita, walaupun secara fisik aku tak bisa ada disampingmu lagi, tapi aku tetap ada disini," tangan Luhan berpindah ke dada Sehun, "Disinilah aku akan tetap hidup dan selalu bersamamu," kata Luhan.
"Aku tak suka dengan kata-kata itu," sungut Sehun tapi setelahnya ia hanya bisa tersenyum.
"Ada yang ingin ku katakan padamu, apa kau ingin mendengarnya?" kata Luhan.
"Katakan."
"Mianhae karena tak bisa ada disampingmu lagi, mianhae karena tak bisa memenuhi beberapa janjiku padamu, mianhae karena tak bisa menjadi wanita yang sempurna untukmu, tak bisa menjadi istri yang baik untukmu, tapi aku memiliki aku punya sebuah kejutan untukmu, sayangnya tak bisa kuberikan saat ini, ku harap jika sudah waktunya tiba, kejutan itu bisa mengobati semua perasaan sakit ini," kata Luhan sendu. Sehun terus menatap lekat wajah sang istri.
KAMU SEDANG MEMBACA
MISSING
FanfictionYou won't try for me, not now Though I'd die to know you love me I'm all alone Isn't something missing me? (part of Missing-Evanescene) "Aku tak pernah mengakuinya sebagai putriku," - Jaejoong "Aku menyayangi Sehun layaknya putraku sendi...