25. Elevator Memory

56K 4.3K 123
                                    


Tujuh tahun yang lalu...

Julian POV.

Kubuka pintu apartemen milikku dan Sophie, kemudian kulangkahkan kakiku ke dalamnya. Entah mengapa aku merasakan sesuatu yang aneh di benakku. Mungkin karena hari ini adalah hari pemakaman ayahku. Hari ini sungguh melelahkan.

Ketika ibuku pergi ke alam lain, aku merasa duniaku gelap. Ya. Aku mencintai ibuku, tak ada seorangpun di dunia ini yang akan kucintai setara dengannya.

Dan hari ini ketika jasad Ayahku di kebumikan, aku tak merasa ada yang berubah pada diriku. Perasaanku datar. Mungkin karena aku membenci ayahku. Bagiku ia adalah pekerja yang baik. Tapi bukan ayah dan suami yang baik. Aku tak mau menjadi seperti dirinya.

Duniaku memang gelap, namun sekarang aku memiliki cahaya kecil yang hangat di hidupku yaitu Sophie, kekasihku.

Kami sudah bersama semenjak dua tahun lalu. Awal pertemuan kami adalah ketika Peter mengajakku berkenalan dengan sepupunya. Aku cukup akrab dengan Peter, ia adalah juniorku ketika SMA. Kami sama-sama masuk club baseball.

Pada saat sekolah aku terlalu sibuk untuk dipersiapkan menjadi calon pemimpin selanjutnya untuk perusahaan ayahku. Aku terlalu sibuk belajar. Tak ada wantu untuk bergaul ataupun berkencan dengan wanita. Untunglah waktu itu aku mengikuti club baseball, setidaknya aku bisa mengenal Peter sehingga aku bisa bertemu Sophie. Mungkin ini adalah takdir.

Dan bagiku Sophie cukup menarik. Ia adalah tipe gadis kaya raya yang gila belanja. Yang kusukai darinya adalah ia memiliki penampilan yang cantik. Ketika ia berbicara, aku tahu ia adalah pribadi yang menyenangkan.

Kemudian semuanya berjalan begitu saja. Ia berkata bahwa ia menyukaiku. Dan tentu saja kukatakan padanya aku pun menyukainya. Lalu setelah itu kami memutuskan untuk tinggal bersama.

Kami memang saling mencintai. Namun terkadang kami sering bertengkar dengan saling mencaci satu sama lain dengan suara yang keras. Tapi kami dengan mudah berbaikan, itu karena aku cukup pintar untuk membujuknya dengan membelikannya barang-barang mahal. Biasanya setelah pertengkaran, kami melakukan hal yang lebih panas dari biasanya di ranjang.

Tidak. Aku bukanlah bajingan yang dapat meniduri sembarang wanita. Jujur, selama dua puluh tiga tahun aku hidup. Sophie adalah wanita pertama dan satu-satunya yang kusentuh. Dibandingkan pria pada zaman sekarang, aku cukup telat dalam kehilangan keperjakaanku. Itu sedikit memalukan memang.

Tak kupungkiri, seks merupakan salah satu kebutuhan utama pria begitu pula denganku. Tapi aku lebih memilih untuk melakukan 'self service' dibandingkan harus tidur dengan wanita secara random.

Itu karena aku begitu menghormati wanita. Ya. Sejak kecil ibuku mengajariku banyak hal mengenai bagaimana menjadi pria sejati. Pria sejati selalu menghormati setiap wanita.

"Sophie... Sophie..." kupanggil kekasihku berkali-kali. Tak ada jawaban.

Kemana ia?

Seluruh ruangan di apartemen kami dibiarkan gelap begitu saja olehnya. Atau dia sedang pergi ke dokter tanpa memberitahukanku?

"Sophie... Bagaimana keadaanmu sayang?" Tanyaku sembari menyalakan saklar lampu.

Sunyi. Tak ada jawaban. Kudatangi penjuru ruangan apartemen kami. Tak ada Sophie. Aku akan menunggunya dengan tidur di sofa. Semoga ketika pulang ia akan membangunkanku. Aku harus segera pergi tidur karena aku harus segera mengurus kepindahanku ke perusahaanku yang baru.

Perfect Family Member [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang