15. Hold Tight

53.3K 4.9K 507
                                    


Julian POV

Jalanan di kota kecil ini memang memiliki suasana yang kontras dengan kondisi di tempatku tinggal. Ketika hari gelap, sepanjang jalan di kota ini sudah sunyi. Namun kuyakin setelah Miniland terbangun, kota ini akan lebih 'hidup'.

Seperti saat ini, sedikit sekali orang yang keluar rumah. Sekarang hanya ada aku dan Sophie. Oh, dan ada seorang wanita yang baru saja keluar dari sebuah minimarket. Rasanya aku mengenal wanita itu. Ia... si jalang itu.

Kulihat ia semakin lama semakin menyedihkan. Lihat pakaian yang ia gunakan, pasti merupakan pakaian murahan. Kemudian ia pun berjalan masuk menuju restoran murahan itu, Limestone.

Beberapa hari yang lalu aku membuat perjanjian dengan pemilik restoran itu untuk menyediakan makanan dan tempat tinggal untuk para pekerjaku yang bergabung dalam proyek Miniland. Itu akan membuat proyek berjalan lebih efisien. Mengingat cukup sulit untuk menemukan restoran sekaligus penginapan di kota kecil ini. Dalam perjanjian itu aku membuat salah satu poin bahwa setiap pekerja yang bekerja di Limestone harus melalui persetujuanku dahulu.

Sebenarnya, tujuanku membuat peraturan itu adalah untuk menyingkirkan jalang itu dari sekitarku. Aku akan membuatnya pergi dari kota ini. Aku khawatir jika ia sering bertemu Sophie, itu akan menurunkan resiko terjadinya pertengkaran antara dua wanita. Aku khawatir terjadi sesuatu hal yang buruk kepada Sophie-ku. Walaupun aku tahu bahwa jalang itu bukanlah tipe wanita yang akan melakukan hal buruk kepada Sophie. Tapi aku butuh itu untuk tindakan pencegahan.

Beberapa saat kemudian, si jalang itu kembali keluar dan mendekati diriku dan Sophie yang sedang berbincang. Jalannya bak orang yang tergesa-gesa.

"Julian kita harus bicara!" Pinta jalang itu lantang, membuat Sophie sedikit terkejut.

Aku pun menyetujuinya untuk berbicara denganku. Namun, ia memintaku hanya berbicara berdua denganku tanpa adanya Sophie. Tentu saja aku tak mau, aku khawatir Sophie akan cemburu bila aku hanya berdua saja dengannya. Aku tak mau itu. Aku harus memikirkan perasaan Sophie.

Sophie beranjak meninggalkan kami, namun kugenggam kuat tangannya. Aku menahannya pergi.

"Jika, wanita ini ingin bicara. Ia harus berbicara tanpa harus mengusir siapapun dari sini." Ucapku dengan nada keras kepada Sophie. Aku sedikit menyindir Jane.

Sejenak, jalang itu hanya terdiam menatap tangan kekasihku yang kugenggam erat. Kemudian ia menghela nafasnya dengan berat.

Lalu ia pun mulai menanyakan beberapa pertanyaan. Dan aku pun menjawabnya dengan jawaban yang seharusnya kukatakan.

Air matanya pun terjatuh ketika kukatakan bahwa aku sama sekali tak beniat untuk mencarinya atau bertemu dengan jalang itu.

Tangisannya pun bertambah keras ketika kujawab pertanyaan mengenai kontrak pernikahanku dengannya. Bahkan ia menyuruhku untuk mengembalikan berkas-berkas kuliahnya yang kusembunyikan.

Tentu saja aku tidak mau. Dasar wanita merepotkan. Aku sangat ingin melihat dirinya menderita dan lebih menderita.

Jalang itu pun sangat emosional mendengar semua perkataanku padanya. Ia mendekat kearahku. Dengan keadaan masih berjatuhan air mata ia pun memukul-mukul dadaku.

"KENAPA KAU TEGA PADAKU JULIAN?! KENAPA? AKU SELALU MENCOBA UNTUK MEMBAHAGIAKANMU." Ia berteriak di depanku.

Sialan.

Jalang ini seenaknya saja menyentuhku. Dia pikir siapa dia?

Aku sudah muak!

"JANGAN PERNAH BERANI MENYENTUHKU LAGI JALANG! KUHARAP KAU MATI DAN PERGI DARI HADAPANKU!" Aku pun teriak kepadanya.

Perfect Family Member [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang