39. Last Egg

63.7K 4.2K 275
                                    


Sebulan yang lalu.

"Oh Tuhan..." Gumam Jane perlahan. Tubuhnya sedikit bergetar. Digenggamnya erat-erat alat tes kehamilan di tangannya.

"Aku hamil!" Ucapnya senang. Sesekali ia jatuhkan kembali pandangannya ke arah benda itu. Memastikan bahwa apa yang dilihatnya adalah realita.

Wajah Jane pun berseri. Ia tak sabar untuk memberitahukan hal luar biasa ini pada suami tampannya. Namun, ia mengurungkan niatnya. Jane ingin memberitahukan kabar bahagia ini sebagai kejutan untuk pada ulang tahun suaminya yang tinggal beberapa minggu lagi.

Kemudian ia langsung menyembunyikan alat tes kehamilannya.

"Hai Baby, kita akan merahasiakan kehadiranmu dulu sampai ulang tahun Julian. Ia pasti senang." Ucap Jane.

"Jane" Panggil Julian tiba-tiba menghampiri dirinya di dalam kamar mandi. "Waktunya berangkat." Ajak Julian.

"Tumben sekali kau belum bersiap." Ucap Julian heran.

"Umm... aku sedikit flu. Uhuk... uhuk..." Ucap Jane mulai berpura-pura sakit.

Julian pun mendekati Jane ia ingin mengecek suhu tubuh istrinya. Entah mengapa tiba-tiba Jane sangat kesal melihat wajah suaminya.

"Kau pergilah ke kantor!" Tiba-tiba Jane cukup histeris. Ia tak ingin Julian mendekat ke arahnya. Selain itu, ia takut akting sakitnya terbongkar.

Julian mengeryitkan dahinya. Pagi ini istrinya sungguh aneh.

"Ada apa denganmu?" Tanya Julian.

Jane menghela nafas panjang. Suaminya mulai mencurigainya.

"Aku akan menyusulmu nanti ketika makan siang. Sepertinya aku akan istirahat dahulu pagi ini. Apa aku boleh meminta izin setengah hari Tuan Direktur?" Tanya Jane.

"Apa ingin kuantar ke dokter?"

"Tidak. Tidak. Tidak." Ucap Jane sedikit panik.

Julian kemudian menatap Jane dengan tatapan yang aneh.

"Sial. Sepertinya ia curiga karena tingkahku. Ok. Jane jangan panik. Bersikaplah biasa. Kau tak boleh panik! Tidak boleh!" Ucap Jane menyemangati dirinya sendiri dalam hati.

"Bukankah kau ada pertemuan dengan pihak bank? Kau harus tetap menepati janjimu." Ucap Jane.

Julian masih menatap Jane dengan tatapan curiga.

"Bisakah kau pergi saja Julian!? Astaga! Kenapa susah sekali membuatnya segera pergi ke kantor?" Jane semakin kesal dengan suaminya.

Jane kemudian mendekati Julian dan merapikan dasi dan jas suaminya itu.

"Aku tak apa. Jangan khawatir. Selesaikanlah pekerjaanmu. Kita akan bertemu ketika makan siang. Aku akan membuatkanmu salmon." Ucap Jane lembut. Ia mencoba berlagak seperti biasanya dan berusaha menenggelamkan rasa jengkelnya yang tak beralasan pada suaminya.

"Tak menciumku?" Tanya Julian sembari mendekatkan bibirnya ke wajah Jane.

"Apa?! Menciummu? Aku sedang kesal setengah mati denganmu. Julian bodoh! Rasanya aku ingin meninjumu! Argh!" Omel Jane dalam hati.

"Uhuk...uhuk..." Jane kembali memainkan perannya dengan baik. "Aku sedang flu Julian. Aku tak ingin membuatmu tertular."

"Ok. Baiklah. Aku berangkat Jane!" Ucap Julian. "Tak usah berangkat kerja jika belum pulih."

Jane hanya bisa menghela nafas panjang ketika Julian sudah benar-benar pergi dari apartemen mereka.

Jane dengan sigap bersiap-siap untuk memastikan kehamilannya. Ke dokter kandungan.

Perfect Family Member [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang