Chapter 3

87 3 0
                                    

POV Samantha

Ini hari kedua setelah hari pertama yang menyebalkan, aku memilih untuk mengkucir rambut ku, aku menghadapkan diriku dikaca, dan satu hal yang ku lihat adalah Hailee.

"Berhenti menganggu ku!!" Aku menarik laci meja ku dan mengeluarkan barang - barang yang ada disana dan melemparkannya ke kaca sampai kaca itu pecah dan belingnya berhamburan di lantai dan sempat mengenai tangan ku.

Aku membiarkan darah ku mengalir.
Satu hal yang aku tak suka adalah ketika Hailee menatap ku, dia menatap ku dengan muka munafik yang membuatku muak, dan kini aku kesal karena aku tidak bisa menghabisi dia untuk selamanya.

Aku kembali duduk di kasur ku.
Entah kenapa air mata ku keluar dengan sendirinya. Hati ku merasakan ketakutan dan kemarahan yang bercampur aduk.
Terkadang penyesalan ku bisa muncul kepada Hailee. Seperti yang aku lakukan sekarang.

"Hailee.. Hailee.." aku berseru keras.
Dia muncul di depan ku seperti ingin mengetahui sesuatu.
"Berhentilah mengangguku, sejak dua bulan yang lalu ketika kita bertemu, terjadi suatu kejadian yang tak ku rencanakan tetapi aku senangi"
Aku mencurahkan semuanya di depannya.

"Meskipun aku senang, aku tidak bisa menyembunyikan rasa takut dan sesal ku karena telah melenyapkan mu, selama dua bulan lebih aku mengurung diri di rumah bersama mu" Dia terlihat menangis dan suaranya bergema di seluruh ruangan.

Aku membiarkan dia menangis dan aku cepat bergegas ke sekolah, mudah - mudahan setelah aku mengakui rasa yang aku tahan sejak dua bulan yang lalu membuat dia berhenti mengikuti aku.

Aku pergi ke sekolah dengan mata sembab, tangan kiri diperban dan sekarang aku sudah tau jalan ke kelas ku, aku menaiki anak tangga yang lumayan banyak, terlihat beberapa orang saling menyapa, tetapi tidak dengan ku yang hanya diam dan tidak punya teman.

Tak apa karena untuk apa seorang teman kalo aku dapat melakukan sendiri.

"Hai Samantha, tangan kamu kenapa?" Elbert menyapa ku dan mendadak mukanya cemas melihat tangan ku.

"Hanya kecerobohan biasa, aku dapat mengaturnya sendiri" jawab ku angkuh.

"Ohh begitu, kamu ciri orang penyendiri yahh, aku pernah baca fakta - fakta sifat orang seperti kamu" jawabnya sok akrab dan sok tau.

Tapi kenapa dia begitu sabar dengan kelakuan ku, aku berusaha mengabaikan dia, tetapi dia tetap berusaha berteman dengan ku.

Aku terus berjalan sampai melupakan kelas ku dan ternyata aku melewatinya, aku baru sadar ketika, "Samantha! Mau kemana? Kelas mu disini kan ? "
Aku menoleh ke belakang dan berkata "ohh iya, sorry lupa" aku masuk bersama dengan Elbert.

Aku yakin perempuan - perempuan kemarin punya topik yang menarik untuk diperbincangkan setelah melihat ku masuk kelas dengan ketua kelas yang sok kenal ini.

"Samantha, masih mau duduk sendirian? " tanya Elbert.

"Ya" Jawab ku dengan penuh keyakinan.

"Oke" jawabnya singkat.

Akhirnya dia mengerti bahwa aku selalu ingin sendirian.
Hari ini mungkin akan lebih baik dari hari sebelumnya.

Miss Sela pun masuk, semua murid langsung diam tenang, kami mendapatkan arahan untuk kegiatan belajar mengajar.

Tak lama miss Sela keluar, seorang ibu yang agak tua masuk, aku ingin bertanya dia siapa, tetapi aku menahannya karena aku tidak tau bertanya pada siapa.

Mata ku menatap dia
Matanya menatap ku

Sudah aku duga

Dia menyuruh ku memperkenalkan diriku kepadanya.

"Kamu? Murid baru itu kan? Silakan perkenalkan diri kepada saya." Kata ibu tersebut.

"Nama saya Samantha Alenia" bicara ku lantang tapi dingin.

Aku pun disuruh duduk.

Kami belajar pelajaran biologi. Kami disuruh membagi kelompok masing - masing dua orang, karena tempat ku kosong dan Elbert kosong jadi kami otomatis satu kelompok.

Aku disuruh duduk disebelahnya
"Samantha, bergabung dengan Elbert"

"Baik bu" jawab ku.

Kami terlihat begitu canggung untuk saling bicara, seperti biasa Elbert memulai kembali sifat sok kenalnya itu "Hei kita satu kelompok yah? tolong bantu aku yah aku payah pelajaran menghafal seperti ini."

Aku hanya mengangguk pelan.
"Yah baiklah, tugas kalian adalah membuat makalah tentang pengamatan satu benda biotik dan satu benda abiotik" kata guru tua yang menyuruhku memperkenalkan diri, sementara dia tidak memperkenalkan dirinya pada ku.

"Oke, jadi kita akan membuat tugas itu dimana?" Tanya Elbert.

"Entahlah" jawab ku singkat.

"Rumah mu?" Tanya Elbert.

"TIDAK!!!" Teriak ku spontan.

"Heii santai, aku cuma menyarankan kan?" Jawab Elbert tenang.

Aku langsung lega, bagaimana kalau sampai dia mengetahui perbuatan ku pada Hailee di rumah ku, bisa - bisa anak ini melaporkan ke kantor polisi dan aku akan mendekam dalam penjara.

"Heii Samantha?" Sambil melambaikan tangannya.

"Kenapa?" Tanya ku

"Aku pikir kamu terlalu asik menghayal" kata Elbert

"Ohh iya maaf" aku pun segera menulis kerangka laporan yang akan kita buat.

Kami pun sepakat membuat tugas di rumah Elbert

Baik buruknya aku tidak tau.
Mungkin tidak mau tau.
.
.
.
.
.
.
.
.

-bersambung

Hai!
Mau tau lanjutan dari kisah Elbert dan Samantha?
Tunggu di chapter berikutnya yahh
Please vote & comment

Samantha (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang