Chapter 11

21 1 0
                                    

"Elbert? Kamu dimana? Elbert?" Suara itu membuat telinga ku sakit.
"Elbert!!cepat keluar!" Samantha berjalan kearah ku, tatapan kosongnya membuat bulu kuduk ku berdiri, tangannya memegang pisau, tangannya diangkat ke atas dan aku hanya terbujur kaku dan pasrah.

Mungkinkah ini akhir dunia ku?

~~~~~~~

POV Elbert.

Mata ku terbuka lebar, aku masih ada di kamar ku,aku melirik ke kiri dan ke kanan untuk memastikan bahwa itu hanyalah mimpi, syukurlah ternyata benar.

Sejak kematian Samantha aku merasa lebih tenang daripada sebelumnya, aku berharap aku tidak lagi bertemu dengan Samantha lagi. Aku beranjak dari tempat tidur ku. Aku mempersiapkan diriku untuk pergi ke sekolah.

Seperti biasa aku selalu datang lebih awal, aku harus menaiki tangga yang banyak untuk dapat ke kelas ku, tiba - tiba ada tepukan ke pundak ku " Hai Elbert!" Sapa Jesely.
"Ehh hai juga, jidatnya gimana udah baikan?" Kata ku melihat plester di jidatnya. "Udah mendingan" katanya.

Kami pun berjalan bersama di kelas, seperti biasanya aku duduk sendiri. Beberapa hari ini, Samantha biasanya menemani ku, Sandy dan Olivie juga biasanya bersama ku.

Sekarang ini, Samantha sudah meninggal, Olivie pun mulai menjauh dari ku, mungkin karena trauma yang dialami olehnya kemarin. Sandy juga masih ada di rumah sakit. Sepertinya aku kehilangan banyak dalam beberapa hari kedepan.

Hari sekolah yang sangat sepi ini mulai terobati dengan kehadiran Jesely dan Brian yang sering menemui ku

"Hi Elbert!" Sapa Brian sambil menepuk pundak ku, "Ehh Kenzo panggil kita di kafe dekat sekolahnya!" Kata Jesely. " Oke ayo kesana" Kata ku sambil menarik tangan Brian dan Jesely.

Kami pun sampai di sebuah kafe yang berseberangan dengan SMA Angkasa, tempat Hailee bersekolah dulu. Kafe ini tidak terlalu besar, di cat merah menyala selaras dengan baju seragam SMA Angkasa, terlihat banyak anak - anak SMA Angkasa yang duduk berkumpul disana.

Kami pun masuk ke dalam kafe yang ada disana, Kenzo sudah duduk di bagian sudut kafe itu menunggu, kami pun menghampirinya
"Hai Kenzo!" Jesely menepuk pundak Kenzo. "Hai teman - teman, gimana setelah kejadian kemarin?" Jawab Kenzo.
"Abis dari situ aku pulang ke rumah terus bobo cantik dehh" kata Brian yang mendadak membuatku jijik.
"Elbert tuh nawarin bobo cantik bareng kamu Brian" Dia meledek ku sambil tertawa terbahak - bahak.

"Ohh iya, aku mau kalian datang yahh!" Kata Kenzo sambil menyodorkan undangan ulang tahun kepada kami.
"Undang juga yahh sih rambut pirang itu" kata Kenzo genit.

"Wah Olivie? iya nanti aku bilang ke dia " jawab Jesely tapi mukanya mendadak muram.

"Ohh iya, gimana dengan kakaknya Samantha? Ngomong - ngomong namanya siapa?" Tanya ku kepada Kenzo.

"Ohh ka Jose, yah ka Jose udah kembali bekerja di perusahaannya, keluarganya Samantha juga sudah beli rumah baru di tengah kota" Jelas Kenzo.

"Trus rumah yang kemarin itu gimana?" Kata Jesely.

"Emang kamu mau tinggal disana, trus tanya? " kata Kenzo meledek.

"Yahh tidak" kata Jesely tertawa kecil.

Kami berbincang sampai mata hari mulai terbenam, karena kafe tersebut sudah mau ditutup jadi kami pun memilih untuk pulang ke rumah kami masing - masing.

"Hei sampai jumpai di rumah ku besok yahh!" Kata Kenzo sambil menaiki motor hitamnya.

"Oke" Seru Jesely.

"Kayaknya Jesely care banget yah sama Kenzo" Bisik ku kepada Brian.

"Entalah" jawab Brian cemberut.

~~~~~~~

POV Jesely

Besok adalah ulang tahunnya Kenzo, aku harus membelikan Kenzo hadiah yang special,

"Elbert! Aku turun disini aja yahh!" Kata ku menghentikan Elbert menyetir mobilnya.

"Mau kemana Jesely? Rumah kamu kan masih jauh, lagipula ini sudah malam kan?" Kata Brian. "Benar itu Jesely" kata Elbert membela Brian.

"Oke aku temenin kamu" kata Brian. Akhirnya aku dan Brian meninggalkan Elbert sendirian pulang, sementara aku dan Brian pergi ke toko terdekat.

Aku jadi gelisah mau beli apa untuk Kenzo nanti, aku tidak pernah membelikan hadiah untuk cowok sebelumnya, apa aku tanya Brian saja?
"Brian" kata ku.
"Ya Jesely" sambil memainkan gantungan kunci yang tergantung di pajangan.
"Hmm kalo kamu ulang tahun kamu maunya diberi apa?" Tanya ku pada Brian.
Brian hanya terdiam dan mukanya merah seperti buah ceri, apa aku membuatnya malu dengan pertanyaan seperti itu?
"Brian muka mu?" Seru ku.
"Ohh yahh maaf" sambil mencoba menutup wajahnya.

Aku terus menelusuri toko ini, berharap dapat melihat sesuatu yang menarik, mata ku terus saja menatap bagian accessories pria.

"Hei Jesely, lihat ini bagus kan?" Seru Brian sambil menunjukkan jam tangan hitam yang memang menarik jika dipakai oleh Kenzo.

"Ahh terima kasih Brian, ini jam tangan yang bagus buat Kenzo" kata ku spontan.
"Ayo kita ke kasir, kita bayar dulu" kata ku sambil menarik tangan Brian.
Tetapi Brian terdiam menahan tangan ku dan tidak beranjak.
Aku menatapnya heran
"Jadi kamu mau beli kado buat Kenzo? Apa kamu suka sama Kenzo?" Tanya Brian lembut pada ku, " hmm ya aku memang mau beli kado untuk Kenzo dan masalah aku suka sama Kenzo yah mungkin Brian" Jawab ku malu - malu.

"Yaudah Jesely, aku bahagia kamu sudah bisa disebut cewek normal sekarang" katanya membuatku geram.
"Apa? Jadi maksud kamu aku cewek jadi - jadian begitu?" Aku naik darah karenanya.
"Dari dulu kan kamu cuma taunya mukulin cowok kan? Hahaha bercanda Jes" katanya mencoba menenangkan ku.
"Ayo bayar, ini kan sudah malam, nanti kalo kamu sakit, besok ngak bisa datang ke acaranya Kenzo kan?" Sekarang dia yang menarik ku ke kasir.

Sesampainya dirumah aku langsung bersiap untuk tidur, aku tidak sabar untuk menunggu besok hari, sudah seharusnya Kenzo tau bagaimana perasaan ku padanya.

-bersambung.

Please vote & comment gaess

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 07, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Samantha (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang