Chapter 6

42 2 1
                                    

POV Samantha

Pagi ini sama saja dengan pagi lainnya. Sekolah lagi, belajar lagi begitu seterusnya.

"Hai Samantha, kita tidak jadi buat di rumah aku yahh" Elbert berbicara pada ku.

"Terus jadinya di mana?" Tanya ku.

"Rumah mu" Jawabnya santai.

"Sudah berkali - kali aku menjawab tidak!" Aku membentaknya.

"Loh kenapa? rumah kamu kecil? Tidak bagus? Tidak apa - apa" Elbert menjawab ku.

"Tidak, sekali tidak berarti tidak" aku menegaskan padanya.

"Astaga, baiklah.. iyaiya di rumah ku saja" Jawab Elbert menyerah.

Aku terdiam dengan lega. Aku sadar mukanya Elbert penuh kekecewaan.

Aku membuang muka darinya.
Aku terus menjalankan kegiatan belajar. Sedikit berbeda daripada sebelumnya, Elbert terlihat menjauh dari ku. Aku bingung dengan apa yang dialami oleh Elbert.

Tapi sudahlah dari awal kan aku yang mendesaknya untuk menjauh dari ku, tetapi sekarang mengapa aku yang mempermasalahkan bila dia menjauh.

Akhirnya jam sekolah telah usai.
Biasanya Elbert menyapa ku, mengingatkan aku tentang nanti sore pun tidak. Seharusnya aku menanyakan alamat rumahnya. Tapi dia terlihat sibuk bersama kedua sahabatnya, Sandy dan Olieve.

Aku merasa akan bebas dari tugas kelompok ini. Aku berjalan keluar dari sekolah untuk pulang ke rumah. Tiba - tiba ada tangan yang menghentikan langkah ku.

"Samantha, ayo pergi!" Dia menarik tangan ku.

"Hei.. pelan - pelan" sahutku.

Akhirnya dia melepas tanganku.

Aku dan Elbert sama - sama menaiki mobil Elbert. Katanya sore hari, namun ternyata langsung pergi setelah pulang sekolah.

Tidak ada perbincangan sampai pada akhirnya Elbert memulai,

"Samantha?" Sahutnya.

"Ya?" Jawab ku. "Kamu kenal Hailee yahh" tanyanya padaku.

Hailee?
Aduh aku harus jawab apa?
Aku bingung, dari mana Elbert tahu tentang Hailee. Aku terdiam, jantung ku berdebar - debar.

"Heii aku cuma bertanya, bukannya kamu dari SMA Angkasa kan?" Tanya Elbert.

"Ohh i..iya.. aku kenal dia, dulu satu kelas" jawab ku gugup.

"Ohh begitu... ehh, kita ke toko buku dulu yahh, beli bahan untuk tugas" kata Elbert.

"Baiklah." Jawab ku singkat.

Kami pergi ke toko buku untuk membeli bahan yang diperlukan.

Aku berjalan terlalu cepat sehingga meninggalkan Elbert jauh dibelakang.
Mata ku melihat ke kiri dan kanan untuk mencari buku - buku yang bisa dijadikan bacaan.

Aku melihat buku yang terlihat bagus, covernya berwarna biru dan sepertinya isinya tentang pelajaran biologi. Aku mencoba menarik buku itu, tapi ada tangan orang lain yang memegangnya dan mencoba menariknya, tidak mau kalah aku pun mencoba menariknya dan hasilnya aku kalah kuat dengan orang itu.

Matanya tersenyum padaku.

Tidak, senyum itu... aku mengenalinya, aku tau siapa dia.

Kenzo?!!

Mengapa dia ada disini?!...

Mungkin jika tidak ada dia, aku tidak mungkin melakukan hal itu..

Hailee pasti masih ada.

Aku tidak akan bermusuhan dengan Hailee.

"Hai Samantha lama tak bertemu yahh.." Senyumnya membuat ku muak.

"Untuk apa kau disini?!!" Aku membentaknya.

POV Elbert.

"Samantha, coba lihat ini.." seru ku.
Tapi kenapa tidak ada yang menjawab ku. Samantha kemana?

Dia menghilang.
Seharusnya tadi aku mengikat dia dengan tali agar tidak berani meninggalkan ku.

Sekarang aku harus mencarinya di keramaian seperti ini. Dasar menyusahkan.

Aku harus menelusuri rak - rak buku untuk mencari Samantha. Aku bahkan tidak mempunyai nomor untuk dapat menghubungi Samantha.

Aku mendengar suara seseorang yang tidak asing. Suaranya dari belakang rak buku.

"Saya sudah bertemu dengan dia, sekarang tinggal mencari tau apa yang dia sembunyikan."

Aku mengitip dari balik rak buku dan melihat seorang cewek berambut hitam sedang memegang handphone, memakai jaket hitam, terlihat begitu misterius.

Sudahlah ini bukan urusan ku.

Aku segera berjalan lagi menelusuri rak. Akhirnya setelah perjalanan yang panjang, aku menemukan Samantha. Tapi dengan siapa itu? aku pernah melihatnya, di foto Hailee kan? Kenzo namanya.

Hmm ada yang harus aku curigai.
Aku menuju ke arah mereka.

"Heii Samantha, aku mencari mu dari tadi" kata ku.

"Ohh, jadi kamu sok jual mahal ke aku karena dia?" Kenzo bicara dengan nada meninggi.

"Bukan! Pergi dan enyahlah!" Samantha bersikap kasar kepada Kenzo.

"Kamu lupa, aku tau sesuatu yang mungkin akan membuatmu menangis di bawah kaki ku demi menutup mulut" bicaranya terlihat mengancam Samantha sambil menunjukkan tangannya.

"Pergi dari Samantha!" Aku mendorongnya pergi.

Tanpa perlawanan Kenzo berjalan pergi dari kami.

"Elbert, apapun yang dia bicarakan, lupakan" kata Samantha.

"Baiklah, ayo kita pergi" sambil menarik Samantha pergi.

Aku sempat membayar satu buku yang terlihat cocok untuk bahan pelajaran kami. Kami pun berangkat ke rumah ku.

~~~~skip

Kami sampai di rumahku. Samantha terdiam. Ia terlihat seperti sedang memikirkan kata - kata Kenzo tadi.

Kami pun melangkah memasuki rumah ku. Aku mengetuk pintu berharap ibu membukanya. Mobil ayah pun belum ada, mungkin belum pulang.

Ibu akhirnya membukakan pintu.

Tiba - tiba "agghh!!" Samantha beteriak kencang.

Aku dan ibu memandanginya.

"Nak.. kamu kenapa? Seperti ketakutan?" Tanya ibu ku cemas.

"Samantha! Kamu kenapa?" Tanya ku heran.

"Mata merahnya.." Samantha menunjuk ibu.

"Siapa Samantha?" Tanya ku penasaran.
.
.
.
.
.
.
.
.
-bersambung

Holla, Gimana? Ada apa dengan Samantha yahh? Apa maksudnya Kenzo bicara begitu?
Tunggu di chapter selanjutnya yahh.

Please vote dan comment guys!

Samantha (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang