Chapter 9

28 2 0
                                    

POV Elbert.

"Heii lihat disana!" Seorang anak menyuruh kami untuk pergi ke luar kelas dan melihat ruangan yang berada di gedung seberang yang merupakan gedung minat bakat.
"Sandy!!" Aku berteriak spontan.

Sandy terlihat tergantung di jendela ruangan musik.
Aku segera berlari berniat untuk menyelamatkan dia. Aku terus berlari, terlihat Jesely dan Brian mengikuti ku dari belakang.
Ketika aku menaiki tangga ke lantai atas, aku melihat sosok perempuan dari di puncak tangga, tak salah lagi itu Samantha, dengan senyum yang sadis Samantha menahan ku " hai, mengapa buru - buru?" Dari awal aku sudah menaruh curiga pada anak itu. Muka sinisnya pun membuat aku muak. Tapi untuk sekarang aku tidak memiliki waktu untuk berbicara panjang dengannya.

"Aku harus menyelamatkan Sandy" aku berteriak keras dan naik ke lantai atas, aku merasa ada dorongan yang kuat ketika bahu ku menabrak tubuhnya, aku mengabaikannya dan berlari menuju ruang musik, aku membuka pintu ruang musik yang ternyata tidak terkunci. Aku mendapati badan Sandy yang tergantung, tapi sialnya belum sampai aku mendekati tubuhnya, talinya sudah putus.
Alhasil aku melihat Sandy jatuh dari lantai 3 gedung sekolah.

Astaga bagaimana ini terjadi? Aku segera menuju ke jendela, aku memegang sisa tali yang putus, aku menatap Sandy yang terbujur kaku di bawah. Seketika aku merasa badanku mengeluarkan kerigat dan jantung ku berdebar sangat kencang.

Semua murid dari gedung sebelah terlihat tak percaya dengan apa yang mereka lihat. Kebanyakan mereka langsung menuju ke lapangan sekolah, tempat Sandy jatuh.

Aku segera menuruni tangga berharap Sandy masih dapat diselamatkan, lagi - lagi Samantha muncul di depan ku, membuatku tak bisa menahan amarah ku padanya.
"Aku tau ini perbuatan mu kan?" Aku memulai pembicaraan ku.

"Pengamatan yang buruk, perasaan tadi aku ada di kelas, lalu bagaimana dengan cepat aku dapat membawa Sandy ke gedung ini" Katanya membela diri dengan begitu tenang.

Aku terdiam tanpa kata - kata, setelah aku berpikir lagi itu memang benar, aku melihat sendiri dia ada di kelas, jaraknya pun agak jauh dari pada Sandy.

"Elbert..ayo.." Olivie datang memanggil ku untuk melihat Sandy.
Aku dan Olivie pergi meninggalkan Samantha. Samantha terus saja tersenyum kecil.

"Elbert.." panggil Samantha.

Aku menatapnya

"Permainan kita belum selesai" Sambil menyungingkan senyumnya yang benar - benar pisikopat.

Samantha membuatku takut.
"Bert" kata Olivie.

"Ya?" Kata ku.

"Apa korban selanjutnya itu aku?" Suaranya bergetar takut.

"Hmm Liv tidak usah pikir yang macam - macam yah, aku janji aku akan lindungin kamu, makanya untuk sekarang kamu jangan jauh - jauh daripada aku" Jawab ku meyakinkan Olivie yang terlihat pucat.

Setelah kami sampai ternyata ambulans sudah membawa Sandy ke rumah sakit. Terlihat Jesely dan Brian datang menghampiriku

"Ini gila" kata Brian.

"Kita tak dapat tau siapa pelakunya" kata ku.

"Aku rasa Samantha ada di balik ini semua!" Kata Jesely.

"Iya.. tadikan dia udah mau membunuh Sandy" tambah Olivie menambah keyakinan kami.

"Tapi kita tidak punya bukti yang kuat, dan lagi Samantha kan tadi ada di kelas" kata ku.

"Lebih baik kita bicarakan ini di markas dan untuk kamu Olivie, kamu juga ikut yah" kata Jesely.
Kami semua kembali ke kelas kami. Berusaha untuk menyembunyikan rasa cemas kami.

Setelah pulang sekolah aku, Jesely, Brian dan Olivie segera berlari masuk ke dalam mobil. Kami langsung menuju markas rahasia Jesely dan Brian.

Markasnya seperti tempat kost biasa, cahayanya yang remang - remang membuat suasana detektif kami menjadi terpacu, kami langsung mengambil posisi melingkar di lantai "oke sekarang kita harus menghentikan Samantha secepatnya" kata ku memulai.

"Jadi kalian melupakan aku?" Tiba - tiba Kenzo muncul dari pintu depan.

"Kamu tinggal disini atau bagaimana sih?" Kata ku sedikit bingung.

"Dari tadi aku menunggu kalian!" Katanya.

"Ohh iya ada sesuatu yang ingin aku bicarakan. Kita harus kembali ke rumah Samantha!" Kata Kenzo.

"APA??!!" Jesely dan Brian terlihat begitu kaget. Muka mereka mendadak pucat dan takut untuk pergi ke sana.

"Tadi aku baru bicara dengan ibunya Samantha yang ada di rumah ku. Katanya kakaknya Samantha masih terjebak di dalam rumah itu dan aku sudah berjanji untuk membawa dia dengan selamat" muka Kenzo terlihat begitu iba.

Jadi piring yang ada di lantai kemarin itu punya kakaknya Samantha. Tulisan di dinding itu?
Itu juga tanda dari kakaknya Samantha.

"Kita harus selamatkan kakaknya itu? Tidak terbayang yah dia harus sembunyi terus - menerus dari pisikopat seperti itu." Kata Brian menambah.

"Tapi gimana kita bisa masuk ke dalam rumahnya?" Kata Kenzo.

Kami semua terdiam.
"Aku punya ide" Jesely membuyarkan keheningan kami. Jesely langsung membisikkan kepada kami satu persatu kecuali Kenzo.

Kami semua menatap Kenzo. Kenzo yang sadar pun langsung bertanya
"Kenapa kalian semua menatapku begitu?" Menaikkan nada bicaranya.

"Kamu dan Samantha harus bicara!" Jawab Jesely mewakili pemikiran kita semua.

"Ayolah Kenzo, hanya keberadaan mu yang bisa membuat kami masuk ke dalam rumahnya" Kata Ku.

"Oke, dengan begitu mungkin aku bisa membebaskan kakaknya" Kata Kenzo menyerah kepada kami.

"Trus bagaimana dengan ku? Apakah aku harus menetap disini sampai Samantha datang membunuh ku?" Kata Olivie memotong pembicaraan kami.

Aku mendekatkan muka ku di depan Olivie sambil berbisik "kamu mau berpetualangan menghadapi pisikopat?" Muka Olivie berubah pucat.

"Ahh jangan, nanti kalo dia kenapa - kenapa yang susah kan kita!" Kata Jesely meremehkan Olivie.

"Terlihat begitu meremehkan ku yahh, aku juga tau muay thai tau!" Kata Olivie percaya diri.

"Meragukan" Kenzo menyipitkan matanya.

"Tidak ada waktu lagi, ayo kita beraksi!" Kata ku.

Kami semua masuk ke dalam mobil ku. Kecuali Kenzo yang membawa motor sendiri. Selama perjalanan, kami tidak berbicara satu patah kata pun. Kami fokus dengan tugas kami masing - masing dan tentu kami gugup dengan hal yang nantinya akan kami hadapi.

Kami memarkir mobil kami agak berjauhan dari rumah Samantha karena kami takut nantinya Samantha akan tau bahwa kami datang. Kenzo memarkir motornya tepat didepan rumahnya. Kami mengamati mereka dari kejauhan. Tak lama Samantha keluar dari rumahnya mereka berbincang beberapa saat lalu Samantha naik motor bersama dengan Kenzo.

"Sudah saatnya kita beraksi?" Tanya ku.

"Saatnya masuk ke sarang pisikopat!" Seru Jesely bersemangat.
.
.
.
.
.
.
.

Bersambung.

Hai guys
Makin tambah seru juga nih.
Apakah mereka bakalan berhasil menyelamatkan kakaknya Samantha dan gimana caranya mereka menghentikan Samantha?
Tunggu di chapter berikutnya yahh
Please vote and comment.

Samantha (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang