YUKI Point of View
"Agus baru aja ngabarin aku, Yang. Besok kita terpaksa harus dengan flight pertama untuk keberangkatan ke Bali, dan itu jam setengah enam pagi. Jadi kita harus udah jalan ke Soeta dari jam empatan. Gimana? Nggak pa-pa, kan? Soalnya nggak ada yang lebih siang lagi, dan kita sudah harus meeting di jam sebelas. Selain itu juga pulangnya kebagian yang flight terakhir, jadi baru nyampenya Sabtu malam, Sayang. Nggak pa-pa, ya?" tanya Al padaku saat dia sedang menerima telepon dari Agus, orang protokoler kantor yang akan memesan tiket pesawat kami untuk besok. Rencananya kami besok akan ke Bali untuk bertemu dengan salah satu client baru kami disana. Cuma semalam, sih, dan kerja juga. Tapi tetep aja, ini adalah trip pertamaku dengan Al. Dan nggak nanggung-nanggung, di Bali pula. Haduh, entah kenapa, perasaanku jadi nggak tenang begini. Nggak ada tempat lain selain Bali, ya?
"Ya nggak pa-pa, sih. Abis mau gimana lagi, kan?"
"Jadi bisa di issue sekarang sama Agus ya?"
"Boleh aja," jawabku pada Al, kemudian Al langsung menugaskan Agus untuk mulai meng-issue tiket pesawat kami lewat telepon.
Setelah itu, Al kembali menatapku yang kini sedang merapikan barang-barang diatas meja kerja. "Kamu pulang pakai mobil kantor, kan, Yuk?"
"Iya. Ini Ismet udah nungguin dibawah."
"Maaf ya aku nggak bisa anterin kamu pulang. Aku masih harus nyelesaiin beberapa surat-surat untuk dibawa besok."
"Iya, Al. Aku ngerti, kok. Sebenernya ini kan masih sore, aku juga bisa pakai taksi atau uber, nggak perlu sama Ismet. Jadinya kamu bisa sama Ismet pulangnya, kamu pasti capek kan, lembur dan masih harus capek nyetir sendiri. Mending kamu sama Ismet aja, gimana?" tanyaku sambil meraih tas dan bersiap pulang.
"Udah, nggak pa-pa. Kamu aja yang sama Ismet. Jadi aku tenang. Lagian aku juga paling jam setengah delapan udah pulang. Yaudah, besok pagi aku jemput, ya. Biar kita bisa sama-sama ke bandara."
"Oke. Yaudah, aku pulang, ya? Bye," aku menggandeng tangan Al sebentar, kemudian meninggalkan Al yang kembali ke ruangannya untuk menyelesaikan beberapa pekerjaannya sebelum pulang juga.
Sesampainya aku dirumah, aku langsung mulai packing sebelum Melodi pulang. Packing bajuku, dan juga baju Melodi. Because as usual, kalau aku ada dinas-dinas begini, Melodi pasti akan kutitipan untuk menginap dirumah Mama. Jadi aku juga harus mengurus segala keperluannya sekalian.
Dan disaat aku sedang packing didalam kamar Melodi, aku bisa mendengar suara putriku yang baru tiba dari rumah. Maka aku buru-buru keluar dari kamar dan turun untuk menyambutnya.
"Hai, sayang." Aku memeluk Melodi kemudian tersenyum tipis pada Stefan yang berdiri dibelakang Melodi.
"Kamu tumben jam segini udah pulang, Yuk?" tanya Stefan padaku.
"Aku kebetulan hari ini bisa tenggo. Jadinya bisa pulang cepet."
"Mama! Ma, Ma, Ma! Tadi Melodi dapat hadiah dong dari Oma! Melodi dibeliin Pinkie Pie sama Oma!" ujar Melodi sambil menunjukkan satu kotak besar berisi My Little Pony figures kesukaannya, hadiah dari Mama Natasya, dengan penuh semangat padaku.
"Oh, iya. Lucu, ya."
"Iya, Ma. Barusan Oma jemput Melodi sama Papa. Terus Melodi diajakin ke mall, dan dibeliin ini sama Oma."
"Iya. Udah bilang terima kasih, kan, sama Oma?"
"Udah, Ma." Melodi mengangguk cepat.
"Pinter. Yaudah, sekarang makan dulu, ya. Mama udah beliin kamu makanan, tuh," setelah itu aku menatap Stefan. "Kamu juga, kalau laper, makan aja disini dulu. Baru pulang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Senandung Hati Melodi
RomanceKeluarga yang bahagia adalah keluarga yang utuh, saling menyayangi, saling melindungi. Ayah, Ibu, dan Putrinya saling mencintai satu sama lain. Tetapi bagaimana jika keluarga itu terpecah? Ego dan kepahitan hati menghancurkan istana yang indah itu...