Part 23 - His Wake-up Call

1.3K 160 12
                                    

STEFAN Point of View

Gue ingat, dihari gue mencium bibir Yuki untuk yang pertama kali, Jakarta sedang diguyur hujan besar. Eitss, jangan berpikir kalau cerita first kiss kami akan seromantis film-film bule yang terjadi dibawah hujan saat kami lagi main hujan-hujanan bareng, dengan backing sound yang romantis pula. Enggak. Sama sekali enggak, Bro. Emang waktu itu ujan, tapi gara-gara ujan itu, Yuki malah ngamuk-ngamuk ke gue. Tapi pada akhirnya, itu juga moment dimana akhirnya gue berhasil mencuri ciuman pertamanya.

"BAGUS, YAA! BAGUUUUS!" Yuki menjewer telinga gue kuat-kuat dan membuat gue seketika menjerit kesakitan.

"Yuk, Yuk! Sakit, Yuk! Adoooh! Sakit banget jeweran kamu! AAAH!" seru gue ketika Yuki justru makin memelintir telinga gue lebih kuat lagi. Gila! Mampus gue! Tamat riwayat gue sekarang.

"Apa lo sakit-sakit?! Dijewer gini doang aja sok kesakitan lo. Tapi ngabur dari rumah buat main basket waktu lagi harus bedrest total karena tifus bisa-bisa aja, tuh!"

"Aduh! Sakit, Yuk! Ampun! Jangan dijewer lagi! Telingaku bisa lepas, tau, nggak!" gue terus memohon-mohon sambil meringis kesakitan. Gila, jewerannya Yuki super banget! Rasanya kuping gue udah mau lepas aja dari kepala!

"Oh, ini telinga? Gue pikir pangsit! Soalnya kayaknya udah nggak berfungsi lagi tuh. Barusan udah dikasih tau kenceng-kenceng ditelepon, tapi kayaknya nggak denger, ya. Buktinya, masih kesini juga kamu."

"Aduh, iya, iya. Maafin aku. Tapi plis, lepasin jeweran kamu. Malu diliatin orang, Yuk."

"Loh? Kenapa emang? Biar aja semua lihat. Emangnya gue pikirin! Salah sendiri lo jadi orang bandel banget!"

"Iya, iya, ampun. Tapi plis, lepasin. Ini sakit banget kuping aku!"

"Bodo amat! Sekarang ayo pulang!"

"Hah? Yah, Yuk, jangan pulang dulu, dong. Aku kan masih mau lat... ADOOH! ADOOH!" gue berteriak lagi ketika Yuki kembali memutar telinga gue jauh lebih keras dari sebelumnya.

"Apa kamu bilang?! Masih mau latihan? Emang bandel banget kamu itu, ya. Sekarang pilih, mau latihan, ujan-ujanan, terus sakit kanu makin parah dan besok mati, atau pulang sama aku sekarang?!"

"Heh! Omongan kamu tuh, sembarangan banget sama cowok sendiri."

"Biaaar! Cepet pilih! Atau mau aku tambahin lagi nih jewer kuping kamu yang satunya lagi?!"

"Iya, iya, pulang. Yuk, yuk! Aduh, gila! Sakit banget kuping aku!"

Dan Yuki menyeret gue dengan masih menjewer telinga gue, macam ibu-ibu yang memaksa anaknya yang ketauan nggak mau pulang karena main gundu untuk pulang dan mandi sore. Gue terus-terusan berteriak-teriak kesakitan sampai kami tiba di mobil gue dan dia akhirnya melepaskan jewerannya ditelinga gue.

"Buka, cepet!" perintah Yuki membuat gue buru-buru membuka pintu mobil Nissan Terano Kingsroad gue dan dia langsung menarik gue kesisi penumpang depan, kemudian dia membuka pintu dan mendorong gue masuk kedalam.

"Kok aku disini?" tanya gue kebingungan.

"Aku yang nyetir! Jangan banyak omong kamu, ya!" seru Yuki galak kemudian menutup pintu dengan bantingan. Gue nggak berain jawab, soalnya mukanya udah serem banget. Ngeri dimakan gue. Tak lama, dia juga ikut masuk di kursi pengemudi. Dan setelah menutup payung kemudian melemparkan payungnya itu ke jok belakang, Yuki buru-buru menutup pintu mobil agar air hujan tidak masuk kedalam. Setelah itu, dengan cepat dia mengambil tas berisi baju-baju bersih gue yang selalu ada di mobil dan mengeluarkan semua isinya.

Senandung Hati MelodiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang