[1] Teman baru?

106 13 0
                                    

1. T e m a n b a r u ?

Istirahat pertama, biasanya aku pergi ke Perpustakaan, seperti sekarang ini.

Bukan karena aku anak rajin yang selalu membaca buku pelajaran, aku ke Perpustakaan selain karena ber-Ac, Perpustakaan adalah tempat yang cocok untuk orang yang tidak terlalu suka keramaian sepertiku.

Aku bukan gadis nerd berkaca mata dengan rambut yang dikepang menjadi dua, aku hanya gadis biasa yang tidak pandai bergaul.

Aku juga bukan gadis pintar yang pendiam, aku hanya gadis yang tidak begitu pintar tapi juga tidak bodoh, biasa saja, dan sebenarnya aku lumayan cerewet.

Setelah duduk dengan nyaman, aku mengeluarkan earphone, lalu mendengarkan lagu sambil membaca novel.

Takk!

Aku tersentak, mengangkat kepala dan melihat ke depan. Disana ada cowok berkacamata yang sedang mengambil bulpennya yang jatuh.

Dia Oka.

Berdiri, lalu dia melanjutkan aktivitas sebelumnya. Aku terus memperhatikannya sampai ...

"Udah ketemu belum bukunya Ka?"

"Eh? Udah nih Ta."

Iya, dia Nata, teman sebangkuku yang baru. Jadi dia temennya Oka? Kok aku baru tau ya? Lo kan diem di kandang terus Rin.

Kampret!

Bel akan berbunyi lima menit lagi, jadi aku memutuskan untuk kembali ke kelas.

***

Awal-awal masuk seperti ini, memang biasanya belum aktif belajar. Seperti sekarang yang sedang jamkos—jam kosong.

Meski aku bukan orang yang rajin, aku lebih suka saat ada pelajaran. Jika seperti ini, kelas pasti sangat ramai.

"Tadi adek kelas ganteng banget Ta! Yaampun... "

"Iya banget Na, tapi kayanya songong deh."

Aku bukan menguping. Tapi Nata memang sedang bicara dengan temannya, dan temennya duduk di depanku. Jadi aku bisa mendengar percakapan kurang penting mereka.

"Eh tunggu deh Na, ini Arin."

Mendengar namaku disebut, aku menatap Nata, lalu beralih menatap temannya.

"Oh? Hai, gue Geana." Ucapnya mengulurkan tangan sambil tersenyum lebar.

"Arin." Balasku, sambil menerima uluran tangannya.

.

Ternyata asik juga berbicara dengan mereka, seperti memiliki teman.

Teman?

Ya, kami mulai berteman.

Mereka sempat kaget saat aku bilang, aku tidak tahu Bian—kapten basket yang katanya tampan sekali, dan Arabel si cewek cantik yang sombong sekali. Pada saat itu aku hanya tersenyum memaklumi.

Pembicaraan yang seru-menurutku membuat waktu terasa lebih cepat. Beberapa saat yang lalu bel pulang berbunyi.

***

"Hei Rin? Mau pulang bareng? Sekalian gue sama Tata mau ke toko buku juga." Tawar Geana saat berpapasan denganku.

"Kapan-kapan aja deh Na, gue belum ijin sama Ibu gue," ucapku. Aku jarang sekali keluar rumah, jadi kalo aku tidak izin dulu kepada Ibuku, dia pasti akan sangat khawatir.

By the way, Geana memang menyebut Nata dengan Tata, sebaliknya Nata menyebut Geana dengan Nana. Sudah kebiasaan sejak SMP kata mereka saat kutanya alasannya.

"Okedeh, yuk Ta! Duluan ya Rin,"ucapnya sambil melambaikan tangan.

Aku tersenyum sebagai balasan lambaian tangannya.

.

Aku terbiasa berjalan ke Sekolah, karena Rumahku cukup dekat dengan sekolah. Hanya memerlukan waktu sekitar 15 menit.

Bruukkk!

"Awww! Liat-liat dong kalo ja-" Seruku terputus, ketika mendongak, dan melihat orang yang menabrakku adalah Oka.

Deg.

"Lo gak papa?" Tanyanya sambil mengulurkan tangannya dan membantuku keluar dari Selokan.

Oka menyadarkanku bahwa aku baru saja jatuh ke selokan. Ehm oke... Selokan! Mau diletakkan di mana wajahku ini.

"E-eh Oka, k-kenapa bisa ada di sini?" Ucapku gugup. Permen karet, mana permen karet?

Kebiasaan anehku saat gugup adalah makan permen karet.

"Maaf gue gak sengaja, lo jadi kotor begini," ucapnya seraya melepaskan jaket yang dikenakannya.

"Ga-gagapa kok, s-salah gue juga," balasku terbata.

"Nih, pake aja dulu, buat nutupin rok lo yang basah," ucapnya sambil menyampirkan jaketnya dibahuku, "sorry gue buru-buru. Gak papa kan gue tinggal."

Aku hanya mengangguk tanpa berkedip, sambil melihat punggungnya yang mulai menjauh.

Ini pertama kalinya kita bicara. Kenapa harus dengan keadaanku yang begini banget, tidak ada bagus-bagusnya!

Melupakan kejadian tadi sejenak, aku mulai berjalan cepat ke Rumah. Rok yang basah dan bau bukan kombinasi yang bagus.

.

"Loh, Kakak kenapa?" Tanya Ibu, melepaskan selang yang digunakannya untuk menyiram tanaman.

"Assalamualaikum, Bu. Tadi Kakak jatuh di Selokan," jawabku sambil mencium tangan Ibuku.

"Waalaikumsalam. Kok bisa sih Kak? Ngelamun terus ya? Mandi dulu sana! Bau banget ini," ucap Ibu sambil menutup hidungnya.

Sambil misuh-misuh aku masuk ke dalam rumah.

"Buset Kak, bau banget lo!" Belum sampai kamar ada saja penghambatnya.

"Diem deh! Ini gue mau mandi, minggir!" Seruku menatap sinis cowok yang sedang menghalangi jalan sambil menutup hidungnya.

"Selo aja kali," ucapnya sambil berlalu, melewati jalan terjauh dariku.

Dia itu Aldian Saputra. Adik kandungku yang baru saja kelas tiga SMP, tapi tingginya sudah melebihi aku, itu yang membuatku selalu ingin mengutuknya, selain sifatnya yang membatku selalu ingin mencakar wajahnya setiap saat tentu saja.

Dengan tergesa aku memasuki kamar berpintu putih—kamarku. Saat ini yang kuperlukan hanyalah mandi.

Tbc.

Vote? Comment? Typo manusiawi.

Regards, Nan
31 Desember 16








Okarin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang