Sambil menunggu pesanan yang akan selesai, aku dan Oka sedang duduk di kursi penjual nasi goreng sambil menyeruput minuman masing-masing.
"Kita sekelas, kan?" tanya Oka memecah keheningan.
"Eh?" Aku berdehem sejenak, "iya," lanjutku lancar.
"Gue Oka," ujar Oka memperkenalkan diri.
"Udah tau," sahutku pelan.
"Tapi, gue gak tau nama lo."
Nasib!
"Oh, gue Arin," sahutku pelan, sedikit gugup karena Oka menatapku.
"Ini Mas, nasi gorengnya." aku bernafas lega saat Mbak penjual centil memutuskan tatapan Oka padaku.
"Berapa Mbak?"
"Nasi goreng tujuh, es teh dua. Semuanya lima puluh lima ribu Mas." Aku sempat melihat Mbak penjual nasi goreng melirikku sinis, aku tersenyum lebar sambil berkata dalam hati, gak usah centil! Cowo ganteng ini bawa cewek!
Setelah memberikan uang lima puluh lima ribu pas, aku dan Oka keluar dari warung.
Karena warung yang memang tidak jauh, aku dan Oka jalan kaki dari rumah Bara, cukup membuatku sedikit gugup karena permen karet yang mulai tidak terasa.
"Lo deket sama Geana juga Nata, ya?" tanya Oka memecah keheningan.
Aku tidak langsung menjawab, "kalo di Sekolah bareng terus bisa dibilang deket, gak?" tanyaku balik.
"Iya," sahutnya singkat.
"Nata pasti orangnya nyebelin, dia paling suka ngajak ribut, kadang sama Geana atau Radit, mana cebol lagi," ucap Oka panjang sambil terkekeh di ujung kalimat.
Aku mulai merasa cemas, kenapa malah Nata yang diomongin?
"Eh, Nata kok gak ikut jenguk Bara? Biasanya dia bareng Geana terus," tanya Oka seakan ingat sesuatu.
Aku menetralkan perasaanku, "ehm, Nata pergi ke rumah Tantenya."
"Oh iya! Tanggal lima belas, kan sekarang? Pantes deh!" serunya seketika.
"Emang kenapa?" tanyaku.
"Keluarga Nata suka ngumpul gitu setiap sebulan sekali di pertengahan bulan," ucap Oka menjelaskan.
Oh, tau sekali!
"Lo kenal banget ya sama Nata," ujarku pelan.
"Iyalah! Kita temenan dari kecil, Sekolah juga bareng terus!" sahutnya sambil menoleh ke arahku, aku berusaha tersenyum.
Aku bersyukur, Rumah Bara sudah di depan mata. Kami masuk lalu mampir ke dapur dulu untuk mengambil tujuh piring serta sendok dan garpunya.
Begitu kami masuk ke kamar Bara, keadaan tidak banyak berubah, hanya saja Aris yang sedang bermain handphone kini tidak sendiri, di sampingnya ada Geana yang juga memainkan handphone bersama.
Ical yang pertama menyadari kedatangan kami langsung saja mengambil sepiring nasi goreng, diikuti yang lainnya. Kecuali Bara yang nasi gorengnya perlu diantar oleh Oka.
Aku duduk di samping Geana sambil memakan nasi goreng dengan pelan, aku juga perempuan biasa yang harus jaga image di depan doi, kan?
***
"Assalamualaikum," salamku saat memasuki pintu rumahku.
Setelah makan nasi goreng tadi, kami sempat berkonser, bukan kami semua sih, cuma Ical yang lagi nyanyi terus Aris yang main gitarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Okarin
Подростковая литератураIni tentang Arin dan pembuat gugupnya, Oka. Ini tentang Arin dan pembasmi gugupnya, permen karet. Ini tentang Arin dan para sahabatnya. Ini juga tentang bagaimana Arin menyikapi masalahnya. Intinya ini cerita masa putih abu-abu Arinda Mentari. Ps: s...